Friday, April 11, 2008
Ia Hanya
ia hanya pria lembut berbibir renaissance
dengan aroma bir asal-asalan nafasnya
denguskan gelegak jauh dari elegan
dan malah tumpah jadi muntah
ludah tanpa arah
matanya dwi lentera
tertiup sepoi angin barat daya
mengabur berkedip hilang muncul
gelisah kehilangan dirinya sendiri
jari-jarinya gurita
tapi hati-hatilah
dengan kecerdasannya
yang jenaka
kepalanya dipenuhi gambar bergerak bak televisi
dan hingar bingar suara dari sejarah bahasa
sampai bunyi kaos kaki yang dicuci
terburu-buru di toilet bau kanguru
ia hanya pecinta yang gagal mulut di pandangmu
tapi berhasil meremas volume pikiranmu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment