Tuesday, April 29, 2008

N u n


jakarta hiruk jalannya pikuk

bau knalpot sengat matahari

"apa warna hujan?"


gedung berlari di kaca-kaca mobil


hilang muncul wajah dari segala arah


payung menyundul tas tak sabar keluar


"mendung, sulit melihatnya"


dahi berkilau hijau kelabui kemarau


waktu gerimis menyilet jendela


sajak air jadi siluet bening mata


mengabur deras

"warnanya nun"

rindang hawa gunung

bintang terbang turun

terangkat kaki pelan

tangan jua terentang

melayang

basah di atas gerah

kota

: cepat pulang, sayang

No comments:

Post a Comment