Thursday, October 11, 2007

Untuk Kekasihku

Kita duduk di bangku kayu.
Kau dan gurat peradaban berkilauan. Tajam dan dalam.
Seperti slide show melintas bersama cahya matari
menyusup di jendela perpustakaan tua.


Senyummu bak ayun tongkat peri
dan akulah permohonan itu sendiri.
Memercik kita terangi hari-hari.


Di atap perpustakaan itu,
dua ekor burung kuyup diam
menunggu malam datang
bersama dentang jam di sudut jalan.


Hidup ini panjang.
Kau tumbuh menawan. Aku ceria melayang.
Peluk aku saat kita bertemu sayang,
kan kusiramimu hujan rindu

...


Yogya, 11 Oktober 2007

1 comment:

  1. ia memintanya, ketika bis yang mengantarnya merayap, lewat bukit-bukit gersang dan beberapa motor sesak dengan muatan menyalip dengan tiba-tiba di sisi kiri dan kanan.

    ia berjanji, akan memberi kabar setelah tiba, sembari menuliskan peluk, cium, dan cinta, di baris paling bawah dari pesannya.

    ReplyDelete