Thursday, July 31, 2008

Lukisan Bertemu


di timur sini matahari biru

pendar-pendarnya ungu
buatmu tergetar haru

di barat situ udaramu cokelat

harum manisnya nikmat

hasratku berkilat-kilat


waktu bingkaiku kau buka

aku bisa menghirupnya

sedap luar biasa


waktu kau kudatangi

kau takjub sembari

menatapku lagi-lagi


mata kita beradu

kureguk kamu sepuas-puasku
kau nikmati aku sesendu-sendumu


Katadalahdoa


bibirmu sesedap spaghetti marinara


kita berciuman di dalam kapal selam

sesudah itu menjadi beruang kutub

tidur nyenyak sepuasnya

bermimpi naik helikopter

memberitakan kesenangan

pada awan-awan

lalu turun serupa hujan

berebut berlomba siapa

tiba dimana dengan bunyi ting tok

tang tis tuk tung des tek toing

yang riang seringan angin

membasahi kerontang

jiwa kisah kering

menguning

sekuning spaghetti marinara

mari menari menanti kabar gembira

doa kita diterima

diterima

diterima


Tuesday, July 29, 2008

Rapid Eye Movement


sore terampas dari wajah kota

daun terserak di jalanan
terseret angin menggaruk aspal hitam
kaca-kaca memantulkan langit kelam
malam datang kepagian
tiang-tiang kedinginan

cahaya terpancar dari banyak mata mereka
yang gerayangi bangunan sampai taman
merampas tawa di almari hati
mencabut sukacita pepohon rasa
menabur kesenyapan

lalu gema dari lorong gelap mengalir
memenuhi gang-gang membanjirkan
kecemasan, meluapkan ketakutan
menenggelamkan kepasrahan

orang-orangan di bianglala itu tersenyum abadi
diiringi lagu sirkus dan badut-badut otomatis
bergerak kesana kemari seperti mimpi gelisah
di balik katup bola mata bergerak acak
dan jiwa yang meletup-letup mendesak
berteriak "selamatkan aku dari fantasi muram ini!"


Friday, July 25, 2008

Untuk I***


serobek kertas bermata emas

satu wajah seribu topeng
satu topeng seribu wajah
siapa? siapa?

kubuntuti kau sampai
halamanmu yang malas
penuh celoteh unggas
berbalas catatan kaki

aku pemulung
aku penjahit
aku pengrajin
aku penenun
aku penenung

perca-perca itu kudapati
dari guguran pesan udara
yang jatuh di kepala

mengisi lembar-lembar dengan makna

satu yang kau robek
memuat cerita

jari-jari yang melipatnya
hela nafas yang menghembusnya
lekukan-lekukan hasilnya
akan melanglang buana maya

kau lihat pesawat kertas itu?
ia menerbangkan puisi-puisimu



*inspired by her own lazy page at:
http://kemalasan.multiply.com/


Sampai Pada Kesimpulan


bahwa yang kau inginkan adalah cerita

tentang perempuan kesepian
dalam pondok kecil di padang rumput menguning
dengan seekor kuda yang patuh setia padanya

lalu suatu musim angin datanglah pengelana
lelaki misteri yang singgah
meninggalkan jejak-jejak berlubang di dadanya
menyemat kenangan di ranjang kayunya

kau suka bagian ketika si perempuan
bercakap sendiri dengan bayangannya
yang bergerak-gerak terkena cahaya pelita
kala malam mengosongkan langitnya

juga ketika ia bernyanyi sambil mengeringkan diri
sehabis membasuh tubuh sepinya di telaga warna
dan melumurinya dengan aroma bunga

aku tahu matamu berkaca ketika suatu siang yang terang
sebuah pusaran angin datang menghempas ketenangan
menerbangkan segala kesunyian
melambungkan sang perempuan
ke sebuah kata bernama hilang

sampai sesudah reda kau tak mau
tahu akhir kisahnya
kau hanya ingin kembali ke bagian pertama
menjadikannya abadi, mengurung kisah itu
dalam sunyi benakmu

Thursday, July 24, 2008

Ya


kupu-kupu hinggap di telingamu


dihantar angin yang masuk dari

celah-celah kaca berukir

setinggi atap gereja


mereka berbisik tentang rahasia

suara genta yang mengiang di daun jendela

ruanganmu pada waktu-waktu tertentu


katanya itu pertanda

di luar langit biru

ada mereka yang

sangat menyayangimu


ya

menyayangimu

kata kupu-kupu itu


Untuk YN


sudah tertautkan temali pusarku di pusaramu

bersama angin beriring menggelitik masa kecil
yang terkikik geli pada hampar hijau
di mana dinding tebingnya setia mencatat
gendhing yang terinjak kala kakiku menapak
lebih jauh tiap tiga ratus enam

puluh lima hari sekali

meski ingatanku melumut keunguan kau masih
bisa melihat pantulan bayangan di awan-awan
ketika langit biru jernih berubah kemerahan
dan kapal-kapal negeri seberang merapat
di pelabuhan tangisan tempat ia yang sama-
sama kita cinta menangisi hidup dan matinya
di pesisir pantai pedih

pasirnya yang berdesir itu tertinggal di jantungku
terus mengalir selayak jam waktu menjaga
rinduku kekal kelabu mengenangnya
mengenangmu dalam darahku

Y,240708

Orang-orang Yang Berjejalan


aspal mengepul sehabis diguyur hujan peristiwa.
katanya semua serba terbalik dari sudut pandangnya.
katanya semua tertipu lapisan langit berlapis ganda yang
lapis depannya berwarna gelap memiliki robekan bulat
dilembarannya sehingga lapisan belakangnya yang
berwarna kuning pucat menyeruak kala gelap dan
kita namai bulan. bulan! betapa kita dihajar keras untuk
memberi alasan pada segala sesuatu agar hidup bisa
berjudul dan berakhir indah seperti
harapan-harapan yang dijual media.

jika naga yang kau pelihara itu menetaskan
telur telur emas maka mari berdoa agar raja-raja
yang lahir dari sana berkuasa bijak
atas diri mereka sendiri.

orangorang yang berjejalan seperti septitank kepenuhan
hembuskan aroma eksotis gas alam asli manusia
yang segera menari di udara, memenuhi segala
ruang kecil di kepala sesak sesak pengap
menjelang mau pecah.

kota besar kota kecil desa kota kampung kampung
dan wajah wajah plastik membungkus jiwa kerdil
yang belum berhenti teriakkan lantang perang
bersaing dengan bencana alam serta kecerobohan
tangan tangan mungil kita.

bulu bulu halus rajawali yang berguguran
dari pesta pora kesedihan yang tiada henti.

ohh, come on...


Y, 17 Nov 06

Wednesday, July 23, 2008

Cinta Untuk Nainawa


Mungkin kemungkinan itu tak akan memungkinkan,
candanya di meja makan tentang hidup yang dijejali ketidakpastian.
Katanya, pengetahuan adalah obat bagi kebodohan.

Filosofinya tak terbantahkan
bahwa kita harus hormati nenek moyang.
Tanpa mereka kita tiada, meski kita tidak minta.

Ia puitis,
sesekali protes pada lirik the cranberries.

Ia ajariku menari dengan hati,
ujud syukur bagi padi dan ibu bumi
karna senantiasa mencukupi kita yang serakah ini.

Selalu mengerti dan tegak berdiri dihadapan segala tragedi.
Kemarahannya, lidah api di kilau mata.
Bijak sederhana dalam ketenangan,
ia hantarkanku temukan Tuhan.

Pelukannya surga nyaman
di buaian nyanyi peri peri hutan.

Enyah dari cucuku!
ia membawa darah suku.
Setetesnya sama berharga dengan seluruh nyawamu.
Perintahnya pada para pengganggu.

Mungil kata kata
adalah persembahan cinta yang menyala-nyala
untuk Nainawa,
lelaki gunung yang namanya bergaung
di bukit bukit jiwa.

Terima kasih Opa.


Nov292006

Tuesday, July 22, 2008

Tak Apa Tak Sempurna


kita

mestinya
merasa
bahagia

karena

sederhana
adalah
luar biasa

Monday, July 21, 2008

Mercy


kasihmu tak berbatas

sungai yang mengalir tak henti-henti
menyuburkan, menyegarkan, menghidupi

aku setunas rumput kecil
tak luput dari rahmat
kau perhatikan sampai detil
selalu kau rawat

jika ku sepi sendiri
kau beri ku teman

jika ku sakit
kau hadiahi kesembuhan

jika ku sedih
kau ganti kelegaan

apakah yang dapat diberi

setunas rumput kecil

pada sungai yang tak pernah berhenti

mencintainya

selain syukur

dan memuliakan namanya

sepanjang umur
sepanjang masa

Friday, July 18, 2008

Cantik Itu Apa


Apa Itu Cantik


Cantik Apa Itu

Itu Apa Cantik

Apa Cantik Itu

Itu Cantik Apa


haa?

Wednesday, July 16, 2008

Marinaro


bungkam khayalmu di garis batas pelangi

dan tidurlah kau kelelahan
terdampar di pantai sepi
melangutkan harapan kemilau butiran pasir

jika memang cakrawala itu ada
bukan dari rahim siapa kita datang pertama kali
karena ruhnya mengecap asin manis
yang sama dengan pahatan lekuk berbeda

pelayaranlah menentukan kemana kemudi
mengantar cadik nasib arungi lautan cerita
ketika kenangan timbul tenggelam
kesedihan dan tawa tersebar mengapung terselam
juga karam ke palung-palung rahasia

siapakah kita,
nelayan jelaga memilin angin
memanggang kulit daging
melegam diri di kaki matahari

menjala bahagia
ke dasar peristiwa

15 Juli*


kau berada dalam sebuah

kereta yang melaju membelah pagi
teramat pagi karena kabut masih menyampuli
pohon daun jalan tiang bangunan jendela

: embun adalah penguasa

dingin yang menusuk pori-pori seperti
nyanyian menjilati kantuk yang masih
meringkuk malas di permukaan wajahmu
yang terayun antara impian hangat ranjang
dan tujuan kemana kakimu harus melenggang

seorang diri dalam sebuah
kereta yang melaju membelah pagi
membuatmu seperti ingin menangis
tanpa alasan apa-apa sekedar membulirkan
tetes haru biar sejuklah dadamu

menghirup angin baru, usia yang mencatat
jauh perjalananmu, ceria kanak-kanakmu
semangat remajamu, bijak dewasamu

: merayakan waktu kelahiranmu


*SELAMAT ULANG TAHUN OM URIP HK
(http://theurhekaproject.blogspot.com/)

Tuesday, July 15, 2008

Lihat Saja


seperti perahu kelebihan muatan

hasratmu berlayar oleng nyaris
tenggelam di danau waktu

: sesekali memang harus karam

siapa yang peduli
karena jubahmu dari besi
armadamu melimpah ruah
segala inginmu dipenuhi sampai tumpah

tapi masih juga kau jarah

bunga-bunga ceroboh dan pepohon kokoh
yang mengiring-imbangimu biar tak roboh
dalam kekaguman yang kau namai kelemahan
untuk menjejali rakusmu tak berkesudahan

semesta memaafkan
namun juga menghukum kelak
ketika karma tak mampu kau elak


Monday, July 14, 2008

Dari Ini Ia


Darimu mulai biji serapah bertumbuh, bertunas,
berdaun, meninggi, membesar, mekar, memanjang,
ke dalam, ke atas, ke luar, ke bawah, ke samping,
bercabang, mengakar, melilit, menjerat, mengetat,
mengikat erat semakin erat cengkeramnya
amarah tertahan sepanjang persemaian.


Ini sabar ini pengertian ini kebaikan
ini permakluman ini maaf ini ampun ini ikhlas
ini lupa ini luka ini jejak ini toreh yang kau pupuk
kau sirami kau rawat kau siangi kau besarkan
kau lewatkan kau lalaikan.


Ia lalu beronak beruncing bertajam bersiap
menikam mengancammu sendiri jika
tanpa hati-hati menyentuh benih
yang kini utuh menjadi pohon benci
penuh duri menaungi tanah subur
penuh humus rampasan dari sana sini.

Friday, July 11, 2008

Pasti Ada


pasti ada jalan

meski malam segelap hitam
dan pintu-pintu sulit dibukakan

pasti ada terang
meski redupmu nyaris padam
dan cahaya seperti lamunan

pasti ada kau dapatkan
impian yang setia menunggu
di ujung jalan terang

Natalia


ia pernah berlari begitu saja

menghambur memelukku erat
berseru: I miss you

lalu melesat secepat kilat
bermain lagi sambil sesekali
kembali untuk mendekapku
tanpa kata-kata

ia pandai sekali mengutip
percakapan film kartun
yang ia sukai dan mempraktekkannya
di depan kami lalu tergelak sebelum kami
sempat paham di mana letak lucunya

ia pernah menangis menjerit-jerit
ketika kami harus dipisahkan malam
untuk pulang ke rumah yang berbeda

ia menciptakan lagunya sendiri
hip-hop natalia yang ia nyanyikan
di telinga kami semua

ia pergi dalam tumpahan cinta kami
yang mengalir jauh dari seberang negeri

selamat jalan Natie ...*




*Natalia adalah anak perempuan Jackie teman kami,
yang meninggal beberapa hari
yang lalu di USA.
Kami semua sangat kehilangan dan berduka atas kepergiannya.

Thursday, July 10, 2008

Membalas Balasan Hani Heartbeat*



pada musim yang kau namai semi

bunga-bunga penuh dari halaman
vas bunga hingga motif tirai jendela

hitam putih menggarisi waktu memberi
batas tegas mana hari ini mana masa lalu

mengapa harus lari sembunyi
ketika mimpi membayang diri

pada baris-baris gerimis kenangan diikat
oleh tali haru meluncur dari awan rindu
sepilah sendu terkuyup meluruh gugur
segala kuncup sedih mendekap pesan matahari

pada musim yang kau ingin berseri


* di milis Bunga Matahari

Wednesday, July 9, 2008

Malam Menggenang di Matamu



malam menggenang di matamu

taburan bintangnya mimpi
berlayar tenang dalam tatapan

aku terhisap pelan

Tuesday, July 8, 2008

Bersama


kaki kita hinggap di kota kecil


pada dingin
pada basah
pada hujan
yang tercurah-curah

aku mulai berdoa
kau berjaga-jaga

bayang lilin wajahmu
menari di bawah payung

seperti relief memahat pintu langit
matamu harapan terujung
daun mimpi

bergetar mencari matahari
negeri bersari madu
memuaskan dahaga rindu

setelah pejam usai
jalan itu sudah menunggu

tanganku digenggamanmu menggigil

kaki kita melaju tinggalkan kota kecil


Juli ke Juli


"Sepi itu kampung halaman yang rindu dipulangi,"

katamu sambil mengikat tali sepatu.

"Mereka lebih sabar menunggu kita yang pergi."

Dan aku terbayang lonceng sekolah berayun sendiri di hari libur
ketika angin turun dari bukit-bukit yang tidur.
Kau mengibas rambutmu terurai lepas.



Monday, July 7, 2008

Gadis Yang Memanjat Ke Langit


Suatu pagi beberapa gadis muda meninggalkan desa tepee
untuk mengumpulkan kayu api. Diantara mereka terdapat
Sapana, gadis tercantik di desa, dan dialah yang pertama kali
melihat landak duduk di kaki sebuah pohon cottonwood tinggi.
Ia berteriak kepada teman-temannya: "Bantu aku menangkap
landak ini, dan aku akan membagi durinya pada kalian."

Sang landak bergerak memanjat lebih tinggi,
namun dahan pohonnya dekat dengan tanah
dan Sapana dengan mudah memanjatnya.
"Lekas," serunya, "Landak itu memanjat semakin tinggi.
Kita harus menangkap agar durinya bisa digunakan untuk
menjahit moccasin* kita." Ia mencoba memukul landak itu
dengan kayu, tapi landak itu memanjat semakin jauh dari
jangkauannya.

"Aku mau duri-duri itu," kata Sapana. "Jika perlu, aku
akan mengikuti landak ini sampai ke puncak pohon."
Tapi setiap kali ia memanjat, sang landak selalu lebih tinggi
darinya.

"Sapana, kamu memanjat terlalu tinggi," salah satu
temannya memanggil dari bawah. " Sudahlah, turun saja."

Tetapi ia terus memanjat, dan ia merasa pohon
itu terus memanjang ke langit. Ketika ia mendekati
puncak pohon itu ia melihat sesuatu di atasnya,
kokoh seperti tembok, namun bersinar. Itu adalah langit.
Tiba-tiba ia menemukan dirinya berada ditengah-tengah
lingkaran tenda-tenda. Pucuk pohon telah hilang,
dan sang landak telah berubah
menjadi seorang laki-laki tua berwajah jelek.

Sapana tidak menyukai tatapan lelaki-landak itu,
namun ia bicara dengan baik kepadanya dan mengantarnya
ke tepee, tempat tinggal ayah ibunya.
"Aku telah mengawasimu dari jauh," katanya.
"Kamu tidak hanya cantik tapi juga tekun.
Kita harus bekerja sangat keras di sini, dan aku mau kamu
menjadi istriku."

Sang lelaki landak langsung menyuruhnya bekerja sejak
saat itu. Menggosok dan menggaruk kulit kerbau dan
membuat jubah. Pada petang hari, Sapana keluar dari tepee
lalu duduk sendiri dan memikirkan bagaimana caranya
supaya ia bisa kembali ke rumah. Segala yang ada
di dunia langit berwarna coklat dan abu-abu, dan ia merindukan
hijau pepohonan dan rerumputan di bumi.

Setiap hari sang lelaki landak pergi berburu,
membawa pulang kulit landak untuk di kerjakan Sapana,
dan di pagi hari ketika lelaki itu pergi, Sapana bertugas
untuk menggali lobak liar.
"Ketika engkau menggali akar-akaran, berhati-hatilah,
agar tidak menggali terlalu dalam," lelaki itu memperingatkannya.

Suatu pagi Sapana menemukan sebuah lobak
yang luar biasa besar. Dengan susah payah ia mencoba
mengumpil dengan kayu penggalinya, dan ketika ia mencabutnya
ia terkejut bahwa itu adalah lubang yang membuatnya bisa melihat
ke bawah, ke bumi hijau. Jauh di bawah ia melihat
sungai-sungau, pegunungan, lingkaran tepee dan orang-orang
berjalan-jalan.

Sapana kini tahu mengapa si lelaki landak memperingatkannya
untuk tidak menggali terlalu dalam. Karena ia tak ingin lelaki itu tahu
bahwa ia telah menemukan lubang di langit, dengan hati-hati ia
mengembalikan lobak tersebut. Dalam perjalanannya kembali ke tepee
ia memikirkan cara untuk turun kembali ke bumi.

Hampir setiap hari si lelaki landak membawa kulit kerbau
untuk ia kerjakan menjadi jubah. Saat membuat jubah, selalu ada
sisa helai urat, dan ia menyimpan helai-helai tersebut
di bawah tempat tidurnya.

Ketika dirasa cukup, Sapana membuat tali yang panjangnya
cukup untuk mencapai bumi. Suatu pagi setelah si lelaki landak
pergi berburu, ia mengikat seluruh tali tersebut dan pergi
ke tempat ia menemukan lobak besarnya dulu. Ia mengeluarkan
lobaknya dan menggali lubang yang lebih besar agar cukup untuk
tubuhnya. Ia meletakkan kayu penggalinya melintang dan mengikat
ujung tali kulit di tengah-tengahnya. Lalu ia mengikat ujung tali
yang satunya ke tubuhnya sendiri. Perlahan ia menurunkan tubuhnya
dengan membuka gelungan tali.

Waktu berlalu hingga ia sudah cukup jauh ke bawah danbisa melihat
pucuk-pucuk pepohonan dengan jelas, namun ia juga tiba di ujung talinya.
Talinya kurang panjang untuk mencapai tanah dan ia tak tahu apa yang
harus ia lakukan.

Ia bergelantungan lama, berayun ke belakang dan ke depan
di atas pepohonan. Sayup-sayup di kejauhan ia dapat mendengar
anjing menyalak dan suara-suara orang di desa tepeenya, namun
orang-orang terlalu jauh untuk bisa melihatnya.

Setelah beberapa saat, ia mendengar suara dari atas. Talinya
berguncang sangat keras. Batu-batu meluncur dengan cepat
dari atas menjatuhinya, dan ia mendengar si lelaki landak
mengancam akan membunuhnya jika ia tidak memanjat
kembali ke atas. Batu-batu berdesing di telinganya.

Pada saat itu seekor Elang terbang berkeliling di bawahnya.
"Kemari dan tolonglah aku," ia memanggil Elang itu.
Burung itu meluncur di bawah kakinya beberapa kali,
dan Sapana bercerita tentang apa yang terjadi padanya.

"Naiklah ke punggungku," kata Elang itu,
"dan aku akan membawamu ke bumi."

Ia menaiki punggung sang burung.
"Kamu siap?" tanya Elang.

"Ya," jawab Sapana.

"Lepaskan saja talinya," perintah sang Elang.
Ia mulai terbang turun, namun Sapana terlalu
berat untuknya, dan ia meluncur ke bumi terlalu
cepat. Ia melihat seekor Rajawali terbang di bawahnya.

"Rajawali," teriaknya, "bantu aku mengantar gadis ini
kembali ke orang-orangnya."

Sang Rajawali terbang dengan Sapana di punggungnya
sampai Sapana bisa melihat tepee keluarganya dengan
jelas di bawahnya. namun Rajawali mulai kelelahan,
dan Elang harus membawa Sapana kembali ke punggungnya.

Elang meluncur begitu cepat melalui pepohonan dan mendarat
tepat di luar desa Sapana. Sebelum Sapana sempat berterima
kasih, sang Elang telah terbang kembali ke langit.

Sapana beristirahat beberapa saat dan mulai berjalan pelan
sekali ke tepee orang tuanya. Tubuhnya begitu lemah dan ia
sangat kelelahan. Di jalan ia melihat seorang gadis berjalan
ke arahnya. "Sapana!" jerit gadis itu. "Kami pikir kamu sudah mati."
Gadis itu membantunya berjalan ke tepee.

Mula-mula ibunya tak percaya bahwa itu adalah anak perempuannya
yang kembali dari langit. Lalu ia membentangkan lengan, memeluknya
menangis.

Berita tentang kepulangan Sapana menyebar sangat cepat ke seluruh
desa, dan setiap orang datang untuk menyambutnya.
Ia bercerita kepada mereka tentang kisahnya, khususnya
kebaikan yang telah ia terima dari Elang dan Rajawali.

Sejak itu, setiap orang-orang sukunya melakukan perburuan besar,
mereka selalu melepaskan satu ekor kerbau untuk dimakan
oleh Elang dan Rajawali.



Kuterjemahkan dari The Girl Who Climbed to the Sky
http://www.indians.org/welker/heron.htm

Friday, July 4, 2008

Ternyata


setubuh perempuan berbalur doa, merayap di denyut sedunya
di antara tulisan borges berserak jenaka, mengejeknya tersesat
pada peristiwa nyawa maya berguguran

bagai badai daun sehari saja, semarques saja.
ingatannya merayap seperti batang labu mencari harap
di tanah ragu. hatinya penuh rumusrumus.
belahan jiwa serius menyantap bahasa

yang bukan lidah ibunya. kendati hiperumbertolah diri
hingga mata cenayang itu akhirnya
meminta kecanggihan terbaru. buat memastikan segalanya
baik saja lewat layar kaca tatkala telapak elektronik

meraba raga gemetarnya. serat sajak-sajak tersenyum
di perutnya, di dadanya, di tengkuknya, di lututnya.
lagu -lagu berhembus racun terbuang
dari mulut sembahyang tenang.
pergi! seperti nenek sihir mengusir angkara

dari roh yang sederhana dan cuma punya cinta.
oleh-oleh apa di wajahmu itu: "lega", katanya.


Thursday, July 3, 2008

Aku Bicara Kepada Angin


Kata lelaki tepat kepada lelaki lambat

Dari mana saja kau
Aku telah kesini dan aku telah kesana
Dan aku telah ke antaranya

Aku bicara kepada angin
Kata-kataku terbawa pergi
Aku bicara kepada angin
Angin tak mendengar
Angin tak dapat mendengar

Aku di luar melihat ke dalam
Apa yang kulihat
Banyak kebingungan
Disilusi
Disekelilingku

Kau tak mempengaruhiku
Tak mengesankanku
Cuma mengecewakanku
Tak bisa memerintah atau mengaturku
Cuma menghabiskan waktuku

Aku bicara kepada angin
Kata-kataku terbawa pergi
Aku bicara kepada angin
Angin tak mendengar
Angin tak dapat mendengar



*Judul asli: I TALK TO THE WIND by Ian McDonald and Peter Sinfield.
Liriknya kuculik dari blognya om UHK (http://theurhekaproject.blogspot.com/)
lalu kualihbahasakan, secara suka2, tentu saja ;-)

Ogle


kulit berminyak


lelehan kutuk yang lumer oleh magisnya

nama kakek moyang kita


jika langit adalah wajah yang tertawa


pelangikah senyumnya?


keajaiban datang tanpa peringatan

tapi diharapkan

seperti hujan di penghujung malam

tidurmu semakin deras sewaktu

kenyataan basah kuyup diguyur mimpi


tukang tenung telah pergi

ke bulan berakhiran i


buka pintu

kejutan menunggu di situ

tangan yang gemetar memegang gagang

redakan dulu


pick

a

boo!


segera kemasi barangmu

kita melaju


Aku Juga Mencintaimu


aku juga mencintaimu


dalam diamku
dalam jarakku
dalam sepiku

aku juga mencintaimu

dalam bencimu
dalam jauhmu
dalam keramaianmu

aku juga mencintaimu

dalam
dalam
dalam

Re: Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai di Dalam Gelas*


tunggu,

kita masih belum selesai

aku tahu bayang siapa di dasar gelas
yang terpantul dari kepala anggurmu

ketika hujan menikam tatapan kita pada dokar yang melaju
dan angin basah mengipas ujung-ujung rokku
tidakkah kau bercerita di balik altar masa lalu?

sedang aku melayang ke tentu saja, sang bintang utara

bagaimana bisa selesai
jika lingkar samsara begitu membuat lena
: doa terdaras di tiap bulir rosari
aroma subuh ditingkahi bunyi lonceng gereja
rasa lega setelah bulir beras menempel di dahi

percayalah,
banyak yang minta pada Tuhan agar jangan selesai
meski ada juga yang menyudahi sebelum waktunya usai

dan kita selalu bertemu lagi
tidak sekarang, mungkin nanti
seperti pada suatu pagi
di stasiun kereta api

aku mabuk hidup
kau juga

nikmat sekali
bukankah?



* jawaban atas puisi om Urip HK (http://theurhekaproject.blogspot.com/)
di milis Buma & Apsas

Tuesday, July 1, 2008

Hatimu


hatimu sungai
mengantar gemericik sejuk

mata air bening tempatku berkaca
mencari pintu yang terbuka
selalu terbuka
buatku pulang kesana


hari dini aku tak pernah sendiri

hatimu selimut penghalau dingin
yang menyayat
lewat sunyi- sunyi
tiap aku bernyanyi
mengusap tepi daun
kelopak bunga
pula akar jauh nun di dalam sana


hatimu angin menghembus utuh memeluk teduh

segalaku yang tak sempurna

pada takut ku bertelut
kau meniup jiwa ciut
mengembang sayap membentang jalan
hatimu seluruh perkasaku