Thursday, February 28, 2008
Word Of The Day
jad-ed [jey-did]
--adjective--
Definition: bla bla blaabla bla bla
bla bla bla blaaa blabla : a jaded bla blabla
blablabla bla bla bla bla bla bbla
Wednesday, February 27, 2008
Psychobabble Dreams
: UHK
kau bilang aku pemimpi
14June07
Orang-orang Yang Pergi
Pesanmu kuterima ketika terdengar suara pesawat
menderu di atas ruangku.
Sewaktu menoleh spontan, di luar jendela yang kulihat hanya hujan.
Kuulang baris-barisnya, lalu menerawang lagi ke luar jendela.
berdiri mematung di ujung peti jasad ayahku,
tak tahu apakah ini rasa sedih atau bingung.
Yang kuingat hanya saat itu udara terasa berat
menyiksa hening yang lewat.
senyum yang dipaksakan, tatap tak terjemahkan,
pandangan iba memelas yang asing.
semacam duka untuk diluruhkan.
Waktu itu aku tak menangis sebab takut ayah terbangun
dari tidurnya yang nyaman.
dan tak sudi berpanjang kata padaku
tentang duka yang tak kupahami.
Yang tak bisa lagi kita dekap hangat tubuhnya dan tak akan datang lagi.
mengaburkan kaca jendela. Bukan suaramu tentu saja,
kita toh tak pernah berjumpa selain lewat kata.
Pesanmu kubalas sesudahnya. Melanjutkan percakapan riang kita tentang kota-kota.
Kudengar di luar hujan semakin deras saja. Kali ini disertai guntur menggetarkan kaca-kaca.
Tuesday, February 26, 2008
Perkusi
mendung mengurung
perkusi alam
untuk semua di sini
Jog 6 Des 2006
*Puisi-Novel* 'Le Petit Prince'
terlalu banyak pohon baobabnya
hingga melihat jeli menjadi sulit
bagi kami yang terlempar dari asteroid
lalu didera oleh Sahara
menerima bahwa yang buatnya cantik mempesona
adalah karena ia sembunyikan sumur-sumurnya
sambil kami cari jalan pulang rumah
berpegang pada petuah rubah
agar tak tersesat pada keabadian entah
Ygy, 30 April 07
*) adalah puisi balasan untuk om Henry C Widjaja yang menulis untuk membalas puisiku 'Yang Maha' di milis bungamatahari. Judul puisi ini ditulis oleh om HCW.
Monday, February 25, 2008
Tuan Domba Berserigala
Tiba-tiba saja Tuan terlihat sedang berdiri
di antara kawanan serigala dan domba
dan Tuan yang memang mirip keduanya
bebas menyelinap kemana Tuan suka.
Tuan adalah domba cemerlang di padang-padang gersang.
Tuan mengagumkan dengan bulu-bulu pengetahuan
yang lebat penuh serat dan dalam bimbingan Tuan
kawanan Tuan tumbuh menjadi kuat
sehat berisi nyaris tak tertandingi.
Tuan memimpin kawanan dengan gagah berani
menjelajah negeri-negeri, mengenali rerumputan itu ini,
membagi wawasan Tuan pada domba-domba tua muda
yang selalu terkesima memandang Tuan.
Tetapi pada hari-hari sepi,
ketika kawanan Tuan terlena di siang terik atau malam temaram,
mencari naungan bacaan, mereguk air di sungai-sungai pikiran
menikmati lezat rerumputan kata-kata,
Tuan melanglang ke wilayah liar,
menjelma serigala masih dengan bulu domba.
Taring-taring Tuan pongah jumawa, wol-wol Tuan berkilauan
ditimpa cahaya matahari yang kebingungan siapa sebenarnya Tuan.
Di padang-padang kembara
Tuan menerkam domba-domba muda
dengan kesantunan dan kemolekan tata cara yang tak mereka duga.
Gigi-gigi Tuan menikam, merobek tubuh segar mereka,
menyantap dengan lahap, memuaskan keganasan
dan merasa diri Tuan begitu perkasa.
Sesudahnya Tuan pulang sambil berubah perlahan
menuju kawanan Tuan, penuh wibawa,
kembali menjadi domba bijaksana,
menyembunyikan taring Tuan, memimpin kawanan Tuan,
menghasilkan wol-wol berharga dan daging-daging kuat
serta susu segar yang melimpah dari mereka.
Tetapi ketahuilah Tuan,
langit mencatat perbuatan Tuan.
Amarahnya menggulung-gulung sampai tak mampu tertampung
dan meluap tumpah menjatuhi hamparan sejarah Tuan
sebagai tangisan hujan sekaligus peringatan akan kemunafikan Tuan.
240208
: Ney *
mau menulis apa saja
meski tinta jiwa ngadat menyebalkan
karena gelambir tirai-tirai tawa
di setiap jendelanya
membuat sejuk
seperti selalu ada angin segar masuk
dan bukankah gelap itu hanya jika kau tak ada?
selalu kan cahaya semesta yang muncul di sana
bersinar dari datangmu lewat nganga pintu-pintu itu
tiap kali kulewat halamanmu
selalu harum perdu-perdu baru
yang ramah menyapa
dari pekarangan gelap
yang seperti senyap
tapi penuh warna
di dinding-dinding
dalamnya
*membalas puisi ney (http://www.malamkemarau.blogspot.com) di bungamatahari
New Kids On The Blog
sebelumnya
aku tak pernah tinggal
di sini
hampir semua tetanggaku narsis
membuatku semakin egois
tapi
semua bisa
berkunjung kapan saja
semua bisa
teriak
sesukanya
aku juga
di sini
wajahmu tak diminta
tak dicerca
tak penting rupanya
hanya kata
dan kesan yang muncul dari tampilannya
tampilan rumah dan pikiran penghuninya
ke rumah-rumah tetangga tertentu
aku suka berkunjung
sewaktu-waktu
tanpa mereka tahu
tanpa meninggalkan jejakku
di situ
bungamatahari-negeriajaib, 22 feb 08
Friday, February 22, 2008
Dominus Tecum Benedicta Tu
Sancta Maria
ora pro nobis
nobis pecatoribus
nunc et in hora
in hora mortis nostrae
amen
*thanks to Franz Schubert for making my favourite lines be beautifully heard*
Dalam Bioskop
kusandarkan kepala ke lenganmu
tahukah kamu betapa ragajiwaku
nikmat tersengat
tiap kali
tiba-tiba kau mengecupku
di tengah jalan cerita
dan belaian pelan di punggung
usapan di lengan
bibir lembutmu di telingaku
nafas hangat yang teratur
melayangkanku
ketika layar lebar menampilkan
adegan romantik
dengan alunan musik
aku merapat padamu
dalam gelap
aku berharap
andai hidup kita
punya soundtrack untuk setiap
adegannya
kamu mendengarnya
lalu mendekapku lebih erat
dan tertawa
sesudah amplas 220208
Thursday, February 21, 2008
Puff ...
puff...
bebaskan aku dari angkara ini
kutiupkan asap ke wajahmu
kuhormati kau dengan kepulku
puff...
semoga Roh Agung menjaga kita
dalam perdamaian senantiasa
puff...
letakkan panah racunmu
juga tomahawkmu
duduklah tenang di sini
dan puff...
bersamaku
Yogya31Okt2007
Wednesday, February 20, 2008
Mayapada Padamaya
pssst, ada rahasia di belakang perkamen langit biru muda
yang ternyata jika sedang tanpa polesan atmosfir, rautnya berwarna merah tua.
aku tak sengaja melihatnya, ketika tirai hari itu terkibas angin ceroboh yang menggelitik pohon-pohon sycamore hingga daunnya tergelak berguguran.
ceritanya tentang pintu-pintu sakral bahasa yang kehilangan penjaga masa-masa sunyi. kabarnya mereka sangat sembrono sehingga huruf berpesta pora dan silabel melarikan diri sesuka hatinya lalu tak mau pulang karena terlena di jeda cerita bagai rahib tertidur di lereng berumput lalu bermimpi mencari daun pakis tapi terjerembab ke daerah berpaya dan tenggelam di sana selama-lamanya.
maka masygullah tuan-tuan tata bahasa yang tersayat gulana lewat bilah-bilah sepi. ahli nujum mereka berusaha meramu bunyi-bunyi, menjadikannya berarti, memberinya tanda-tanda, memotongnya, mengolahnya, mencampurkannya, menghiasnya seperti rangka bunga kata dalam jambangan gema.
kadangkala mereka bergumpal-gumpal, jalin-menjalin rumit tak terurai. lain waktu lagi berupa debu-debu sihir berkilauan dan memabukkan. ada pula yang berair sayu, panjang terputus-putus turun terus menerus seperti jeruji basah yang tak tertembus dan membuat hatimu meronta terhuyung seperti tersesat dalam rimba kepayang rasa antara indah sekaligus muram durja.
psst, tapi di malam hari, mereka melompat ke dalam mimpimu dan meninggalkan lukisan enigma yang seringkali kau sendiri tak pernah memahaminya.
yogya hujan sore-sore, 21 Feb 08
ke r o pe n g
raung
ini
tlah
meledak
ter
bu
rai
dalam
ruang
diam
jauh
di
dasar
geram
jadi
kau
tak
perlu
pe
du
li
Tuesday, February 19, 2008
Kota Mawar Merah
Untuk Senin
Jgj130807
Mendawai Hujan
mendawai hujan di serambi matamu
Yogya, 280807
Fajar
Monday, February 18, 2008
*Puisi-Novel* The Kite Runner
kau dan aku sama-sama tak punya Ibu
Ia Sendiri
menenggak malam
dari berbotol sepi
mabuk
ribut bersendawa igauan mimpi
di pagi hari
muntahan kata berserak
masih bau sepi
Yog, 15 Feb 08
Selayang Tembang
jemari di atas piano tua, bunyikan nada-nada. seperti bintang berpendar dari kedalaman langit. mula-mula kabur, lalu membenderang, semakin terang. lagu itu mengambang di telinga kenangan. begitu sulit digambarkan, tapi renyah, ringan dilantunkan.
hidup yang datang bagai hujan turun dari awan.
hidup yang menghembus bagai embun pergi pagi-pagi sekali.
seperti ratu jelita duduk di tahta pualam menatap rakyatnya tajam, semesta ini rumah luas nun terus mengembang. jasad kita hanya debu di galaksi yang maha kecil. meski nyawa seringan bulu tapi jiwa pancarkan warna yang tak bisa ditiru satu dengan lainnya.
ada yang lahir dalam gemerlap legenda gemintang
ada yang mati mengerjap pelan begitu saja hilang
begitu pula tembang. mengiang-ngiang di teduh pikiran. mengambang tenang sampai jemari terangkat tak lagi berbunyi, pulangkan kita pada sunyi di atas bumi.
Friday, February 15, 2008
di kapel kecil
mata kita beradu
kata-kata pejam
jadi doa diam
lalu lagu
memagari sunyi
kembara semadhi
/2/
tubuhmu merapat
nikmati hening
dan gerak lilin
di altar
tuhan sertamu
dan sertamu juga
/3/
ketika kugenggam tanganmu
kau berbisik di telingaku
aku cinta padamu
Thursday, February 14, 2008
Histeria Cinta
bawaku kembali ke Roma
269 A.D.
cari Claudius si kejam
beri dia permen, bunga, cokelat
sebagai hadiah
anggap saja percik darah
untuk kesuburan bagi perempuan-perempuan romawi muda
pada festival Lupercalia
sesudah itu
oh santa kekasih
ceritakan padaku
tentang Zeus dan Hera
juga hieros gamos mereka
karena kalender Athenian kunoku
telah tiba di bulan Gamelion
Wednesday, February 13, 2008
Aku Punya Ibu
aku punya ibu
yang sosoknya berbeda denganku
yang sangat pendiam dan selalu mendengarkan aku mengadu
tapi kuberitahu kamu
kedua matanya sungguh tak sama
yang satu penuh pancaran cinta tiada habis-habisnya
yang satu penuh duka bagai memanggul beban dunia
aku punya ibu
yang mengajariku menaburkan kasih sayang
yang merawat kebaikan tanpa bosan
tapi kuberitahu kamu
di malam-malam sepi ia tak pernah tahu
aku sering mendengarnya menangis
sampai mengiris-iris hatiku
tapi kuberitahu kamu
setiap hari aku tahu
ia merindukan ayahku
yang pergi ketika aku kecil dulu
yang sosoknya mirip denganku
aku punya ibu
yang tercantik yang memberi nyawaku
yang darahnya mengalir di jantungku
tapi kuberitahu kamu
ia telah pergi empatbelastahun yang lalu
menyusul ayahku
membuatku sering menangis
karena rindu
atau ingin mengadu
Puisi
bagai dunia astral
kegelapan di tepi desa kecil dihuni larik lentera
ada isak di sudut-sudut pohon malam
yang ketika siang cuma bisa temukan sosok
nenek sihir yang menabrak tepi jembatan bambu
pelita-pelita redup di ambang jendela gubug
bau hutan tropis, belukar, lautan dedaunan
ada saat dimana segalanya
sesak tak dapat dicerna
kosong saking penuhnya
apalagi
jika hujan jiwamu merasa begitu muram
jauh tersesat di belantaranya lumut ingatan
tapi pada kerut kerumitan waktu
bentuk-bentuk sederhana menjelma
menjadi dirimu
yang bersinar
yang bercerita
tentang apa saja
Tuesday, February 12, 2008
Rhapsody
lahirlah ia selayak putik-putik cantik
pada halaman kosmik
dikasihi hujan
dinaungi langit
disayangi malam
dibuai bulan
tapi badai datang tanpa peringatan
yang katanya sudah suratan alam
tumbuhlah ia tercabik-cabik harus di panen
meski belum musim petik
disambar petir
dilahap banjir
dikurung salju
diranggas mentari
tapi nyanyi peri-peri baik hati menyelamatkannya
kembali ke surga bumi
mekarlah ia
warna-warni pesona sejarahnya
kokoh perkasa
dari akar hingga pucuk-pucuk daunnya
Monday, February 11, 2008
Tumis Tauge Ikan Asin
tergerus aroma tumis tauge ikan asin
berseru ya, ya, silahkan, tanpa protes dan ketakutan
pada hiruk pikuk zaman yang menggila.
yogya, 18 okt 2006
Lantai Satu Pelangi Pintu Utara
catatan yang kubawa pulang adalah baris-baris tawa dan ingatan wajah-wajah sumringah
diantara bau donat harum, kursi-kursi yang terus bergeser, bising musik yang nyaris tak terdengar dan hujan jatuh di luar bening kaca besar tempat punggung sebagian kami tersandar.
sekitar empat jam pelangi itu benar-benar terwarnai secara natural hingga guntur di luar selesai menggelegar dan tak dinyana kota yang biasanya terasa sesak dan gerah bagi kepalaku menjadi begitu segar dan ramah. ah, pasti karena bunga-bunga yang kujumpa telah mengharumkannya dengan canda pada sebilah hariku yang menjadi begitu berarti karenanya. terima kasih, terima kasih.
*mengenang pertemuan dengan teman2 buma di Pelangi*
Wednesday, February 6, 2008
Djakarta To Go
Meet me at the rainbow
And let the tales flow
You're the knight with arrow
I'm the fairy with bow
Hail big city!
Let this be part of my history
Feb 6, 2008
Dari Negeri Ajaib
Kerjap
ini tentang
perempuan bertopeng
jubahnya beludru biru melaju
menembus pekat hutan di atas kudanya berderap
pada malam gelap
menyongsong matahari
kastil kokoh tertinggal di jauh belakang
kaku dan membosankan
temboknya berlumut
menutupi batu-batu merah
menjadi sejarah
Tuesday, February 5, 2008
Kebetulan Maya
belantara wawasan keberapa
dan hutan makna.
perempuan berwajah tampan?
yang menghadapinya saja aku enggan.
Jogj, 27 Nov 2006
Hadiah Untukku Di Hari Sabtu
*kuterjemahkan dari versi bahasa inggris sebuah puisi yang aslinya berbahasa Korea. penulisnya hanya kutahu inisial namanya: dmk*
Hari Berikutnya
seharusnya ini hujan musim panas
tapi jendela yang dibuka tadi menghujamkan dingin
datang menabrak laksana dinding
menghembus ke
cita-cita bergelantungan
pada kamar-kamar tua di seluruh bangunan
gelak tawa mahasiswi bergema di lorong
yang biasanya sunyi
menemani gigil buku-buku lama
dalam perpustakaan lengang
aku masih bermimpi
tentang pesta semalam di taman
dan ketika pagi hari
meja-meja juga bangku-bangku di situ
terkubur salju
*remembering New York after new year*
Monday, February 4, 2008
Pada Mega Pot Cita-cita
pada hari kematian sang mantan presiden itu Jenna mengirimkan peringatan. tentang posisi bintang-bintang dan empatpuluhsatu hari transisi yang menimbulkan sensasi aneh bawah sadar nan sulit dijelaskan katanya. ia cuma perlu perhitungan astrologi yang penuh. segeralah cepat-cepat ia singkirkan ke keranjang pikiran tak penting yang bisa kapan-kapan ia tengok jika berkenan.
kembali pun ke derap hari yang menggenjotnya laksana ia sekarung peristiwa dalam tubuh manusia biasa. di sela-sela derunya ada asmara yang mencetakkan huruf-demi huruf mimpi cerita tentang si belanda hitam di balik notulensi majelis guru besar, tentang kebijakan sekolah gajah dan kesan-kesan yang dapat direnungkan setelah tujuh bulan perjalanan.
jika memang ia punya teman di mars, maka malam yang jatuh di matanya bukanlah sia-sia belaka karena dalam gelap kecewa masih ada kejora gelombang cinta yang ditanamnya pada mega pot cita-cita. semoga didengarkan permintaannya. semoga.
Jog, 30 Jan 08
Oranye
perca-perca cerita di bawah sinarmu
dan bangku yang sendiri
menghadap danau
sepi
sepi sekali
Ygy, 1 Feb 08
Sembilan Goblin Kecil
: ilalang angan
Ke pagar papan tinggi memanjatlah mereka
Sembilan Goblin kecil bermata hijau kaca
Sembilan Goblin kecil tak berakal mereka
tak tahu yang mana kue pastel dingin yang mana tembaga;
Maka ke atas pagar itu memanjatlah mereka, dan duduk--
Maka kutanya mereka apa yang mereka lihat
Dan yang pertama berkata sambil menggaruk kepalanya
dengan tangan kecil ganjil melewati telinganya
dan menikamkan cakar di rambut merahnya
"Untuk inilah lengan kecil ini ada!"
Dan dia menggaruk dan menatap, dan satunya lagi bicara,
"Bagaimana bisa kamu menggaruk kepalamu?"
Dan dia tertawa seperti derit engsel karatan
tertawa dan tertawa sampai wajahnya menghitam;
dan ketika ia berhenti, dengan kenyutan pada ujung
tawanya yang tercekik, ia menepuk punggungnya
dengan kepal di ujung ekornya
sampai nafas datang lagi ke bibir pucatnya
Dan Goblin kecil yang ke tiga mengerling kepadaku
dan ia tak punya kelopak mata sama sekali
dan ia mematuk satu matanya lalu berkata, kata dia padaku
"Apa gaya kaos kakimu di musim gugur ini?"
Dan ia menepukkan tumitnya--dan aku berdesah melihat itu
karena tangannya berada di tempat yang seharusnya kaki
Lalu Goblin muka lebar, kelabu dan cemberut,
menganggukan kepala, dan kulihat merosotlah
alis matanya saat kutatap
dan pindah ke atas bibirnya
Dan ia mengerang penuh penyesalan
"Seandainya---Ah, seandainya kupunya alis lagi!"
Dan Goblin itu, semua mereka
mengguncang pagar ke depan ke belakang
dan bergandengan tangan, berkaitan,
menyanyikan lagu yang biasa mereka senandungkan
lagu-lagu yang tetua mereka nyanyikan
pada hari-hari goo-goo di lidah Goblin terkenang
Dan semua mata hijau kaca mereka
terpancang padaku dengan pandang membatu
Hingga tatapku sendiri berkaca, takut tiada terkira,
Dan topiku meletup di atas jingkrak rambutku
dan kurasa jantung di dadaku berdegup
seperti suara tutup kotak tembakau
Dan mereka bernyanyi "Kamu tertidur!
Tak ada pagar papan, dan tak pernah ada Goblin
bermata hijau kaca!"--
"Ini hanya temuan bayang-bayang pikiran
sehabis menyantap pastel dingin untuk makan malam,--
dan kamu dihukum bermimpi seperti ini," kata mereka,--
"Dan kamu takkan bangun sampai buah premmu yang bersih mati!"
------------------------------
Yogya, 5 Okt 07
*Kuterjemahkan dari The Nine Little Goblins karya James Whitcome Riley
Ketika Lampu-lampu Telah Padam
tongkol jagung di piring seng
beralas tikar bermotif hieroglyph
bara arang
pada anglo kemerahan
obrolan mengendap
di basah rerumputan
alun-alun temaram
nina bobok sekaten
selamat lelap
malam
Jogja, tentu saja.
Friday, February 1, 2008
Dua Kematian Dalam Pelukan
layang layang terbang seperti hujan tak berkesudahan dari rambutmu
selain tipis lapisan pasir kisah kisah pedih
yang dipilih sendiri oleh angin kenangan
tanpa sempat berpamitan pada jam kaku yang menatap pilu
dari mata waktu karena ia kekal seabadi kedip bintang
manakala kau sendirian di hampar malam
ketika kau memilih mematahkan sayap
dan menjejak awan dengan dua kaki harapan yang kau punya
Yyg 4 Aprl 07
Apa Kau Bahagia Sekarang, Sayang?
aku terjepit
tapi kamu mencekik
aku mencari celah
tapi kamu tembok
aku marah gemetar
kamu sangat lapar
aku menjerit-jerit
di jiwaku padang pasir
kering tak terkendali
apa kau bahagia sekarang
sayang?
Tidak Gentar
: Edward Tulane*
kelana. di dasar laut air hitam sehitam malam.
bentuk bentuk bermunculan
kemudian wajah wajah dengan mata elang
melayang layang di udara memandang kita hina
tak ubahnya boneka kaca, tergilas kehidupan,
28 Mar 2007
--Dari karya Kate Di Camillo--
Aku Mau Kau
aku mau kau mencumbuku
ketika layar hari kita memburam
penuh guratan dan nyaris padam
mengeranglah di telingaku
panggil namaku
sampai ke dasar dada
seperti kau rindui aku
berabad-abad lamanya