Wednesday, April 30, 2008
Membalas Ney Membalas Ferdiany*
sahutku pada lambang bajak laut
perompak mabuk darat yang doyong oleh maut
kuterima salammu
sahutku menjawab tanyamu tentang peta
di mana harta karun itu berada
kuberitahu kau itu cuma kata
sahutku berdebur oleh ombak pelayaran kita
bahwa pelabuhan seringkali untuk sementara
tapi juga bisa selamanya
dengarlah tuturan bumi dan matahari
semesta ini mereka yang kuasai
*di Bunga Matahari
Tuesday, April 29, 2008
N u n
jakarta hiruk jalannya pikuk
bau knalpot sengat matahari
"apa warna hujan?"
gedung berlari di kaca-kaca mobil
hilang muncul wajah dari segala arah
payung menyundul tas tak sabar keluar
"mendung, sulit melihatnya"
dahi berkilau hijau kelabui kemarau
waktu gerimis menyilet jendela
sajak air jadi siluet bening mata
mengabur deras
"warnanya nun"
rindang hawa gunung
bintang terbang turun
terangkat kaki pelan
tangan jua terentang
melayang
basah di atas gerah
kota
: cepat pulang, sayang
Setelah Reda
ini adalah sapuan kuas, mendekap aroma rupa:
wajah bulan melekat di dinding langit malam sajak
bernyanyi tentang angin ribut perempuan di belakang
rambut pada awal hari kendati tiada yang meski dibabati
karena masih pagi, tolonglah, masih pagi sekali tetapi ia tak
peduli di dalam tas kulitnya ada mantra dari kakek moyangnya
tentang cara singkirkan luka duka
ini adalah degup yang dibalut angin gunung senantiasa
sejuk sesekali menusuk bagai daging kata tertikam lidi kelapa tua
menganyam daun-daun kenangan silang menyilang di bawah
peraduan tempat gairah bersesah saling memagut membuat
selimut jadi kisut ketika tak penting lagi apakah kau aku kita
dia mereka berbeda
ini adalah batas antara sadar dan igau sebagai jembatan riak kalimat
membanjir tatkala hujan aksara meluap hingga ke tepi-tepi sepi
nan basah kenyataan lalu kata demi kata mencoba jadi pahlawan
meski tanda-tanda baca tergelincir tenggelam di dasar bebatu kelu
tebas!
dalam kurung potongan makna diganjal sebagai tumbal
sampai berjejal sepanjang gigir pinggir pikiran sewaktu terang
datang memberi warna sepuas-puasnya hingga semua
mengerang bersama sebelum diam selama-lamanya
dalam pigura kaca di galeri tua tanpa empunya.
Friday, April 25, 2008
Kesa
Aku tak pernah tahu
apakah kau betul-betul mendengarku
atau ternyata aku cuma menciptakan
keberadaanmu untuk mendengarkan aku
yang berbicara dari, dengan, dan
kepada pikiranku sendiri.
Aku memilih tak peduli.
Jika sejarah memang berulang maka mestinya
kau bosan bukan? Tapi aku tidak. Bagiku selalu
ada yang baru, seperti suasana hati yang tiap menit
bisa saja berganti. Di setiap perulangannya,
ada yang tidak sama, terlupa atau terbiasa hingga
tak terasa.
Kesa,
jika kau bisa melihatku saat ini, aku benar-benar
tak bisa membayangkan apakah yang kau pikirkan
tentang aku dan betapa kita berbeda sekaligus mungkin
sama. Terakhir kali kita saling bertatapan, aku adalah
remaja tanggung dengan kedewasaan yang terlalu
dipaksakan (oleh apalagi kalau bukan kenyataan).
Bekal yang kau berikan sekaligus benih-benih kekuatan
di sekujur hidupku kini tumbuh walau tak semua sempurna.
Semuanya begitu berarti. Menjadi bagian dari ksatriamu
adalah kebaikan yang tak pernah dapat kuganti atau kukembalikan
kepadamu.
Kesa,
Kebersamaan kita terlalu singkat. Kau belum sempat membeberkan
padaku misteri cinta yang selalu tak pernah habis dari binar matamu
dan terasa di tiap pagi siang sore malamku selalu. Kau terlanjur pergi
dan aku menapaki jalanku sendiri.
Sampai kini ada berbaris-baris cerita tentangku.
Ada bermalam-malam igau tentangmu.
Kesa,
aku begitu ingin mengadu
lebih jauh lagi
aku rindu padamu
seperti biasanya aku akan datang
dan membayangkan kau memelukku
sambil kuluruhkan perasaanku
dalam diam di hadapan
makammu
ibuku
Yogya, 25 April 2008
Thursday, April 24, 2008
Mendung Ini Karena Ada Yang
mencuri matahari
menyembunyikannya di balik kulit jiwa
lalu berlari di atas bilah-bilah papan ungu
dari pantai menuju ...
laut !
byur
menyelam dan warnai luas air itu terang
buat ganggang berpesta dan ikan-ikan disko sepuasnya
minum yang banyak, ini lautan buih
bicaralah berbusa-busa
tinggi
semakin tinggi bergulung-gulung
ke sana
ke sini
cepat sekali tak bisa berhenti
terlalu cepat
menuju karang
pyar!
pecah terurai
jatuh terpercik ke pasir
lembut selembut jejak-jejak yang baru saja berlalu
di situ
shhhh...
serrr
tersapu
begitu saja
sekejap
luruh bersama waktu
kembali ke tenang
dasar palung-palung diam
senyap
gelap
Wednesday, April 23, 2008
Tuesday, April 22, 2008
Perempuan Yang Kau Temui
baginya kau seperti
teman masa lalu
jauh sebelum kelahiran kalian sendiri
tapi kau bilang: klenik kamu!
lalu meski jarak mengendur merapat merentang
putus dan hilang
tetap saja kembali bertemu di satu garis
bangunan lengkung dengan jendela
yang menghadap ke pepohonan
tempat burung kuntul bercanda sore-sore
ketika matahari pamit mundur dari hari
ia suka mampir :
bermain-main di cahaya wajahmu
dan angin masa lalu sebelum kelahiran itu
berhembus wusss ...
di mana kalian pernah ketemu ya?
pada suatu masa
di sepanjang toko buku-buku tua
kau begitu ingin menggandeng tangannya
buat selama-lamanya
: tak perlu alasan untuk jatuh cinta
yog 13Nov07
Perca Musim
Dulu
bangku kayu di taman itu
membeku
Kemarin
hujan datang bersama
angsa terbang
riang
Tadi
salju mengadu pada ranting bisu
coklat hijau lebur
jadi putihmu
Sekarang
udara panas mengambang
di ujung hidung terpanggang
matari
Nanti
mulailah bernyanyi
lagumu kecipak segar
air sungai
Esok
kuncup-kuncup mekar
jadi
warna-warni
Lusa
angin barat mestinya
segera tiba
Kemudian
bisakah kita ulang
yang indah
saja
Lalu
menelan sendu
senja yang terbenam
dekapanmu
Friday, April 18, 2008
Thursday, April 17, 2008
Seperti Matahari
meski malam
aksara tak padam
di binar cahya anagram
berputar bertukar
berganti berarti
seperti matahari
seperti rahimata
seperti mahatari
seperti hitamara
seperti marahati
seperti artimaha
seperti ramahati
Jog, 12 may 07
Jog, 12 may 07
Debur
Saat itu tak pernah kita tahu bahwa hati kan jatuh
dan kita pungutkan untuk terus saling kita serahkan lagi
dan lagi setiap hari. Maka di dalam geloramu aku tergulung
hingga basah jiwa ragaku. Kau melayarkanku ke pantai-pantai rasa
dalam erat dekap melekat ke segala pelabuhan cerita.
Kita bercakap mengalun, mendesah, mendenting & mengidung
sampai terengah puas lelap di peraduan nyata.
Pada langit-langit waktu kau menudungi janji pasti kita
dan mengharumkannya dengan aroma setia
yang memenuhi udara di hirup dada.
Ini adalah pagi ketika tata surya mengatur kita
sedemikian rupa menjadi bagian cerita buana raksasa
yang mengulang sejarah cinta nenek moyang sebelum kita.
Padamu tertambat seluruh hayat sedang koak camar
di angin yang berputar adalah rinduku yang menggetar
tatkala kau jauh dari debar. Pernahkah kau dengar itu?
Aku mencintaimu.
Tuesday, April 15, 2008
Jaromil
aku berpuisi sejak di rahim ibuku
dinding perutnya penuh coretan kata
terbungkus plasenta penuh makna
aku datang ke dunia bersama
jeritannya
kekuatannya adalah syair
yang kami rangkai sembilan bulan lamanya
ayah yakin aku membawa pesan dari surga
ibu tak berhenti menitikkan air mata
kali pertama aku ucapkan namanya
puisi-puisiku tembok cermin
mimpi dan fantasi singgah silih berganti
dari ranjang cinta hingga ranjang kematianku
Život je jinde
kisahku bisa jadi bermula pada
sebuah bangku di taman
9 Jan 07
Mabuk Rasa
di jurai bulu matamu kuterbang jauh tinggi
menukik-nukik ke matahari seperti mimpi
menelusup masuk bantal bergambar
burung bulbul bernyanyi
katamu biru adalah warna baru, bertambah aku
terbawa melayang suka-suka ke ngarai psikadelia
dua belas mawar darimu tertata rapi di monitor hari
bulan apa ini?
kuning, untuk april senyuman tersungging
tulisan metropolis kisahnya
tiap hurufnya menyala-nyala
makna berkedip-kedip
taulah
lampu kota kata
dan apakah jantungmu berdentam-dentam
semakin kencang dari dalam dada dan pikiran
ketika membacanya?
maka selamat datang
di tempat jiwa-jiwa
membebaskan keliarannya
Monday, April 14, 2008
Hwoa
three little dogs and a bicycle journey
to the earthquake location. hwoa...
and a mixed conversation of foreign affairs
and a pathetic secret admirer. hwoa...
the world is round and around it we are stuck
in every silent moment. boom!
Hell yes, I'm sure I'm not the only one who were drunk
and floated in between awake
and sleep while murmuring
Thy magnificent name.
My oh my!
and floated in between awake
and sleep while murmuring
Thy magnificent name.
My oh my!
Friday, April 11, 2008
Ia Hanya
ia hanya pria lembut berbibir renaissance
dengan aroma bir asal-asalan nafasnya
denguskan gelegak jauh dari elegan
dan malah tumpah jadi muntah
ludah tanpa arah
matanya dwi lentera
tertiup sepoi angin barat daya
mengabur berkedip hilang muncul
gelisah kehilangan dirinya sendiri
jari-jarinya gurita
tapi hati-hatilah
dengan kecerdasannya
yang jenaka
kepalanya dipenuhi gambar bergerak bak televisi
dan hingar bingar suara dari sejarah bahasa
sampai bunyi kaos kaki yang dicuci
terburu-buru di toilet bau kanguru
ia hanya pecinta yang gagal mulut di pandangmu
tapi berhasil meremas volume pikiranmu
Thursday, April 10, 2008
Kisah Kepodang
untuk hatib
I
sayapku masih sakit sehabis menabrak kurungan kayu
yang menyiksaku bermalamsiang lamanya
tapi kaki-kaki ini merasakan sensasi luar biasa
ketika akhirnya menjejak u d a r a
meski lemah aku ingin melampiaskan bahagiaku
dengan terbang sepuas-puasnya
inilah firdaus yang kurindukan,
yang menguasai setiap kedip mataku sejak waktu itu
ah, berapa lama sudah aku tak terbang
tapi mengapa mataku kini tak mampu melihat jauh
juga asap pekat ini mengganggu nafasku
mengapa pula firdausku tak berdaun lagi
atau ini bukan firdaus
aku hanya harus terbang lebih jauh lagi
oh tetapi di mana aku bisa mendapatkan biji-bijian
dan air dan sesuatu yang teduh dan rindang
aku mulai kepanasan
dan lapar ini membuatku semakin lemah
aku lelah
aku terbang sedikit rendah
tampaknya pohon di sana cukup gagah
untuk berteduhku
istirahatkan sayap-sayapku
pohon yang aneh
tak berdaun tapi rindang
tak seperti kurunganku
tapi oh..
aku melihat sosok seperti diriku
oh, di sebelahnya juga
oh, di sebelahnya lagi
oh, banyak sekali
hai teman-teman
apakah kalian di dalam sana?
hai
apakah kalian punya makanan?
hai
bolehkah aku bergabung dengan kalian?
hai
apakah kalian mendengarku?
hai, hai, hai
aku berteriak lebih kuat lagi
II
mula-mula kami mengira itu bunyi ringtone hape terbaru
suaranya seperti menyulap gedung ini
menjadi hutan rindang yang nyaman
cuit! ciuit! coeit! kicaunya merdu menggema
di ruang, di tangga, di lift, di jendela,
di mana asal suaranya ?
cuit! cuiut! ciuuiut!
bunyi berpindah dari selatan ke utara
dari lantai satu ke lantai lima
dan kami dapati dia
berbulu kuning dengan beberapa garis hitam
paruhnya merah tua
ia terbang gelisah memandang ke dalam bangunan
atau mungkin asik mematut diri di kaca-kaca
ah, kami terpana:
indah sekali dia, merdu pula suaranya
buka jendelanya!
tangkap! tangkap!
pasca, 10April08
Tuesday, April 8, 2008
Sempena
petang yang hujan datang membawa malam di rambutmu
sambil berkelit di sela detik yang menghimpit kau berderap
maju memburu bayang-bayang impian beberapa langkah di depanmu
aku bertaruh dengan waktu
pagi siang soreku semua kusodorkan buat mendukungmu
aku tak cuma penonton, aku juga penyokong, pemandu sorak,
penyemangat, yang akan membawamu pulang bersama segala
lelah dan kemenangan
ketika kau menggenggam dan melampaui semua di landasan pacu itu
jiwaku bersorak-sorai hanya untukmu. hanya untukmu.
malam petang kita berubah jadi benderang
dan tik tik hujan jadi cercah cahya
warni warna cemerlang menyenangkan
pada rambut senja unguku kau menjalin rencana-rencanamu
lalu mengikatnya setia dengan pita romansa, membiarkanku mengayunnya ringan
seperti perasaan yang mengalun tenang pada sungai kehidupan
Monday, April 7, 2008
Kesepakatan Malam
malam tadi kita bersepakat
hendak menyemir langit, rapikan gugus gugus galaksi.
semua pelaut bintang juga telah kukabari.
pagi ini angkasa pucat pasi, mereka semua telah pergi.
kita harus mulai bekerja agar ketika kembali,
mereka dapati huniannya segar berseri seri.Jogja 13Mar07
Mnemonic Device
would you be my mnemonic device?
karena kuenggan sesat menangis
dalam memory yang not nice
sebelum lahir tombol ingatan itu tidak nyala
sampai ketika aku bisa berkata dan merengek minta
atau menjerit segelegar petir sampai yang kupinta ada
sejak itu hidupku tersusun dari potongan kenang
piece by piece, sekeping demi sekeping
yang beberapa bagian telah hilang
yang beberapa di antaranya sengaja kubuang
yang beberapa yang lain mengusang
gone with the mind wind
terlupakan
sesekali jika kuingin mengenang
yang senang-senang
aku terjebak di memori kesedihan
dan mengharu linang-linang
would you be my mnemonic device?
karena kuenggan sesat menangis
dalam memory yang not nice
Friday, April 4, 2008
Catatan Sore: Hanya Karena
Buat Kamu
Hanya karena aku tak bisa mengirim layanan pesan pendek
sedangkan surat elektronik sungguh membosankan dan
pesan offline pada YM membuatku tak berselera apalagi pesan
lewat facebook atau menjerit-jerit di wall-mu kupikir
merupakan tindakan sia-sia.
Akhirnya aku tiba di ujung pekan dan akan merenangi waktu
menuju ke minggu yang baru dan tak bisa pulang ke hari-hari
yang lalu. Seperti serial film televisi, setiap kali ada yang berbeda
pun ada yang tetap sama dari cerita ke cerita.
Misalkan orang-orang yang teramat baik di sekelilingmu
menjadi sangat menjengkelkan di mata, hati dan pikiranmu
hanya karena kamu sedang tidak ingin diganggu
atau sedang terburu-buru mengerjakan sesuatu yang
begitu berharga bagimu. Sesuatu yang akan membuatmu pergi
ke tempat yang baru. Sesuatu yang membuatmu
meninggalkan sesuatu yang lain.
Kemarin ketika berjalan kaki sendiri sambil menengadah
ke langit mendung, aku mendengar nyanyian dari
toko vcd bajakan yang kulewati, tentang mereka yang
pergi dan kembali. Lalu aku memikirkan mereka yang
kembali untuk pergi lagi.
Adakah kita yang pernah benar-benar tinggal?
Aku teringat siang-malam yang menyayat seluruh jiwaku
ketika aku tercampak ditinggalkan dan tak bisa
menerjemahkan rasa kehilangan selain dengan
meraung sedalam-dalamnya ke dalam diriku sendiri.
Berharap kenyataan sepahit itu tak pernah terjadi
kepadaku. Berharap itu hanya mimpi, berharap penjara
perasaan sekejam itu segera membebaskanku.
Tapi tak bisa.
Aku menggelepar kelelahan seperti lemah dan kalah
lantas dilempar terguling-guling pada tebing cadas
dan tetap harus hidup karena belum waktunya mati.
Setelah itu kau tahu, aku menggigil.
Seluruh tubuh hingga nyawaku bergetar hebat oleh hawa dingin yang
sepi. Sepi sekali. Kukira aku akan gila atau sakit. Tapi tidak.
Aku hanya kedinginan dan k e s e p i a n. Aku merasa sangat
sendirian. Aku ingin seseorang memelukku, hanya untuk menampung
beban-beban sunyi di diriku, menularkan hangatnya kepadaku.
Tapi aku berakhir dengan tertidur.
Dan bangun dengan mataku yang sembab bengkak.
Yang masih sangat mudah berair lagi bahkan hanya dengan teringat
bagaimana aku menangis sebelumnya, atau bagaimana keadaanku.
Dan seterusnya
dan seterusnya.
Lalu pada suatu hari yang baik-baik saja aku akan mengenangnya
sambil tertawa kecut atau kadang terkejut karena
dadaku tiba-tiba saja sesak beberapa saat karena kenangan itu.
Kemarin ketika berjalan kaki sendiri sambil menengadah
ke langit mendung, aku merenungi tentang mereka yang
pergi dan tak kembali, tentang kamu yang
kembali lalu pergi lagi, tentang aku yang tak mau lagi
kedinginan dan kesepian karena ditinggalkan.
Kemudian aku menuliskannya saat sendiri dalam sebuah ruangan
yang sejuk ketika abu-abu adalah warna langit yang
terlihat dari jendela dan dedaunan pohon bergerak-gerak
oleh yang lebih berat dari sekedar angin.
Ya. Di luar hujan. Semuanya basah. Basah semua.
Hmhhh.
Jogja, April 08
Asing
aku menggigil
sepertinya es meluncur di pembuluh darahku
meski mantel bulu ini
membungkusku sampai mata kaki
kerlip lampu
langkah buru-buru
gedung-gedung
meriah jalanan
orang-orang berjubah hitam
aku berhenti
mencari hangat musik
di tepi bayangan pohon plastik
semacam mozaik pada dinding dingin
nyaris beku
negeri yang bukan rumahku
keberadaanku yang semu
sendiri
merindui matahari
11Oct07
Thursday, April 3, 2008
Tubuh Kata Dalam Etnografi Rasa
harapan patah di meja kerja
percuma mengejar karena kau angin
dirundung waktu
ini,
jejak mu
Wednesday, April 2, 2008
What I Feel
No no no no no
You do not have time to read this
Don't you?
so
just
go
with
the
wind
on
this
wet
grey
afternoon
Sayat-sayat Luka
kering oleh hangat magis kecup
yang terbalur usap romansa
serta dekap nyaman sepanjang zaman
sembuhlah ia
Tuesday, April 1, 2008
Duhai
jeda ini menghisapku ke keadaan tak berwaktu
gelap terang yang terawangi bayang-bayang zaman
bergerak bersama deret bintang pada matamu
di situ kutemukan diriku
berlutut di rerumput doa
mengulir harap seperti hujan dan petir-petirnya
basahi langkah yang berderap deru
menuju debur dadamu
duhai pelangi malamku
Yogya pagi, 1 April 08
Selaput Sendu
selaput sendu di halaman malam menunggu
kekasih yang malu-malu datang
dari kemesraan cumbu rayu sejak senja pulang
dengan pagar ditengah-tengahnya
masih jari mereka bertautan
jalin-menjalin lewati jeruji besinya
belum sempat ia cari perumpamaan
bunyi kecupan
desah selamat malam
membuat sendu itu meregang keharuan
sampai saat tapak-tapak melangkah
riang menuju peraduan
ditatapnya senyum mengembang
pada wajah yang mulai terpejam
lalu lesaplah ia di awang-awang impian
Re: Cellar
sedang kami yang menggelembung di dalam kursi malas ini
menonton kalian sambil menikmati pop corn
dan minuman bersoda serta sesekali
menggerutui musim yang selalu basah hingga
semua hal menjadi romantis padahal kami kehilangan
rasa ingin berdekap-dekap hangat, saling menyerahkan rindu
dan menulis lirik-lirik haru biru.
dalam layar angan kalian terlihat begitu sempurna dengan
segala kekurangannya. membuat kami yang terfasilitasi di sini
begitu cemburu seperti menjolok bulan dengan
tongkat panjang kami yang pongah tapi tak pernah kesampaian.
juga anggur kami yang bercecer tumpah di meja-meja dapur
berkeluh tentang gersang sepinya hidup kami
yang semakin hari semakin panjang ini.
* membalas puisi TSP (http://www.titiknol.com/ )
Subscribe to:
Posts (Atom)