Tuesday, May 12, 2015

Di bibirmu



Di bibirmu kulihat namaku kau ukir menjadi lagu
Dan matamu adalah pintu waktu
Yang mengundangku masuk tanpa perlu kuketuk.


Di bibirmu bolehkah kuletakkan segala sepiku?
Sebelum jiwaku berkelana ke dalam matamu
mencari jalan ke tempat asal nyanyianmu.

Wednesday, June 4, 2014

tubuhnya menjelang malam


tubuhnya menjelang malam
kala gemerlap semesta berkilauan
dari kepala sampai tapak perjalanan

"kukembalikan sayapmu yang dulu kami curi"
suara kepak peri berdengung di helai-helai rambut mimpi

di kegelapan ini ada benih yang tertanam dan tumbuh perlahan
seperti buah kebahagiaan yang terpupuk dari air mata kesabaran

ia memejamkan kenangan
merasa punggungnya gemetaran
dan kakinya terangkat ringan

ia terbang
merayakan keheningan
menyisakan remah-remah bintang pesan
berguguran sampai pagi datang

karena



dari balik tirai matahari
kuhirup aroma tropismu yang jauh
hangat dan kurindui

diputaran bumi yang kesekian kali
tak pernah gagal kau buka pintu ingatan
tentang segala kita punya yang menyenangkan

sampai musim semi ini pergi
dan abu-abu menyelimutiku lagi
dan pintu ingatanku tertutup jarak pelangi
kau tetap akan kembali
karena padamulah kutitipkan kunci

Tuesday, May 6, 2014

ah,

 

di ujung kibasan rambut langit kudengar icarus seperti menjerit
angkasa rasa yang perkasa melelehkan sayap-sayapnya
gema kembaranya berguguran menyeberangi musim-musim mimpi

 
"hatiku bersemi di putik bunga-bunga kuning di tepi kali",
katamu sembari melipat kenangan, menjadikannya perahu kertas,
membiarkannya berlayar di antara keping es tipis sisa dingin air mata malam tadi


dari atas, matahari mengedipkan sinarnya dari sela-sela awan 
yang berkejaran mengeja waktu dalam warna abu-abu


sesuatu mengetuk dadaku tepat ketika sehelai melodi
jatuh ke pangkuanku

 
ah, masa lalu

Saturday, March 15, 2014

jantung malam



pada jaman elektrik ini
aku terbiasa tenggelam
di lautan bayang-bayang
tiang kaki matahari yang menelan jarak dulu dan nanti


mungkin terlalu sering aku tersesat
di lalu lintas padat 
gelombang warna 
dari matamu yang rahasia
memabukkan makna

karena setiap debar gumam
di jantung malam
aku terjaga oleh semu geletar
menjalar dari paras tidurmu yang berpendar

waktu itu



waktu itu ketika matahari pergi
kau mengajakku membuat janji
yang kita tiupkan pada lilin-lilin musim semi
dan membisikkannya pada batu-batu peri

aku merindukan keasinganmu
aroma dongengmu yang membiusku
pada lantai langit biru
negeri yang namanya berlarian di bibirku

waktu itu ketika kuda-kuda  laju berderap
jiwaku jatuh lalu merayap
ke dasar tanpa terap
dan kau juga mengendap

dari lorong pelangi
menculik gigil-gigil mimpi




perempuan pagi dan lelaki malam tadi

 
lalu tiba perempuan pagi
menyeret pergi
lelaki malam tadi

aku tahu akan melihatmu lagi
esok atau nanti


kulipat baik-baik ceritaku
menyimpannya dalam laci bisu
kamar kenanganku

Monday, March 4, 2013

aku kembali pada puisi



karena matahari menghadiahiku dirinya
sepanjang hari ini

aku kembali pada puisi
meski kata-kataku terjerat halaman berduri
dan gema dadaku menjelma genta
merayapi dinding malam yang rahasia

aku baik-baik saja
meski air mataku beralih rupa
lalu lari sembunyi
di tetes embun musim semi 

Tuesday, May 1, 2012

di

di ranting malam kau bertengger. 
hatiku daun kering jatuh kau geser. 
melayang. tanpa keresak debam, 
lengang. 
baiklah ini rahasia. 
kita simpan dalam bahasa angin, 
yang asing.

Monday, March 5, 2012

untuk CP




kami mawar-mawar menari

di bawah hujan malam

mengitari dunia yang berputar pelan


petir menyambar

malaikat cahaya datang menyebar


kami berkilau-kilauan

memerah
basah

tak mau sudah

Sunday, March 4, 2012

jarak makna


aku berhenti berkata
ketika malam mengedipkan matanya

kembang-kembang plastik itu buatku cemburu
pada hal-hal yang tak perlu
sampai ingin kucabut dadaku
dan kusorongkan ke telingamu

agar kau dengar degupku bergetar
meluruhkan gambarmu yang kian samar

aku mulai bernyanyi
ketika pagi menyiksamu sendiri

karena kembang plastikmu meleleh pergi
diusir matahari

Thursday, February 2, 2012

1:30 AM


ah, daun-daun jatuh di rambutmu

kau yang tak sempurna dan berbeda
membuatku cemburu sekaligus jatuh cinta

seperti menyalakan air di gelap hatiku yang api
kau membuatku berlari dari negeri hujan dan menghadiahi
puncak-puncak gunung dengan matahari

tubuhku penuh luka bakar air mata
dari panasnya masa laluku yang sempurna
dan kakiku melepuh indah oleh jalan mulus berduri
yang sudah kulalui

kadang-kadang aku menangis di bawah terik bulan
tangisanku telanjang seperti cahaya keperakan di atas lautan malam
menjadi gema sepi

setiap kutatap pesonamu yang tak sempurna
latar belakang panggungku berganti lukisan lorong-lorong panjang
yang mengeluarkan suara petunjuk arah dunia

begitu hidup, begitu fana

aku menjadi pencerita
yang tertawan tokoh utama
dan berusaha keras untuk tak menjadi dia


ketika kupadamkan lampu
daun-daun di rambutmu menyala
entah menerangiku
atau sedang tertawa

kucium gambarmu
lalu menutup buku
menghaturkan puja
tanpa kata

Tuesday, January 31, 2012

karena


kau akan merindukanku

seperti demam yang mengutukmu
dari ujung rambut sampai kaki

kau akan menyebut namaku
dalam gigil hari-hari kosongmu

segala yang terbaik telah saling kita berikan
segala yang terbaik telah saling kita rasakan

jika tak ada lagi yang bisa kita perjuangkan
mengapa kau pantulkan aku di ruang hampa harapan?

karena aku mungkin memilih tak pulang ke jalan
yang sudah kita untai bermil-mil jauhnya

karena aku lelah menebak arah
dan tersesat dalam sedihnya pasrah

Sunday, January 29, 2012

dulu


kami terbiasa menghembus gelembung-gelembung aksara

membiarkannya beterbangan menjadi kata
dan kami berlarian di antaranya

gembira, tanpa prasangka

kaki-kaki kami lebih kuat semenjak sayap-sayap kami tanggalkan
dari bahu-bahu kecil kami pada hari kedatangan
yang telah digariskan

dan kami lalui dengan tangisan

ketika bola raksasa yang kami pijak memasuki putarannya
yang kesekian,
kaki kami telah mencatat ribuan kilo kisah
yang sebagian diterpa
angin lupa
dan bertengger di dahan-dahan masa lalu


kadang-kadang kami kembali dan mendapati gelembung-gelembung
aksara kami masih beterbangan di sekitar pohon-pohon cerita

kadang-kadang kami dapati setiap kata memiliki
sayap yang persis seperti milik kami yang kami tanggalkan
dulu sekali dan terus berterbangan di dalam imajinasi kami

Wednesday, January 25, 2012

25 Januari




adalah hembus doa
di hadapan
lilin-lilin menyala

menziarahi yang sudah

membekali yang belum


sambil tersenyum

mensyukuri berkah hujan

berjatuhan

Tuesday, January 17, 2012

grafitti angin


tembok-tembok memalingkan muka

ketika mereka mencoret-coret semuanya
murka dan duka
suka dan doa
absurditas fana
spiritualitas maya

karya mereka menjadi warna-warni jalanan
jalanan kehidupan

karena mereka menatap kendaraan-kendaraan
berseliweran

mengangkut harapan
dan mimpi-mimpi terbuang
sambil mencatat remah-remah sepinya
berguguran

lalu mencoretkan semuanya
ketika tembok-tembok memalingkan muka

Friday, January 13, 2012

kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku


kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku

seperti air segar yang mengguyur harapan-harapan layu
menyembuhkannya dari dahaga
membuatnya kembali berbunga

kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
seperti tangis rahasia yang kusembunyikan di hutan-hutan
pikiran, saat segala yang nyata terasa menyesakkan
dan aku harus terus tegak berjalan

kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
menyanyikan lagu-lagu permainan masa kecilku
mengingatkan hari-hari yang sudah berlalu

kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
menghapus segala amarahku tentangmu

Friday, January 6, 2012

saat kau mendengkur




kubaca mimpi yang pergi
tidak untuk kembali
seperti yang telah kau pelajari

dan sakumu berdebu
jejak-jejak yang bukan aku

seberapa jarak telah kau tempuh
dari jalan kita yang pelan-pelan melepuh?

Wednesday, January 4, 2012

CR


ketika warna langit memerah


bukan tentang kesedihan yang kalah

tapi kebahagiaan yang tersembah

dari harapan pagi yang rekah

dengan sempurna

seperti lagu tentang cinta

dinyanyikan burung-burung di angkasa

di pentas alam

setelah gelisah bermalam-malam

desir-desir terpendam

semua berhambur

menjadi syukur

ke udara negeri subur

ke pantai-pantai jaya

menghembus angin doa

sukacita

ke segala sudut dunia

agar diterima

sang maha

Wednesday, December 28, 2011

kucing


kucing melompat dari mosaik mitologi
eongannya api
ekornya ular berkaki

"bukan, bukan chimera
chimera berkepala singa"

kucing itu mungkin nemean
singa legenda yang jatuh dari bulan
atau jangan-jangan malah ibunya

"bukan, bukan echidna
echidna terbunuh raksasa bermata seratus"

kucing itu mencakar lalu menggigitku
mengubahku setengah singa setengah perempuan
menjadi sphinx membatu menunggu kau pecahkan teka-tekiku

Agustus 07

Wednesday, December 14, 2011

bintang itu


bersinar di layar malamku yang raya

sepasang matanya berkedip
sepanjang jutaan kerjap tahun cahaya

jarakku padanya

aku mencintaimu
katanya lirih menggumpal awan
yang menggiring layar malamku

berjalan menembus waktu

kureguk ia ke gelapku yang terdalam
membuatnya memancar semakin terang

ketika aku pergi karena layarku digantikan pagi
kulihat ia mengelilingi galaksi
menggambar wajahku di langit-langit mimpi
lalu bersinar sendiri

Thursday, December 8, 2011

karena kata-kata telah terluka



di dalam gereja


langkah kakimu disambut gema
dunia abadi yang memandangmu dari
tatap bisu patung-patung di sekujur gedung

atas nama
bapa

hening itu mengungkungmu dalam
ketenangan asing yang dingin

dan putera

kepadanya kau hamburkan diammu
karena kata-kata telah terluka

dan roh kudus

nafasmu cahaya lilin
bergerak kecil, melelehkan diri
memaknai sesuatu yang suci

amin

Sunday, December 4, 2011

curhits kantoran


ini adalah pelarian dari lalu lintas urusan
yang bersliweran kesana kemari
di antara jarum-jarum jam yang
bergerak setia dari matahari tiba sampai pergi lagi
tanpa peduli
sesekali petir menggambar diri di luar jendela tak bertirai
atau hujan sibuk
menari-nari menandai kedatangannya di sana-sini.

sebelum beralih ke puisi ia biasanya mengurung telinga
ke hal-hal yang disukainya mulai dari nyanyian pertemuan keyboard
dan jari-jemari yang kadang diiringi bunyi tumit sepatu beradu lantai
menggema dari ruang ke ruang
atau suara 'ting' dari lift yang mengangkut hal a sampai z
sampai a lagi dan z lagi, lagi, lagi sebagai segala yang
anehnya seringkali ia rindui dari seberang jembatan bernama liburan.

Thursday, December 1, 2011

tanpa kata-kata


dunia tenggelam

di matamu yang temaram

sebelum terpejam
aku menyusup ke dalam

berkelana
diam-diam

Thursday, November 17, 2011

ia sendiri


menenggak malam

dari berbotol sepi

mabuk
ribut bersendawa igauan mimpi

di pagi hari
muntahan kata berserak

masih bau sepi

feb 08

Monday, October 24, 2011

fragmen 2:39


bayangan mengabur di kaca kotor


jendela kantor

tersapu liuk cemara cerita

tentang petualang muda


pada bangku kota tua

ia catatkan gigil rindu

yang merajai tubuhnya

ketika daun gugur satu-satu


aku memandangnya

dari sisi lain langit biru

terpanggang kenangan

dan hal-hal tak terkatakan

Wednesday, September 28, 2011

Ia melukis malam


Ia melukis malam di kepalaku. Lautan bergelombang,

hamparan bintang, kapal terapung sendirian, kerlip lampunya
menari pelan, samar layar bergambar bulan
dan kecipak air tak berkesudahan.
Aku dimintanya memberi nyanyian pengantar

dengan musik dan lirik yang puitik.

Aku menghembuskan angin kelu, suara sendu yang tersebar
dari nafasku yang tergetar kaku.
Lalu ia membelai rambutku, mengecup dahiku.
Dan nyanyian itu datang dari kedalaman temaram.
Melantunkan orkestra rahasia
catatan kitab-kitab purba. Megah dan tabah.

Ketika ia menatap teduh ke dalam mataku,
nyanyian pengantarnya mengalun jauh tak tersentuh,
lukisan malamnya meremang
meninggalkan rasa tenang yang lengang.

Friday, September 16, 2011

Pentas Satir Aemilia



Kau yang telah membaca Hortensius karya Cicero,
matamu belum dicongkel keluar dan masih bisa
melihat salju jatuh ke istana istana kekaisaran.

Plaudite!
walaupun kau membuatku mual,
aku harus menerima bahwa keadilan hanya ada
diantara orang orang yang sederajat.
Oleum et operam perdidi. Oh Plautus,
aku telah menumpahkan minyak dan usahaku.

Hatiku menderita rasa sakit yang sama saat suatu malam
kau datang bawa jiwa tercabik berdarah yang tak mampu
lagi bertahan dalam dirimu. Sayang, kedamaian yang jiwamu cari
tak berada dalam buku buku atau jalinan syair tentang keabadian.

Seperti Icarus, kau terbang naik dengan cepat lalu
terjatuh dengan sayap sayap terbakar matahari.
Furor poeticus, kau barangkali telah tersesat
dalam ratapanmu sendiri.

Inilah dunia, Aurel!
Begitu sedikit pengetahuan yang kita tahu tentangnya
sementara hidup ini begitu singkat.
Apabila tragedi telah berakhir,
yang tersisa hanyalah drama satir.

si tacuisses, philosophus mansisses

Demikianlah,
di bawah pohon ara ini
kumaklumi
bahwa kau pasti
benar benar lelah


January, 2007

Wednesday, September 14, 2011

bukan untukmu


karena kau tak peduli

dan aku berjalan sendiri

dalam lift


*ting*


ia menaiki lantai-lantai ingatannya sendiri

gitar teronggok di kamar, nyaris menua di masa remajanya
rasa malu yang tak perlu di antara potongan kalender
menempel tak rata di sekujur dinding
masa depan yang jauh dari bening

angkotnya bernama daihatsu
oranye dan bau
melintasi kota yang
populasi penduduknya didominasi nyamuk
serta keringat buruh desa
bersepeda pulang kerja

ia suka bernyanyi
meneriakkan tanda tanya
atas dunia
sebatas pemahamannya
berharap seseorang mendengar
dari ketinggian mega-mega lebar

kelebat gambar-gambar potretan mata hatinya
angin dingin di wajahnya
bunga-bunga masa kecilnya
air mata di lengan bajunya
warna sapu tangan ibunya
senyum ayahnya dalam pigura
ledak kesedihan di dadanya

pada kaca terpantul ditatapnya
usia

*ting*

pintu lift terbuka
ingatannya terlipat begitu saja
menjadi pesawat kertas
melesat lepas

keluar gedung-gedung
ke balik langit mendung

Tuesday, September 6, 2011

a.k.u.


aku matahari

menjilatmu dengan sinar
memanggangmu di panas rindu
membakar gairahmu berdebar

aku kapal
melayari tubuhmu ranum
gelombangmu mengalun
mereguk birumu tak berujung

aku lagu
membawamu jauh ke tempat tak tersentuh
mengaliri darahmu irama teduh
merengkuhmu sungguh

aku angin
membisikkan pesan dalam dingin
mendesirkanmu ingin

Monday, September 5, 2011

tak pasti


jadi kubiarkan kau

menjelma puisi

Monday, August 29, 2011

jarak kenangan


potongan gambar abadi yang kini berseliweran antara kejap malam dan kerlip pagi adalah derai tawa disela pita cerita berwarna yang mengikat hari-hari kita termasuk jejak angin dingin menusuk pori saat bersama melaju menembus candu waktu serta baris-baris pesan berbalas yang datang dihantar getar telepon genggam dan degup tak terjemahkan lalu tatap matamu tajam menikamkan janji berkali untuk kembali. kita terluka rindu yang karenanya tak akan lupa.


di pelabuhan ini harum aroma cendana doa membumbung ke udara. kita tak tahu siapa melempar jangkar terlebih dahulu ketika perahu purba yang datang dari samudera jauh telah tertambat tanpa aba-aba tanpa keterangan untuk apa dan kemana. cuma potongan gambar abadi yang tertinggal berseliweran antara kejap malam dan kerlip pagi dan sesekali katamu kau temui namaku menyebut diri pada bibirmu yang tidur di atas jarak kenangan, menyerikan rindu.

Tuesday, August 23, 2011

setelah mengecat bulan



di terminal langit kau menjemputku
bawaku pulang
setelah mengecat bulan

"kau berkilauan dan aku terlihat seperti bayang-bayang',
katamu mengebaskan debu bintang di rambutku

malam ini hujan
kita berdayung perahu payung
dalam kegelapan

sambil kuceritakan warna yang kutinggalkan
di atas ketinggian





Saturday, August 13, 2011

metafora


kurasa aku mengerti
metafora yang terlontar di antara hangat kepul
kopi jahe dan angin malam yang menggigit kulit

ada tatap mata tak terjemahkan
melayang-layang dalam kenangan

menjadi metafora diam yang akan terus
kita simpan

Wednesday, August 3, 2011

Dali


waktu meleleh di matamu

kau candu
dua kuda terbang dari dua sudut pigura
kanan kiri
merah warna latarnya

jam-jam bertengger di ranting kering
wajah yang karam di pantai batu tak bertuan
pelukis lelaki mendelik
kumisnya seperti habis disapu badai
kepalanya bersoda

kau candu
mengabur di kuning telur
dihujani matahari
merefleksi bayang-bayang bulan
di telaga tua bibir kalimatnya

mencoba mengabadikan memori
dengan puisi

Friday, July 29, 2011

Bourbon Street


sudah kubilang hindari hangover

minum lagi!

botol-botol itu mengeluarkan kaki
lalu mulai menari-nari
kita di balcony
forget being jazzy

he's smokin' hot, baby!


di sini waktu berhenti sesukanya
jalan raya adalah ayunan raksasa
lihat mereka yang berjalan tegak
membuat kita terbahak-bahak

kanan kirimu deretan surga bar
dunia ini gambar-gambar bergerak pudar

tambah musiknya
tambah minumnya

wajahmu semakin lain
sorry, what's your name again?

Wednesday, July 27, 2011

jangan padamkan apiku


: angin



besarkan saja biar menjilat segala gelap
sampai benderang menyala-nyala

Thursday, July 21, 2011

akhir pekan



aku ingin menyalami tangan raksasa


yang melukis langit detik-demi-detik

pada hari-hari yang telah berlalu

untuk menghaturkan terima kasihku



aku ingin bertanya pada ribuan orkestra awan

dalam parade sorenya melintasi gunung laut dan hutan

apakah pesanku bisa kutitipkan untuk diikatkan

ke kaki matahari yang tenggelam di garis batas pandangan

dan bukannya diturunkan sebagai hujan



aku ingin memeluk erat-erat suara jónsi

karena dongeng musiknya selalu mengantarku

pulang ke oase jiwa

tempat istirahat sementara

perjalanan panjangku



aku matikan telepon genggam

aku menutup buku-buku catatan

aku menyimpan semua peralatan

aku biarkan cahaya senja menerobos

perasaanku yang dijemput sigur rós

melepaskan segala keinginan


rasanya


:
senin


seperti awan-awan menggantung berarak

lalu pergi tanpa jejak

Monday, July 18, 2011

bendung tangis


mula-mula ditariknya ke pusaran magis angin purba

lalu dibekapnya dalam dinding dingin rasa rindu nyeri menusuk
ke tulang-tulang tanpa bisa melawan

dejavu lagi

kali ini oleh kedipan tahun cahaya
mengejek bagai bayi terlahir di jaman yang keliru
dan tidak berhak melakukan apa-apa
termasuk yang tak bisa diucapkan kata (percayalah, berderet panjangnya)

termasuk lari dari yang nyata

sebagai jawaban yang dipaksakan demi memenuhi
pertanyaan-pertanyaan membingungkan tentang rahasia kehidupan

tentang cinta yang (dianggap) terlarang
tentang angka-angka yang tak bisa dihapuskan
tentang cerita yang (sudah) digoreskan

Wednesday, July 13, 2011

kepada gunting


cemburu ini jarum jahit

menembus hatiku setipis kain
keluar masuk keluar masuk
dengan benang dan arah yang seperti
sudah tergariskan


: meski kau putuskan benang-benangnya
aku terlanjur berluka lubang


Thursday, July 7, 2011

Juni adalah


juni adalah sepotong

kalender di dinding kamar

aku seekor cicak merayap
dari tanggal ke tanggal

Thursday, June 23, 2011

es krim



Jilat 1

dingin nyaman dan manis
seperti pertama kita bertemu
di sebuah siang panas
beberapa tahun lalu


Jilat 2

lidahku buta warna
tapi kau juara lukis rasa
segala suasana


Jilat 3

aku menginginkanmu
lebih dari yang kau tahu


Jilat 4

sampai leleh terakhir
jejak lezatmu
selalu mengingatkanku

siang panas beberapa tahun lalu

Thursday, June 16, 2011

langit




Di wajahmu aku adalah rajawali bertengger sendiri
dan sayapku terdiri dari helai bulu-bulu doa
yang tak jarang berguguran didera angin kencang
membuatku berganti haluan dan mengubah tujuan.


Di wajahmu kutajamkan mata pikiranku membaca
bintang yang kau taburkan sebagai peringatan--atau tanda?
karena bulu-bulu yang gugur itu tetap terbang menerjang
kenyataan. demi melanjutkan harapan yang dicatatkan
pada tiap helaiannya.

seperti dalam kereta api


ia diam sekaligus berlari
menombak angin
dengan mata terpejam
tubuh bergetar
tak mau gentar

hanya beberapa
bisa mendengar
gemuruh dadanya
menembus udara

melesat pergi
dari kecewa yang ia tinggalkan
bersama seonggok tissue
di tong sampah sebuah stasiun waktu

Friday, June 10, 2011

Peri-Peri Bersayap Pelangi





Peri-Peri Bersayap Pelangi merupakan buku kumpulan cerita anak yang berisi 20 cerita anak. Ditulis oleh 11 penulis yang memiliki kepedulian lebih terhadap dunia anak-anak.

Tujuan diterbitkannya buku ini yang utama adalah untuk mendekatkan kembali anak-anak dengan dunia dongeng. Mendekatkan anak-anak kepada istana sebelum tidur mereka. Kepada cerita-cerita peri dan dunia dunia bahagia tanpa balutan kisah cinta ala sinetron anak muda atau lirik-lirik lagu yang bukan untuk usia mereka.

Tujuan lainnya, adalah untuk berbagi kepada anak-anak yang kurang mampu. Karena setiap rupiah yang didapat dari keuntungan penjualanan buku ini adalah hadiah buku yang sama untuk anak-anak di beberapa rumah singgah, sekolah pasca bencana, rumah sakit anak dan taman baca anak di beberapa daerah terpencil.



Setiap satu buku yang Anda beli adalah hadiah satu buku yang sama untuk anak-anak yang kurang mampu.


cara pemesanan:
email : peribersayappelangi@gmail.com
sms : 08562740285 (topan)


Atau kunjungi blog resminya di: Peri-Peri Bersayap Pelangi

Monday, May 30, 2011

jutaan (tahun) cahaya



aku tak hendak mencorat-coreti tubuhku dengan sepi
karena kau garuk kerongkonganku dengan cakar kalimatmu
yang tumpul dan menggugurkan kemarahan yang tak lagi berarti

telah kusimpan lelehan matahari dan memendarkannya
di malam-malam tak berbintang sebagai tanda bahwa
cahayaku tak bisa sirna meski kau coba menimbunnya dengan
membalik bola dunia

kini di dalam nebula naga aku menunggu saja
keseimbangan yang kuidamkan
tiba dalam damainya semesta yang adil
tanpa sorak sorai ledakan di angkasa
sementara kau mengambang dan menelan segala
yang fana

Tuesday, May 24, 2011

permen gerimis



ramalan teh bunga cangkir


membuatnya tersihir

dan jatuh cinta pada bulan

karena perahunya jelajahi lautan hujan


jauh di kedalamannya

ia kecap kenangan manis

pada tiap lapis

permen gerimis


setiap kata adalah doa

dari gerbang bibirnya

teruntai tuturan elok

melebur di udara




Tuesday, May 17, 2011

untuk Regina




derit kursi mencairkan waktu
yang membeku. sama ketika kau nyanyikan lagu tentang
hari-hari yang bukan milikku sambil menggulungku dalam
gelembung sendu. menggelinding jauh ke masa
kala dunia adalah taman yang sempurna
dan kutanggalkan sayapku demi menghirup udaranya.


lalu lagumu usai dan gelembungnya terburai
menjadi pasukan gerimis yang berbaris
menjatuhkan diri satu per satu
dari pintu mataku