pada kematian raga dan perginya jiwa
yang menyisakan jejak kehilangan teramat kelam
baru kau akan paham rasanya disergap kesepian
dari sorot-sorot mata yang beranjak padam
derak ranting belantara resah menjeratmu dalam
kepedihan tak teraba dan rasa nyeri yang
datang tiba-tiba menembus dasar dada seperti
tangis pecah dari langit terluka
air mata punya dua kaki yang suka sekali berjalan dalam sepi
langkahnya mengikis keteguhan bumi jiwa kokoh berdiri
dengan dinding-dinding berlengan yang menjulur
ke ujung lidah matahari untuk menenangkan diri
setiap kali gelap datang mengunjungi
tentu saja kita semua mencari bahagia
memeluknya kuat-kuat saat kita punya
dan tak ingin melepasnya selama-lamanya
sayang mereka cuma angin yang membungkusmu lembut
sedemikian rupa sampai kau terpejam hanyut
di laut rasa
tapi ketika kau buka mata mereka berlalu
bersama waktu
hingga hanya kenanganmu dan cuma kenanganmu
yang mengabadikannya dalam segala usaha mengingat
dan menyimpan diam-diam
di dalam lemari benakmu yang rahasia