Mungkin kemungkinan itu tak akan memungkinkan,
candanya di meja makan tentang hidup yang dijejali ketidakpastian.
Katanya, pengetahuan adalah obat bagi kebodohan.
Filosofinya tak terbantahkan
bahwa kita harus hormati nenek moyang.
Tanpa mereka kita tiada, meski kita tidak minta.
Ia puitis,
sesekali protes pada lirik the cranberries.
Ia ajariku menari dengan hati,
ujud syukur bagi padi dan ibu bumi
karna senantiasa mencukupi kita yang serakah ini.
Selalu mengerti dan tegak berdiri dihadapan segala tragedi.
Kemarahannya, lidah api di kilau mata.
Bijak sederhana dalam ketenangan,
ia hantarkanku temukan Tuhan.
Pelukannya surga nyaman
di buaian nyanyi peri peri hutan.
Enyah dari cucuku!
ia membawa darah suku.
Setetesnya sama berharga dengan seluruh nyawamu.
Perintahnya pada para pengganggu.
Mungil kata kata
adalah persembahan cinta yang menyala-nyala
untuk Nainawa,
lelaki gunung yang namanya bergaung
di bukit bukit jiwa.
Terima kasih Opa.
Nov292006
No comments:
Post a Comment