Friday, December 28, 2007
Thursday, December 27, 2007
Ku
kukidungkan namamu pada nada hujan
jatuh pelan di dasar malam kelahiran
tatkala bintang samudra
bercahaya terang
bagi kita
kugenggam janjimu erat-erat
biar kokoh tegapku melangkah
tanpa pernah patah
sepanjang ingatan
perjalanan
kuhembus gelisah jauh sejauhnya
lampaui sejarah yang sudah
buat menghirup segar jiwamu
mengisi hampa dada hariku
selalu
Ursa Minor : Dongeng Langit Sendiri
: mata benak
aku menumpang gelap malam dari terminal langit utara.
di galaksi pikiran ini bintang-bintang seperti air dingin kelam
yang menelan harapan redup diam-diam
sayap naga, ekor anjing, gayung besar
nama-nama yang gemetar bagi khayal lidah.
yang kutuju matahari mimpi.
ruang jagat sebesar ini ia tak mampu ditandingi.
telah kulalui equinox musim gugur sampai musim semi
menunggu waktu mencuri cahyanya
setangkup saja tanganku,
untuk hangatkan nyawa beku kesedihanku.
namun beruang kecil itu menghalang jalan.
"selamat datang saudari" katanya,
"anak Atlas yang hilang telah kembali".
aku menjelma kuning terang,
lebih terang dari cahya matahari yang ingin kucuri
tapi tapi ....
dan aku tak pernah kembali
Yogya, 21 September 2007
HAKOS
tapi aku ingat
kau kecup keningku
di tengah hujan lebat
dan kabut tebal di atas perbukitan
sekitar gua
setelah sebelumnya
kau bungkus hangat gemetarku
setelah sebelumnya
kudekap kau berkilo-kilometer
setelah sebelumnya
kita duduk di kursi kayu
menyanyikan kota kecil Betlehem
lalu menyalakan lima lilin
permohonanmu
permohonanku
permohonan kita
Des 2007
Monday, December 24, 2007
Bukan Lilin Tapi Bunga
Suara tanpa batas. Armageddon, Apocalypse, pengasingan segala dystopian imagery. Aku takut ke happy land itu. Sungguh berharap kita tak perlu pergi. Aku takut bertemu ketakutanku. Dia selalu panik akut. Kita menunggu tak tik tak tik tak tik. Percuma. Natal sudah tiba. Sebentar lagi tahun baru. Jeanne, aku tak sanggup meresponmu. Bacaanmu terlalu umum. Mata birumu terlalu sulit diterka. Mungkin aslinya hijau, mungkin abu-abu, mungkin tanpa warna. Tapi kupercaya ramalan baikmu. Crown. Relax Face. Lion. Baiklah aku menyerah. Seusai menyambut sang juru selamat tiba kita akan minum bersama. Kulihat tato flame baru di kakinya. Aih, tulang yang rawan. One way or another babe, kita melaju. I'm gonna get ya get ya get ya get ya, one way or another. Tanpa batas, suaramu kubawa ke perbukitan di atas gua kerep. Melarung doa dan beroleh-oleh lega, sepulangnya.
Wednesday, December 19, 2007
Why is it so hard
to not weep under the heavy rain of a lost heart
to escape from this buried reverie
to fly away from yesterday
to gather the broken pieces of my shattered forces
to exhale this longing for you
Tetapi Hati
di kamar itu bulan berwarna ungu
sedang kecemasan adalah hawa dindingnya
coklat tua, penuh sejarah cinta waktu dibelinya
ia terisak
cermin diam
disusurinya gelombang elektronik
mengambang sendiri sampai eternit
dikumpulkannya kewarasan
dipakaikannya sandal dan baju hangat
ditinggalkannya cahaya ungu remang
berjalan sendirian mengaduk malam
air matanya berguguran
Satu jam, 18 Des 07
Tuesday, December 18, 2007
YHVH
merangkak di garis bibirnya waktu
detuk detak detuk detik detuk
angan memohon, harap memanjat
ingin memenuh, pasti menetap
pinta selalu ditepati
meski menanti
tentang semua ini
pada simpuh kutemu
kau
senantiasa ada buatku
kasihku terima
kau
Yog, 18 Des 07
Jazzy Town
kota kecil yang romantik terbelai hujan rintik
ahhh dan rinai musiknya
jadi jeda bagi semua yang serba terburuburu
sandarkan bahu
pesan segelas kopi susu
biarkan jazz hadirkan rileks
bagi otot yang kakukaku
kaki dibentang
mata dipejam
wajahwajah menyenangkan
seperti berdatangan
mainkan terus saxophonemu
mainkan terus saxophonemu
sampai lelap segala penatku
8 Feb 2007
8 Feb 2007
Kantin Masih Tutup
*semangkuk ketupat
cuilan kerupuk
sarapan pagi*
tangan berusia duapuluhan, mengupas mangga
mulai bercerita
aku bungsu dari tujuh bersaudara, paparnya.
kakakku malaikat tua, kakakku yang satunya lagi
manusia sepertigapuluh dewa, kakakku yang satunya lagi
peri kawin muda, kakakku yang beberapa lagi
burung pipit kembar di udara, kakakku pas di atasku
seumurmu. ya, persisi sepertimu
yang mengunyah sambil nyanyi
lalu remah-remah di bajumu kau tiup
lalu ada tinkerbell sibuk mencatat
ingin-inginmu
juicer menjerit
kuning oranye dingin
dulu kerjaku merawat rumah sakit. mulai dari ngepel kamar mayat sampai membopong orang-orang yang dibawa ke ruang gawat darurat. pekerjaanku serabutan, tapi sangat menyenangkan, di dalam hati tentu saja. kadang-kadang aku juga bicara pada anak panti asuhan yang sakit diantar biarawati. biasanya mereka sangat pendiam, tapi aku tahu rahasia bahwa selalu ada sepasang sayap kecil di balik bajunya, dan mata malu-malunya yang kuyakin adalah lentera dari surga. sekarang tiap kali bertemu kemenakanku, aku langsung ingat mereka, kanak-kanak panti asuhan itu. tapi aku belum pernah mengunjungi tempat tinggal mereka.
jendela-jendela dibuka, ia mengambil tongkat pel,
melanjutkan bicara
pada malam yang sepi sekali, aku suka ketakutan dikeroyok mimpi. aku tak punya tinkerbell seperti kamu. aku punya nyamuk yang selalu berdenging dan tau-tau sudah menusuk-nusuk kulitku. aku selalu tak sabar menunggu pagi, mendengarkan puisi hari. membiarkan sayap-sayapku tumbuh lagi.
*batuk. leher seperti digaruk
sarapannya kenyang
tapi energi ini hilang*
December 2007
Monday, December 17, 2007
Iesu, Aku Mengadu
bajawa tinggal rencana
hangat kamar nainawa
uap mulut kala bicara
kabut yang dinginkan rindu
jaket tebal dan kain panas
aura alea barangkali sudah menjejak tanah
sementara salsa mulai kenal matematika
juga bapa ose dalam tidur lelapnya
berapa lama sudah tak kubelai porselin biru muda
petak-petak yang perlahan rekah dari reba ke reba
iesu,
aku mengadu
biar sungai-sungai beku galauku
mengalir lah
menumpah kelu
Yogya, 17 Des 2007
Dari Tanah Merah Muda
musim panas.
dedaunan melayang layang di hembus angin tenggara.
wajahmu tengadah, membalas ciuman harum sinar matahari pada bibirmu ranum.
nyanyi merdu, seperti ratusan kupu kupu berpencar jelajahi puspa sukma yang tumbuh dari tanah merah muda.
nyanyi merdu, seperti ratusan kupu kupu berpencar jelajahi puspa sukma yang tumbuh dari tanah merah muda.
mana sayap yang katamu kokoh dulu?
mau kubelai dengan gemetarku. menyimpan rasanya di ingatan
lalu terbang ke musim musim yang terkubur dalam kenanganku akan indahmu.
*tolong, temani aku duduk bersama ketakutanku*
Yogya, 5 September 2007
Friday, December 14, 2007
Cemburu Sendu
kalau bukan karena kematian, robekan pita-pita rambutku belia,
kurasa baris yang kau toreh di keningku adalah yang kutapaki,
saat ini.
tapi tak kutangisi. karena kudapatkan yang kusyukuri. yang sudah terbaik di atas ambang harap. sebab aku tak bisa minta. sebab tak ada kepada siapa.
tadi aransemenmu memberiku sendu. keluhmu jadi ingatan mimpiku. tuts-tuts itu not-not itu doa-doa itu sahabat lahir jari-jari komposisi rinduku.
tergantung aku di nada-nada yang kau tahan setengah ketuk
lalu jatuh cemburuku padamu juga harmoni kepasrahan lagumu
gadis pianoku
Yogya, 14 Des 2007
Thursday, December 13, 2007
Mimesis
sayang,
petanimu bukan dostoyevsky.
ia hanya seorang ibu malang yang tak
tersentuh goresan gorki.
ia hanya seorang ibu malang yang tak
tersentuh goresan gorki.
ia mabuk vodka saat kafka menghadangnya lantas
mengira ia seekor kecoa. aroma miskinnya membuat
marques berlari memilih mengurung diri
mengira ia seekor kecoa. aroma miskinnya membuat
marques berlari memilih mengurung diri
selama seratus tahun yang sunyi.
andai namanya sophie, tongkat harry potter barangkali
mudah menyihirnya menjadi siddharta.
mudah menyihirnya menjadi siddharta.
avarakedavra!
di lautan dusta ini,
kebaikan cuma punya tempat sempit
meski wajahnya sepolos oliver twist.
kebaikan cuma punya tempat sempit
meski wajahnya sepolos oliver twist.
sayang,
petanimu tak ubahnya lukisan usang di
executive lounge pelabuhan udara negeri kita.
orangorang datang dan pergi
tak peduli mereka berjalan di kanan atau di kiri.
ia bodoh, tak setenar van gogh.
jangankan kundera,
ia bahkan lupa apa artinya gelak tawa.
sayang,
tidakkah hidup penuh kutipan di sana sini?
mari kita tangisi petanimu
seperti para pemain di sinetron televisi.
Yogya, 23 Nov 2006
Who Says What To Whom?
hujan deras. angin basah menuju basement disambut dua pria berbatik palsu jawa. sejak tadi problem loading page, cuaca buruk. terlihat dari rautmu yang cemas. sofa-sofa sudah diganti sarungnya. mestinya kau duduk, mengeja L E G A pelan-pelan, bukan jumpalitan di wastafel. menyapa air, kilahmu.
smart brain bukan smart bra. oh please, dengan dua mata membelalak sebesar itu ia pasti terbirit-birit ketakutan oleh sorotmu. bukan seperti terpanah asmara sebab mereka bilang tulisannya sendu, fantastis, memilukan sekaligus aneh. ya, ya, ya. itu yang kumau. itu yang kurasa. sudahkah kau dapat groove nya? aku jauh di bawah sini, di dasar telinga hati: mengaum, melenguh, melolong, mengembik, menyalak, mencoba setengah mati menjabarkan katabunyimakna di terowongan leher.
dadaku macet. perutku melamun. kau semakin narsis di depan cermin kabur itu. ayolah, kita tembus saja. lalu kita lihat apakah kata-kata kita terbolak-balik di sana. lalu kita berpandangan. lalu kita difoto. menjadi cover buku How Ungrammatical Can You Get? yang dikutip oleh tatapan terpana chiliastic untuk terus menjaga kesadaran mereka sampai ribuan tahun lamanya. mungkin saja.
Wednesday, December 12, 2007
Not Another Ersatz Lines
: HAKOku
larik-larik dingin beku icicle
ini mulai lumer
by the moment you share
the ballads of satirical despair
fabulous mind,
apakah kamu terbuat dari sendok
lantas mengaduk-aduk rohku?
harum wangi bunga frambozia
semerah bekas kecupanmu di leherku
tubuh embun
segarmu
bergulir bak dadu
di hari putih ungu
menggelinding jatuh
pada tumit waktu
"however far away
I will always love you"
tapi aku sekarat kalau jauh darimu
penyembuhku
Yogya, Des 2007
Lidah! Lidah!
menyeberang kita ke negara lidah desis
aku cukup mampu menangkap bunyi
melempar kembali arti
tapi kau luar biasa
bicara bagai benar-benar
lahir dari rahim mereka
nyaris sempurna
padahal kutau
asalmu dari
desa lidah lambreta
dan lebih mencengangkan
waktu bertemu orang
dari negeri lidah melelet,
lidah keriting dan lidah jenjang
dengan lihai kau untai
maksud-maksudmu
begitu piawai
aku pulang lebih dulu ke kota lidah rusak
tempat kita memintal nyawa
kudengarkan orang-orang lidah tebal
selalu salah paham penyampaian orang lidah angin
yang hanya tetangga sedaratan
yang hanya beberapa jam jaraknya dari
tempat liur mereka menggenang di got-got
sepanjang kota
kutunggu pulangmu
setiap hari lewati halamanmu
kubayangkan lidahmu
mengulum permen kata
di negara lidah berantah
sesekali meludah serapah
12 Des 2007
Tuesday, December 11, 2007
But She Will Be Loved
ia meraung dalam
mencakar batu cadas
di dinding jiwanya sendiri
bahagia adalah keputusan
untuk akhiri gelisah dan
puas pada keadaan
tak pernah paham peta dunia
fantasinya terus mengembara
tersesat berkali-kali di jalan kata
yang ia rintis tanpa rencana
mata-mata cemooh seperti
selalu saja ikutinya
meski tahu ia
pengagumnya
terserak banyak di balik
tatap bisu
bagai duri malu
ia melolong semakin jauh di kediriannya
Desember 2007
Friday, December 7, 2007
Aaaarghhh
ini lamun sesengguk jalan panjang
tempat sejoli mesra berpeluk di tengah perempatan
tak bosannya menukar kata selip-menyelip
sedikit jumawa kita di sengal-sengalnya
tapi sungguh bagai teluh kau buka dirimu ntuk yang lain
kenapa belum ada yang tau pongah itu ketakutan bahwa
didalammu ada tak seimbang dan oh teramat kusayangkan
terbanglah jauh biar aku angin tiupmu dari batin
canduku tentangmu sama persis kebiasaan
sebentar-sebentar gigiti kuku, duhai misteri waktu
kejang kaku erangan dalam rohmu bila tatap beradu
nah pesonalah kesimamu
datangkan badai, taburkan isi genggammu
supaya berlalu beradu memagut kalbu beku
kelu merajalela sentuhnya panaskan hangatkan
bakar sampai tuntas ke dasar alas gairah yang kandas
tak puas-puas ...
Thursday, December 6, 2007
Wednesday, December 5, 2007
Ketika
ia tak punya kuas atau cat atau kanvas atau warna
untuk melukis isi hatinya
ia terduduk saja di ujung kamar, menekuk lutut
tersandera penjara sesak yang tak terlihat bentuknya
* tembok-tembok dingin kaku tak bisa memeluk *
ia menggigit bibir, meremas kedua lengan
mengerang dalam, jauh ke dalam dirinya
ia tak mampu mengumpulkan huruf,
menyusunnya menjadi doa
menyusunnya menjadi doa
ia merasa hina
* airmata teramat kikir tak mau hadir *
ia mendengus, mendesah,
menarik nafas panjang, membuangnya
menarik nafas panjang, membuangnya
jiwanya pergi entah kemana
tinggal ia dan rasa yang luka-luka
* waktu terus saja berlalu *
Yogya, 30 Aug 2007
Yogya, 30 Aug 2007
Seperti Apa
seperti apa cinta lelaki pada perempuan?
: tiba tiba saja ia punya kebun bunga dalam hatinya
seperti apa cinta perempuan pada lelaki?
: tiba tiba saja hatinya meluas tanpa batas
Yogya, 17 April 2007
Yogya, 17 April 2007
Sebelum Santa
: Kris Kringle
benarkah Sleipnir mampir beristirahat
di ujung cerobong asap rumahku lalu temukan
gula, jerami dan wortel yang sudah kusiapkan
untuk menguatkan kedelapan kaki-kakinya?
aku tak peduli hadiah apa
yang kau berikan padaku
aku hanya ingin
bertemu denganmu
mereka bilang dari singgasanamu kau bisa
melihat segalanya. jika kau memang Odin
sang pemimpin jiwa-jiwa itu,
bolehkah kudengar ceritamu?
karena malam ini seorang anak lelaki tampan
bermahkota emas, memegang pohon cahaya
telah melompat ringan ke jendela mataku
lalu membunyikan tanda kedatangannya
'tinkling!'
aku tak peduli hadiah apa yang kau berikan padaku
aku hanya ingin bertemu denganmu
5 Desember 2007
Tuesday, December 4, 2007
Anak-anak Hari
: sisco
kau di atas pohon mangga
aku di bawah pohon jati tepat di sampingnya
"sudah ketemu layang-layangnya?"
matahari menjawab teriakku
dengan sengatan tepat di mata
*blereng*
gusar aku tak mampu menjangkau
bayang tubuhmu di atas sana
"kresak...gedebuk!"
sebutir mangga dengan jejak gigi kalong
mendarat di tepi kelingking kaki
"oiii, layang-layang yang kuminta,
bukan iniiii....!"
sekuat tenaga kulempar mangga itu
ke arahmu. berharap kena.
ada yang bernyanyi lir-ilir di rumah tetangga.
aku meronta segerah singa di savana.
leher mengejang kaku,
aku duduk lesu, mulai menggerutu.
dengan wajah tanpa penjelasan,
kau turun pelan-pelan.
tanganmu kosong, tak bawa apa-apa.
aku merasa sia-sia.
"layang-layangmu sudah berangkat,
dihantar mangga yang membawa
pesan jengkel luar biasa.
sekarang mungkin sudah tiba
di mega-mega"
kau ngeloyor pergi. aku mulai berpuisi.
Yogya, 4 Desember 2007
Soaked
layar lebar putih berkibar
lolong perempuan dari ruang sebelah
memecah senyap
berhambur ia, punggungnya kerangka sayap
retak-patah gugur perlahan
pada lantai diam
bukan kesedihan
hanya cemas yang melembam
seperti bayang-bayang
lelaki di balik kereta kelinci
susah payah mengulir
larik-larik puitik
dipetiknya satu dua kuntum strophe
dan helai-helai epode pilihan
dilantunkannya dari barat ke timur
timur ke barat
dan gemanya memantul
sesekali keluar alur
lampu meremang redup terang
di depan etalase mereka berciuman
bibir yang basah dan aroma kopi
tertinggal berdesah-desah di lidah
lalu di dalam jas hujan
ada dekap
semakin erat
kaki merapat
Yogya, Desember 2007
Monday, December 3, 2007
Dataran Salisbury, Inggris Selatan
bau sisa jenazah terbakar di antara bebatuan
memaksaku berharap keajaiban
agar Merlin datang
agar Merlin datang
selamatkanku dengan kekuatan gaib celtic
mengubahku jadi bungabunga cantik
aku berangan dapat menarik perhatian
perempuanperempuan desa neolitikhum
untuk datang mencium
lalu memasangku di telinga mereka
mendengarkan mimpimimpinya
sembilan bulan umurku, dibawa
untuk dipersembahkan
untuk dipersembahkan
sebagai kurban peristiwa besarbesaran
saat matahari terbenam
di pertengahan musim dingin
meski merontaronta aku tetap harus binasa
menetap di lingkaran batu ini selamanya
Stonehenge,
di batubatumu tulangku berada
dan jiwaku terjaga melewati masa demi masa
mengulang kisah yang sama
6 Feb 2007
Boneka Perang - Balon Udara
senyummu boneka perang
manis tapi kejam
hangat penuh ancaman
bergidik aku
di tatapanmu
dendangku balon udara
melayang sesukanya
menyundul mega-mega
tertegun kau
di lambaianku
3 Des 2007
Friday, November 30, 2007
Dua November
sudah padam perapian sejak seribu tahun lalu
Druids sendiri kehabisan kurban bakaran
lantas berkelana ke akhir musim panas
dan kakikakinya terjerat rahasia alam raya
lantas berkelana ke akhir musim panas
dan kakikakinya terjerat rahasia alam raya
pohon oak berubah jadi kayu lapuk
menua dimakan rayap kenangan
menua dimakan rayap kenangan
akan hening dua yang hilang dariku
menjeritjerit segala ketakutan sekuatkuatnya
sekuatkuatnya dalam diam
sekuatkuatnya dalam diam
dan gigi yang menggeram
semua dikorbankan
segera setelah engkau memanggil aku
segera setelah engkau memanggil aku
tapi jangan kau tolak jiwa yang
kubersimpuh untukmu demi pengampunan
kubersimpuh untukmu demi pengampunan
menunggu aku misteri dari peristiwa cahaya
dentang hati waspada bertalutalu
ketika keabadian meleleh
dari jarumjarum waktu
dari jarumjarum waktu
dua november ya Tuhanku
jiwajiwa di nafas yang tercekat ini
jiwajiwa di nafas yang tercekat ini
menampar sepi
sepi ...
Yogya, 2 November 2006
Yogya, 2 November 2006
Magdala
dua jalan, deret rumah, sinagoga
sejarah yang lelah
entah bau harum dari alabastron
atau denting kinnor
memabukkanku
di atas gunung Arbel
kubelai masa lalu
dengan ragu-ragu
akhir November 2007
Wednesday, November 28, 2007
Ia Menggambar Kota
: sang ilmuwan
Ia menggambar kota di dadaku. Bangunan beragam,
jalan, kemacetan, tiang-tiang kaku, lampu taman,
sampah, papan reklame dan lorong bawah tanah.
Aku dimintanya membubuhi udara, bunga, angin
dan burung-burung.
Tanganku gemetar, hanya bisa melukis hujan.
Ia mesti bersabar. Degupku membungkus kota itu
dalam dingin tak berkesudahan. Lalu ia memelukku,
dan matahari menyembul dari ujung pelabuhan kota itu.
Menjadi terang, hangat dan terasa aman.
Tatkala ia lelap tertidur di dalam pikiranku,
gambar kotanya mengabur,
terselimuti kabut, nyaris tak berdenyut,
tertelan waktu yang mendengkur.
2 November 2007
Splash!
: black-redwing
ini lautan awan atau darah
bergumpal-gumpal
bergulung-gulung
berbentuk-bentuk
menggemuruh seram jauh
splash!
cipratan itu menjelma bayang-bayang
sosok tak tergambarkan, wujud tak terkatakan
dan apa di sana ada semacam tumpah cahaya
mata yang membuka perlahan, silau terang,
dari kelopak yang segelap malam
splash!
langsung terjebak
di gelora lukisanmu
meski usai terpejam
guruhnya tetap tinggal
di genderang telinga pikiranku
Yogya, pagi 28 Nov 2007
Tuesday, November 27, 2007
Belum Waktunya
tolong jangan sekarang
jarum-jarum cemas itu menikam nadi
pintu yang tertutup
dan pertanyaan-pertanyaan
di trotoar kepasrahan telah digelar
serupa layar tancap disaksikan
mata mereka seperbukitan
ada yang tidak nyaman
di ranjang malam
Yogya, Nov 2007
Monday, November 26, 2007
L'Immortalite
1.
gerimis di kepalaku
ketika malam datang
menggerayangi kulit yang
kesepian, mabuk
juga kuyup selayak ikan
di dalam kolam
angan-angan
2.
seperti tanaman
gelora itu tumbuh
segar tersiram atau bergetar
cemburu pada angin yang datang
dan berlalu
padahal kukalahkan
semuanya
hanya untukmu
kastil kokohku
bagaimana menguraikan
gemuruh dadamu dengan telapak tanganku?
3.
jendela dibuka
sebentuk teluk, beberapa perahu kecil
celoteh camar
dan langit yang biru muda
seperti pengantin wanita
linang air mata di pipinya
matahari terbit di jantungnya
udara gairah di dekap lelakinya
apakah kita sedang bermimpi
sayangku?
4.
daun-daun berguguran
di halaman gereja
mau hujan
kubuat tanda salib
ketika kau berbisik
aku sangat mencintaimu
5.
di bawah naungan bulu mata panjang itu
terdapat janji
diuntai rapi oleh bibir kenyal
yang membentuk huruf kata
bernama doa
setiap hari didaraskannya
Yogya, November 2007
gerimis di kepalaku
ketika malam datang
menggerayangi kulit yang
kesepian, mabuk
juga kuyup selayak ikan
di dalam kolam
angan-angan
2.
seperti tanaman
gelora itu tumbuh
segar tersiram atau bergetar
cemburu pada angin yang datang
dan berlalu
padahal kukalahkan
semuanya
hanya untukmu
kastil kokohku
bagaimana menguraikan
gemuruh dadamu dengan telapak tanganku?
3.
jendela dibuka
sebentuk teluk, beberapa perahu kecil
celoteh camar
dan langit yang biru muda
seperti pengantin wanita
linang air mata di pipinya
matahari terbit di jantungnya
udara gairah di dekap lelakinya
apakah kita sedang bermimpi
sayangku?
4.
daun-daun berguguran
di halaman gereja
mau hujan
kubuat tanda salib
ketika kau berbisik
aku sangat mencintaimu
5.
di bawah naungan bulu mata panjang itu
terdapat janji
diuntai rapi oleh bibir kenyal
yang membentuk huruf kata
bernama doa
setiap hari didaraskannya
Yogya, November 2007
Friday, November 23, 2007
Sampai Suatu Ketika
sampai suatu ketika
ia temukan kebijaksanaannya
berdiam sederhana di balik luka luka
sampai suatu ketika
ia bersemi di atas telaga jiwa
jingga keperakan senyumnya
ia nyatakan cinta
dengan perbuatan sesungguhnya
Yogya 4 April 2007
Mereka Yang Mencinta
: mango
akhirnya ia memilih pulang
kecewanya bercampur lelah geram
cemburu
you know I love you so
ia biarkan matahari menyengat kulit manisnya
meski pernah ia terbakar dan sesudah itu tiada berarti
tapi masih juga peduli
you know I love you so
yang selalu penuh kasih dan perhatian
jika kehilangan, tinggallah ia sesosok jiwa melompong
kosong terabaikan
*rasa percaya adalah kekuatan*
sebelum pelukan itu datang
di langit tak ada bintang
ia menangis sendirian
you know I love you so
Yogya, 23 Nov 2007
akhirnya ia memilih pulang
kecewanya bercampur lelah geram
cemburu
you know I love you so
ia biarkan matahari menyengat kulit manisnya
meski pernah ia terbakar dan sesudah itu tiada berarti
tapi masih juga peduli
you know I love you so
yang selalu penuh kasih dan perhatian
jika kehilangan, tinggallah ia sesosok jiwa melompong
kosong terabaikan
*rasa percaya adalah kekuatan*
sebelum pelukan itu datang
di langit tak ada bintang
ia menangis sendirian
you know I love you so
Yogya, 23 Nov 2007
Tuesday, November 20, 2007
Pernah
pernah sekali pada suatu siang bersalju,
aku berjalan melawan arah angin yang menderu-deru
aku mencarimu, membawa sendu yang kudekap rapat
dalam jaket tebalku. aku ingin memberikannya padamu,
menangis dalam pelukmu, merasakan usapan hangat di punggungku.
aku terus membayangkanmu, sedang menungguku,
tapi tak kulihat kamu
aku terus membayangkanmu, sedang menungguku,
tapi tak kulihat kamu
angin mungkin menghempasmu bersama dingin yang menikam tulang-tulangku. aku mungkin terlambat, aku mungkin kurang cepat, aku mungkin tersesat. aku memang benar-benar tersesat jalan, tersesat dalam kesedihan.
pernah sekali pada suatu siang bersalju,
aku merasa sangat terasing di sebuah kota
dengan rintik-rintik air di mata
Gara-gara Kompas Emas
dunia ini adalah hasil serangkaian kemungkinan dimana semesta terbagi dalam beberapa dunia paralel dengan wujud yang berbeda. begitulah mekanika quantum dari caraku menerjemahkan ragam sorot matamu duludulu
hidupku bentangan ekspedisi kutub yang
dingin membeku sebelum kutahu ada kamu. dan munculnya cahaya warnawarni misterius jauh di langit utara itu pertanda kemana aku harus menuju
"ketika bertemu nanti, pakai saja alethiometernya dan jelajahi debudebuku"
lagilagi ke arah utara.
dengan rasa seperti terpenggal karena kehilangan belahan jiwa, aku harus menempuh segala yang tak ada dalam ruang percaya mereka. apakah aku seekor beruang putih di mimpi gelap malammu? entahlah. tapi tualang ini sudah kumulai untuk menemukanmu.
Jogja Nov 2007
hidupku bentangan ekspedisi kutub yang
dingin membeku sebelum kutahu ada kamu. dan munculnya cahaya warnawarni misterius jauh di langit utara itu pertanda kemana aku harus menuju
"ketika bertemu nanti, pakai saja alethiometernya dan jelajahi debudebuku"
lagilagi ke arah utara.
dengan rasa seperti terpenggal karena kehilangan belahan jiwa, aku harus menempuh segala yang tak ada dalam ruang percaya mereka. apakah aku seekor beruang putih di mimpi gelap malammu? entahlah. tapi tualang ini sudah kumulai untuk menemukanmu.
Jogja Nov 2007
Suara Sunyi
Tak ada musik. Sunyi. Meski suara mesin ketik menggema sampai ke lantai dua puluh tiga dan gumam yang dibawa angin dari depan selasar merayap seperti bunyi gitar sumbang mendengking pelan di ambang hari. Kau meracau di catatan harianmu, ketakutan pada waktu dan kepalamu yang sesak oleh cemburu pada banyak bangsa. Tak ada musik. Mesin fotokopi melenguh seperti sapi bicara sendiri di padang rumput di Sumba. Profesimu sebagai pengagum rahasia nyaris tamat di bibir benci mereka-meraka yang tak pernah kau anggap sahabat.
Obsesi. Jika sunyi seperti ini betapa kau ingin mandi hujan telanjang di tengah lapangan bola. Bola matanya tentu saja. Dia yang tidak melihatmu dalam seribu topeng. Dia yang langsung menikam kedirianmu dengan satu saja kerlingan. Ah, seandainya tak pakai kartu pengenal, susah payah lah kau lacak si mata tajam itu ke google, ke yellow pages, ke bagian kepegawaian, ke halte bus, ke ibu kantin. Tak ada musik. Apa artinya kalimat-kalimat indah kau bentangkan yang hanya berujung dengan kepada ... (titik tiga)
Sunyi. Pernahkah kau mendengar orkestra sungai? Telingamu menerabas bunyi orang-orang yang antri. Kita semua punya keperluan, diperlukan, dan memerlukan. Kau mencari lagumu. Sesaat sebelum hujan turun engkau telah berjanji kepada dirimu sendiri bahwa kau takkan meracau lagi kecuali nyanyian yang kau tunggu itu datang mengecup mesra bibirmu. Tak ada musik. Sungai yang menangis itu mulai dengan bunyi gemericik, letup gelembung udara, lalu mengalir deras. Bukan, bukan ke laut, tapi ke ceruk-ceruk tak bernada.
tergugu: suara sunyi, musik itu sendiri
19 November 2007
Monday, November 19, 2007
Hyang
nama lelaki itu berhembus dari kawah belerang, meruap di antara tanaman kol yang terkejut dari hamparan petak-petak tanah mengantar kentang-kentang berkerumun sementara gigil dedaunan bergunjing bersama langit senja bersepuh tembaga yang sibuk berkaca pada telaga warna
bahwa ia telah jauh tersesat dalam basah percakapan,
terpeleset di antara jeda karena kabut dingin membuat tanda tanda baca tak terlihat jelas namun sama sekali tidak buat ia merengek ketakutan bahwa ia takkan pernah bisa pulang atau menemukan jalan yang ia cari atau ia kenal.
anak-anak gimbal yang berlarian disekelilingnya memberinya rasa bangga karena tiap gumpal rambut mereka menyimpan gaib semesta dan energi masa depan. pasir kata-kata yang keluar dari mulut mereka menggelikan memancing tawa meski ia tak mengerti bahasa mereka
ia meminta, jika ini mimpi indah, jangan pernah ijinkan pagi datang membangunkannya.
biarkan ia terbuai di kawah negeri di atas awan tanpa ditemukan
biarkan ia terbuai di kawah negeri di atas awan tanpa ditemukan
...
14 Nov 2006
14 Nov 2006
Wednesday, November 14, 2007
Gumam
warna hujan pada bulan memang lebih terang semenjak
ribuan kupu-kupu itu terbang ke galaksi
pengembara samudera angkasa.
seperti ronin kehilangan samurai, kita hanya bisa andalkan
jejak bintang-bintang untuk menyusuri gersangnya siang
di awang-awang pikiran.
semua kelelahan.
setiap kaki mesti menopang hari beserta detik,
menit, dan beban-beban yang musti dibawa serta.
dan cuaca. siapa bilang waktu membuat kita bijaksana.
lebih sering terlihat yang menua cuma punya ekspresi hampa.
seperti langit pagi yang pucat pasi hadir tanpa suara.
pun kenangan akhirnya menguap begitu saja.
begitu saja, karena malam-malam kita diisi doa yang selalu sama.
tidak menghangatkan, atau juga meringankan.
pulang ke masa depan bukanlah gampang.
karena masa lalu cepat sekali mati atau pergi.
sedang masa kini asik bercermin pada udara maya
yang habis dihirup impian-impian belaka.
tapi matahari masih setia
meski kau meringkuk di nebula fana
ia tetap berjaga sampai sinar terakhirnya
9 Nov 2007
Monday, November 5, 2007
Requiem
istirahat abadi
adalah lagu yang sampai di tepi kesadaran
lantas menghilang pelan-pelan
dan tak pernah kembali
*kita hanya bisa mendekap dengung yang tertinggal di sini*
1987-1994-2007
Saturday, November 3, 2007
Kunjungan
selalu sekantung rindu
oleh olehku untukmu
bau sawah,
gemerisik air,
kepak burung,
keretak ranting
berderai derai sambut kedatanganku
tumpah ruah segala kisah
kusampaikan dalam monolog bisu
tanpa air mata
hanya hening di hela nafas
sampai puas
lingkaran awan pelangi
berjaga persis di atas kepala
ketika kutinggalkan makammu
meninggalkan rindu dan lilin lilin yang kubiarkan menyala
26 Januari 2007
26 Januari 2007
Seseorang Bermain Flute di Kedalaman Malam
seseorang bermain flute di kedalaman malam
seperti menidurkan buluh-buluh kesedihan
yang terjaga lelah di belantara kesadaran
seperti memeluk kekasih yang baru saja memaafkan
kesalahan dan dosa-dosa
seperti mengatakan kepada pikiran tegang
bahwa segalanya akan baik-baik saja
seperti mencelupkan kaki ke air segar
telaga berwarna hijau tua
seperti melayang sendiri
membuka pintu mimpi
seperti tak ada lagi seperti selain
seseorang bermain flute di kedalaman malam
Oct 2007
Friday, October 26, 2007
Bintang Utara
angin barat bergerak di penampang langit tersirap
denting kalbu yang melahap waktu
pada angkasa melayang
nyawa hanya sehelai gamang
tersesat sendirian
dan tak tahu jalan pulang
lalu gugurlah musim
jatuh bersamanya sunyi menyublim
diantara kemilau noktah menjelma dera
mencari dia sang bintang utara
sampai mata mengatup gelap
kalah bersanding tatap
dengan raya semesta
ia begitu sendirian
dan tak tahu jalan pulang
sedang bintang utara cuma nyanyian
pengantar tidur lelahnya
hanya benderang dalam impiannya
2007
denting kalbu yang melahap waktu
pada angkasa melayang
nyawa hanya sehelai gamang
tersesat sendirian
dan tak tahu jalan pulang
lalu gugurlah musim
jatuh bersamanya sunyi menyublim
diantara kemilau noktah menjelma dera
mencari dia sang bintang utara
sampai mata mengatup gelap
kalah bersanding tatap
dengan raya semesta
ia begitu sendirian
dan tak tahu jalan pulang
sedang bintang utara cuma nyanyian
pengantar tidur lelahnya
hanya benderang dalam impiannya
2007
Wednesday, October 24, 2007
Waiata
Rekohu. Halimun di atas dataran yang kudatangi.
Ayahku langit, Ibuku bumi. Tujuh puluh bersaudara kami semua.
Aku penguasa hutan, kakakku angin, adikku hujan.
Waiata: andai kubisa bertutur kata
Aoteaora. Di tanah awan putih ini aku mengenang seluruh saudaraku.
Irama kami berpadu. Aku terbiasa mati dan hidup kembali.
Nyawaku berdiam di lumut batu-batu.
Waiata: aku cuma sehelai legenda
Pukeko, yang tak mau kakinya basah hiduplah di rawa-rawa. Pipiwharauroa, yang takkan lagi membangun sarang, bertelurlah di sarang lain. E Tui, di atas kepalaku selamanya, bulu putih akan menjadi tanda pengecut di dadamu. Kiwi, kau kan menjadi yang paling dicintai.
Waiata: adakah puisi yang wangi?
2007
Tuesday, October 23, 2007
Dunia Ini Memang
: Danielle Cemen Prima Vega Ebong Capella Marquez
Dunia ini memang fatamorgana,
seringkali kita tertipu gelora yang melenakan, begitu
kekasihku bilang. Absurd bukan?
Ya, tapi mencintai sepanjang hati,
bagaimana mengukurnya?
Kita selalu saja tiba-tiba sudah patah
ditemukan dalam penyerahan yang pasrah
pada dekapan yang seringkali teramat mahal untuk bisa
kita jamah.
Berdoa saja bukan apa-apa,
hanya sekedar penyegar bagi jiwa yang lelah
juga tubuh yang merenta kesepian parah.
sedang tanpa menunggu, usia tetap saja melaju.
Lalu kenangan,
ketika kau tinggalkan, mereka berdiam di balik helai rambut
ketika kau cari, mereka mengabur di pelupuk mata.
Dunia ini memang terlalu besar buat kita rengkuh seutuhnya
terlalu kecil untuk sembuhkan pedih yang menusuk
terlalu sederhana untuk diisi tak ada apa-apa
terlalu istimewa buat yang biasa
seperti kita
yang berbekal kuas lalu saling melempar warna
pada pintu layar pekan menjelang
saat rindu kita bertaut di salah satu titik kerdil dunia ini.
aku tak sabar menemuimu
Yogya, 23 Okt 2007
Dunia ini memang fatamorgana,
seringkali kita tertipu gelora yang melenakan, begitu
kekasihku bilang. Absurd bukan?
Ya, tapi mencintai sepanjang hati,
bagaimana mengukurnya?
Kita selalu saja tiba-tiba sudah patah
ditemukan dalam penyerahan yang pasrah
pada dekapan yang seringkali teramat mahal untuk bisa
kita jamah.
Berdoa saja bukan apa-apa,
hanya sekedar penyegar bagi jiwa yang lelah
juga tubuh yang merenta kesepian parah.
sedang tanpa menunggu, usia tetap saja melaju.
Lalu kenangan,
ketika kau tinggalkan, mereka berdiam di balik helai rambut
ketika kau cari, mereka mengabur di pelupuk mata.
Dunia ini memang terlalu besar buat kita rengkuh seutuhnya
terlalu kecil untuk sembuhkan pedih yang menusuk
terlalu sederhana untuk diisi tak ada apa-apa
terlalu istimewa buat yang biasa
seperti kita
yang berbekal kuas lalu saling melempar warna
pada pintu layar pekan menjelang
saat rindu kita bertaut di salah satu titik kerdil dunia ini.
aku tak sabar menemuimu
Yogya, 23 Okt 2007
Deja Vu Rasa
lelaki berkulit kata
hela nafasnya puisi
denyut jantungnya ilusi
perempuan bermata makna
desir hatinya syair
mimpinya tidur di bibir
kisah mereka sajak-sajak terukir di udara
mataharinya cinta membara
bulannya romansa peristiwa
ranjang mereka samudera bahasa
dari sana lahir anak-anak lirik
yang menyebar mencari kekasih di pantai-pantai puitik
Yogya, 19 Juni 2007
Yogya, 19 Juni 2007
Klik (!)
tangan-tangan membawa serpih jawaban teka-teki
yang dipungut dari tepi, tengah, pinggir, pedalaman hari
klik (!)
ada yang terpasang rapi
ada yang tak cocok sama sekali
jika hidup bisa diputar kembali
mudah sekali menemukan dimana kita dulu berselisih jalan
barangkali
26 July 2007
26 July 2007
Saturday, October 20, 2007
Yang Deras Mengetuk
mendung membentang diri sejak pagi dan jarum-jarum gerimis sempat berguguran sedikit seperti membawa teguran langit: hey lihat aku! lalu spontan yang kena tetesannya mendongak ke atas.
oktober belum selesai. tergantung apakah kau menyeret kakimu pelan, lamban, suka-suka, atau, ringan, cepat, tergesa. tapi desember tetap akan tiba tepat pada waktunya karena tak ada rem selain mengakhiri hidupmu dengan mati bosan karena merasa belum melakukan apa-apa.
seperti yang pernah kita baca entah di mana, kebebasan adalah kutukan, sayang. pikiranmu seperti danau jernih di belantara hutan kesadaran. ajaib. bagai sesuatu yang kita lupa tapi tiba-tiba sudah berada di ujung lidah.
sepertinya ada yang deras mengetuk-ketuk atap kenangan kita. masa lalu yang kita rindui, masa kecil yang (seandainya bisa) abadi ...
hujan, kaukah datang?
2007
Wednesday, October 17, 2007
Sketsa-sketsa Tua
sehelai daun kering tertancap paku di pintu kamar
dengan sebaris tulisan: luruh aku di matamu
dari jendela terlihat
sekeranjang buku menunggu
oh, nama-nama yang berisik itu
siang yang silau
bukan waktu menyenangkan untuk mengejar bis
menebak mana copet mana penumpang
menyiapkan recehan untuk pengamen
: begini naaaasib jadi bujangan
teriak sumbang
hotel istana
tempat apa pula ini?
beberapa pemuda bertato, bertindik
mengerubuti perempuan berambut pirang
bukan ainu, bukan maori, bukan tahiti
jelas bukan. juga tatoan
Angele Custos, me semper protege
kusematkan bunga di telinga kiriku
tak ada puisi akhir pekan ini
sebab kata-kata asik berwisata
dan aku sedang enggan
membuntutinya
Yogya, 17 Oktober 2007
*tengadah*
payungi aku
o langit kelabu
kota kartun ini menjelma nyata
di hampar mata
sedang fantasiku tertelan halaman jurnal
yang berlayar di atas perahu lalat
sepanjang sungai Seine
16 Oktober 2007
Tuesday, October 16, 2007
Singapore - San Diego
teknologi.
apakah seumur hidup aku musti begini. klik di sini.
baca baca baca baca baca
kata kunci.
betapa anehnya memesan tempat yang belum pernah
kudatangi sebelumnya. klik di sana.
terka terka terka terka terka
lidah dan ludahku bergumul sendiri. aku bercinta dengan penerjemahku. benarkah dia the bridge over trouble culture? andai bisa kusortir isi kepalanya lewat ciuman bertubi-tubi.
teknologi. kami tak saling kenal tapi berkomunikasi. ah.
barangkali pada tombol-tombol ini jiwa kami mengurai diri. berkelana dalam serpih dugaan yang meninggalkan rasa berantakan di dada, di kepala. realita yang mengering di permukaan bibir.
segelas frappuccino. untuk kuhirup aromanya sambil melayangkan segala iriku pada baris-baris memukau di monitor mata.
kata kunci. apa mungkin: cinta?
16 Oktober 2007
Monday, October 15, 2007
Merindui Matahari
aku menggigil
sepertinya es meluncur di pembuluh darahku
meski mantel bulu ini
membungkusku sampai mata kaki
kerlip lampu
langkah buru-buru
gedung-gedung
meriah jalanan
orang-orang berjubah hitam
aku berhenti
mencari hangat musik
di tepi bayangan pohon plastik
semacam mozaik pada dinding dingin
nyaris beku
negeri yang bukan rumahku
keberadaanku yang semu
sendiri
merindui matahari
Yogya, 11 Oktober 2007
Lantas
: HAKO
lantas riwayat angin menelusup ke telinga pada suatu terik ketika matahari bersembunyi dari tatapanmu. layar yang tersandar di bahu lautan, mengepak pelan membelah kenyataan. kau. yang menemukanku dalam ketersesatan dengan segala luka dan bekas luka juga memar di sekujur sejarahku. kau. yang terkapar lalu bangun lagi. kau tersandung, terjungkal tapi bangkit kembali. sihirnya beku oleh dalam dan dingin rindumu berlapis harapan lembut, terhampar membentang di kelam gelap jaman tapi terbimbing oleh cahaya nyanyian menuju rohku.
kamu serupa langit yang memayungi gelisahku membelainya semilir halus sentuhanmu. kamu merajaiku.
kamu menyulap hujan, merenda warna-warna pada jendela mataku, kamu mengaburkan pandanganku. namun aromamu berdiam di sini, ditubuh ini. yang telah kupakai untuk menuai embun pada kuntum pagi, memercik benderang sisa kejutan yang selalu kau siapkan di balik hari ...
Yogya, 16 Agustus 2007
Yogya, 16 Agustus 2007
Mendawai Hujan
mendawai hujan di serambi matamu
nyanyi ini pelangi janji
pada musim yang kau namai semi
Yogya, 28 Agustus 2007
Yogya, 28 Agustus 2007
Thursday, October 11, 2007
Anima Animus
anima,
kaki lelaki terjungkal lewati kepala, menjaga rapuhnya kesadaran yang tak kelihatan.
di akhir hari ia sadari, bukan perempuan itu yang ia cintai tapi bayang bayangnya sendiri.
di akhir hari ia sadari, bukan perempuan itu yang ia cintai tapi bayang bayangnya sendiri.
aku lahir dari bintang mati,
androgini yang bersemayam di kedirian
animus,
bau segarnya seperti tanah basah pagi, jalan pembuka terik kehidupan. di sudut ruangan, seorang perempuan berendam angan sambil gumamkan "Adam, bangunlah, aku mencintaimu".
Yogya, 26 Feb 2007
Yogya, 26 Feb 2007
Untuk Kekasihku
Kita duduk di bangku kayu.
Kau dan gurat peradaban berkilauan. Tajam dan dalam.
Seperti slide show melintas bersama cahya matari
menyusup di jendela perpustakaan tua.
Senyummu bak ayun tongkat peri
dan akulah permohonan itu sendiri.
Memercik kita terangi hari-hari.
Di atap perpustakaan itu,
dua ekor burung kuyup diam
menunggu malam datang
bersama dentang jam di sudut jalan.
Hidup ini panjang.
Kau tumbuh menawan. Aku ceria melayang.
Peluk aku saat kita bertemu sayang,
kan kusiramimu hujan rindu
...
Yogya, 11 Oktober 2007
Kau dan gurat peradaban berkilauan. Tajam dan dalam.
Seperti slide show melintas bersama cahya matari
menyusup di jendela perpustakaan tua.
Senyummu bak ayun tongkat peri
dan akulah permohonan itu sendiri.
Memercik kita terangi hari-hari.
Di atap perpustakaan itu,
dua ekor burung kuyup diam
menunggu malam datang
bersama dentang jam di sudut jalan.
Hidup ini panjang.
Kau tumbuh menawan. Aku ceria melayang.
Peluk aku saat kita bertemu sayang,
kan kusiramimu hujan rindu
...
Yogya, 11 Oktober 2007
Kepak Tanpa Sayap
kepak tanpa sayap. perjalanan baru saja dimulai.
bunga-bunga tiarap. ada angin sekujurnya datang membelai.
nanti, di ngarai kematian akan terdengar nyanyian tanpa suara.
hati, hanya di sana kau tau dari mana asalnya itu sayatan nada-nada.
jangan takut
karena petunjuk terpampang di mega-mega.
matamu hanya perlu kejernihan untuk melihatnya.
tanda juga dikirimkan lewat bau tanah
bahwa kita semua pasti musnah
tapi tidak jiwa-jiwa, sayangku
tapi tidak jiwa-jiwa
Yogya, 5 Juli 2007
Yogya, 5 Juli 2007
Fatamorgana
haruskah kucari keelokan pada lukisan romansa di dinding ruangan yang diam?
sedang matamu adalah senja. didalamnya sungai cahaya pancarkan kerjap kilau menyeruak dari legam ilalang bulu matamu, menikam tajam ke ronggarongga hampa dadaku lalu gema pantulannya mengguncang seluruh kedirianku
oh jiwa,
yang membeku selama berdetikdetik waktu serta merta meronta
mendamba teduhnya suasana pada pesona kokoh sosokmu, buatku lupa
siksa kutuk cinta selalu saja memenjarakan kata di setiap tatap pertama
mendamba teduhnya suasana pada pesona kokoh sosokmu, buatku lupa
siksa kutuk cinta selalu saja memenjarakan kata di setiap tatap pertama
oh rasa,
kagumku tertebas oleh batas jarak tak terlihat yang selalu tiupkan
hembusan angin asing di belantara taman hati bungabungaku yang ingin senantiasa kau
sirami hingga akhirnya jadi layu terlalu lama menunggu karena aku enggan mengakui
bahwa kau hanyalah bagian ilusi fatamorgana jiwaku yang kehausan, sekarat dan tak mau mati
Yogya, 1 Juni 2007
hembusan angin asing di belantara taman hati bungabungaku yang ingin senantiasa kau
sirami hingga akhirnya jadi layu terlalu lama menunggu karena aku enggan mengakui
bahwa kau hanyalah bagian ilusi fatamorgana jiwaku yang kehausan, sekarat dan tak mau mati
Yogya, 1 Juni 2007
Wednesday, October 10, 2007
Necrology
acung kepalmu pada lengkung langit malam tadi
dan tahukah kau kecemasan yang menjalar di dedaunan berbisikbisik
menutur pilu sedu sedan pada akar-akar dan rerumputan di bawah sana
jika memang tak ada yang pernah adil dalam hidup ini
maka bukanlah kebetulan bahwa kau berlayar di mega-mega ketika
ia menggigil di palung dasar lautan dan mereka mengukur jarak asteroid dengan jari-jarinya
habis sudah dendammu dimakan tekateki tak terpecahkan
tentang anak laki-laki yang berlari keluar dari dalam nebula anak tangga dengan huruf x ditengahnya tiap kali daftar itu kau bacakan dengan lantang pada ikan-ikan yang menggelepar keracunan di aquarium si ahli nujum
yeah,
apalah kita ini,
sekumpulan debu dan gas
bintang-bintang sekarat yang menjelang padam
kecerlangan yang meredup di deret berita kematian
lantas berjatuhan runtuh di bawah gaya gravitasi kita sendiri
Yogya, 31 Oktober 2007
Yogya, 31 Oktober 2007
Frey yang Cantik
ayah memetik namanya dari buah hati dewa negeri jauh di utara.
dicintainya anak perempuannya tanpa sebuah ibarat sanggup menggambarkan kasih sayangnya.
baginya ayah adalah dewa penjaga damai, penjaga hujan, penjaga cahaya matahari, penjaga debur lautan, yang menikah dengan dewi cinta, pemelihara tumbuh-tumbuhan dunia: ibunya.
lalu besarlah ia sebagai cahaya terang abadi
dalam gelapnya lukisan mitologi.
Yogya, 28 Juni 2007
Yogya, 28 Juni 2007
Oleh-oleh Angin
Pulang burung terbang ke sarang, dari kerinduan di pantai panjang.
Langit tak bertepi sayang, dia kerajaan sepi.
Panas di dada bukanlah petaka, tapi matangnya rasa.
Jika kau jatuh cinta, tumbuhlah sepanjang pantai beratap hati seluas angkasa raya.
Berpayung awan kita berarak, melukis dinding-dinding mimpi.
Berujung pelukan kita berjarak, menepis gendhing-gendhing sunyi.
Yogya, 12 Juli 2007
Yogya, 12 Juli 2007
Panembrama
: yang kucinta
langitku biru
teramat biru bagi jejak kepakmu
jiwaku laut
layari sejauh kau mampu
hujanmu sendu
menguap aku mengabut kelabu
matamu sauh
tertambat di dasar palungku
Yogya, 2 Agustus 2007
Yogya, 2 Agustus 2007
Monday, October 8, 2007
Sederhana
tiap kali memandang matanya
aku seperti sedang bersafari di Afrika, ketika mobil terjebak lumpur, lalu turun dan menjejak kaki pada hamparan indah yang sembunyikan tatap garang singa-singa di balik jenjang rerumputan
panas,
gairahku terbakar merah baju orang-orang Masai, sedang
suara kera mengolok-olokku, bergelantungan di dahan-dahan wangi rambutnya.
rasa dekat yang asing padanya menderaku berlama-lama
tiap kali memandang matanya
bagai kehausan aku berbulan-bulan di sahara, ingin mengecup segar air darinya, terus dan terus. mendamba sekaligus ingin lari jauhinya
terpesona,
ia dan segala sederhananya membuatku demam malam demi malam
karenanya
Yogya, 18 September 2007
Yogya, 18 September 2007
Hening
Hening, tergeletak di kejap matanya--seekor burung di ranting berembun; Pada tepi kolam, rumput gemerisik, nafas berat menanggung sunyi. Pada dahan-dahan lembab lahir sesuatu yang asing, terbuang dan terabaikan.
Aku berhembus, ke segala arah yang bisa kujelajahi. Ya.
Para penjaja kala. Mereka terusir dari musim ke musim.
"Pergi!" kata salju musim dingin. Karena kabut menjelang,
benar-benar datang dan seluruh maha putih melapisi bumi, yang sebagian adalah batu, sebagian sisanya ketiadaan batu. Kaburlah waktu. Indah yang begitu hening.
Apa ini akhir? Pun tidak, sebab tak semua abadi melulu. Matahari mengintip, derunya di lubang hidung waktu, mula-mula secercah lalu tumpah cahaya ke segala arah.
Alam yang bangun dari tidur. Menggeliat, bersadar mantap. Terlalu banyak yang berlalu tanpa sempat di pahami. Seperti hening yang tampil sebagai secuil asteroid teka-teki di halaman belakang pekarangan ilusi. Amati, pungut, biarkan hari melaju dengan pertanyaan dan pengertian-pengertian ....
Yogya, 8 Oktober 2007
Aku berhembus, ke segala arah yang bisa kujelajahi. Ya.
Para penjaja kala. Mereka terusir dari musim ke musim.
"Pergi!" kata salju musim dingin. Karena kabut menjelang,
benar-benar datang dan seluruh maha putih melapisi bumi, yang sebagian adalah batu, sebagian sisanya ketiadaan batu. Kaburlah waktu. Indah yang begitu hening.
Apa ini akhir? Pun tidak, sebab tak semua abadi melulu. Matahari mengintip, derunya di lubang hidung waktu, mula-mula secercah lalu tumpah cahaya ke segala arah.
Alam yang bangun dari tidur. Menggeliat, bersadar mantap. Terlalu banyak yang berlalu tanpa sempat di pahami. Seperti hening yang tampil sebagai secuil asteroid teka-teki di halaman belakang pekarangan ilusi. Amati, pungut, biarkan hari melaju dengan pertanyaan dan pengertian-pengertian ....
Yogya, 8 Oktober 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)