Tuesday, October 6, 2009

Warna Temaram




sambil memegang lentera aku menunggu
di bawah teras kayu beratap bambu
mataku melihat jauh ke dalam kegelapan
di antara rumpun pepohonan di ujung penghabisan
setapak itu

katamu kau mengoleh-olehiku berlapis rindu

sebelumnya angin membawa wangi tubuhmu
membawa desah nafasmu
membawa lembut sentuhanmu
membawa hangat pelukanmu

adakah kau tahu
resah yang mencakar-cakarkan namamu
di dinding dadaku?

waktu menengadah kulihat langit membuka pasrah
seperti layar basah yang transparan
bernama malam
berwarna temaram

lalu kau datang merengkuhku
dan kita melebur di temaram itu
dengan lagu-lagu sendu dalam selimut rindu

No comments:

Post a Comment