Friday, April 25, 2008

Kesa


Aku tak pernah tahu

apakah kau betul-betul mendengarku
atau ternyata aku cuma menciptakan
keberadaanmu untuk mendengarkan aku
yang berbicara dari, dengan, dan
kepada pikiranku sendiri.

Aku memilih tak peduli.

Jika sejarah memang berulang maka mestinya
kau bosan bukan? Tapi aku tidak. Bagiku selalu
ada yang baru, seperti suasana hati yang tiap menit
bisa saja berganti. Di setiap perulangannya,
ada yang tidak sama, terlupa atau terbiasa hingga
tak terasa.

Kesa,
jika kau bisa melihatku saat ini, aku benar-benar
tak bisa membayangkan apakah yang kau pikirkan
tentang aku dan betapa kita berbeda sekaligus mungkin
sama. Terakhir kali kita saling bertatapan, aku adalah
remaja tanggung dengan kedewasaan yang terlalu
dipaksakan (oleh apalagi kalau bukan kenyataan).

Bekal yang kau berikan sekaligus benih-benih kekuatan
di sekujur hidupku kini tumbuh walau tak semua sempurna.
Semuanya begitu berarti. Menjadi bagian dari ksatriamu
adalah kebaikan yang tak pernah dapat kuganti atau kukembalikan
kepadamu.

Kesa,
Kebersamaan kita terlalu singkat. Kau belum sempat membeberkan
padaku misteri cinta yang selalu tak pernah habis dari binar matamu
dan terasa di tiap pagi siang sore malamku selalu. Kau terlanjur pergi
dan aku menapaki jalanku sendiri.
Sampai kini ada berbaris-baris cerita tentangku.
Ada bermalam-malam igau tentangmu.

Kesa,
aku begitu ingin mengadu
lebih jauh lagi
aku rindu padamu

seperti biasanya aku akan datang
dan membayangkan kau memelukku
sambil kuluruhkan perasaanku
dalam diam di hadapan
makammu
ibuku


Yogya, 25 April 2008

No comments:

Post a Comment