pernah sekali pada suatu siang bersalju,
aku berjalan melawan arah angin yang menderu-deru
aku mencarimu, membawa sendu yang kudekap rapat
dalam jaket tebalku. aku ingin memberikannya padamu,
menangis dalam pelukmu, merasakan usapan hangat di punggungku.
aku terus membayangkanmu, sedang menungguku,
tapi tak kulihat kamu
aku terus membayangkanmu, sedang menungguku,
tapi tak kulihat kamu
angin mungkin menghempasmu bersama dingin yang menikam tulang-tulangku. aku mungkin terlambat, aku mungkin kurang cepat, aku mungkin tersesat. aku memang benar-benar tersesat jalan, tersesat dalam kesedihan.
pernah sekali pada suatu siang bersalju,
aku merasa sangat terasing di sebuah kota
dengan rintik-rintik air di mata
No comments:
Post a Comment