Tuesday, January 29, 2008

Tentang Waktu



setelah mencuri detik yang berusaha kukumpulkan dari hari ke hari, aku menyerah. perasaanku seperti menatap kartu pos yang dikirim dari Santa Barbara dan lalu menerawang menembus foto yang terpampang disitu, menembus tembok ruangan disekitarku, menembus eternit, menembus udara tak terlihat dan asik dengan gambaran kota di kepalaku. lalu jika kau bertanya seperti apa kota itu maka kujawab tak tergambarkan demi mempermudahmu menggambarkannya.


gelisahku yang mengendap-endap seperti pencuri suka bersembunyi di tirai hari dan seringkali ketika lengahku ia mencopet detik curian yang telah kusimpan (dan kurasa dengan rapi) kusembunyikan di balik kelopak mataku. rasanya? wah, rasanya aku ingin menjadi eight ball yang menyumpahserapahi kangen band dan mengawalinya dengan jeduk-jeduk di sela-sela lirik: kuingin kau mengerti... dan mulai menyanyi.

sisa waktu yang masih bisa kuamankan pun menguap serta tak tahan cemburu melihat pemuda seumuranku kelahiran Jerusalem kuliah di Stanford itu datang terburu-buru dan bilang : could you give me some time? semudah mengedipkan sebelah mata hatiku berteriak : tidak! some time yang kupunya hanya buat kamu, yang selalu kehabisan waktu, yang membuatku ingin bernegosiasi dengan bumi, bulan dan matahari biar satu hari terdiri dari empatpuluhdelapan jam. biar ada lebih waktu buat sendiri, berdua, bertiga, berempat, berbanyak, belajar, bermain, bercinta, bercanda, berbicara, bermesra, berlain-lain dan tetap muda tentu saja.

kukira waktu akan terasa seperti berhenti ketika kau dan aku berdiri di antara hujan salju. kita melihat butiran laksana kapas itu jatuh pelan-pelan ke rambutmu, ke hidungmu, ke bulu matamu, ke mantelmu, ke takjubku, ke ranting-ranting tak berdaun, ke atap rumah, ke jalan kota di kepalaku yang tak pernah bisa kugambarkan untukmu.


--
life, what is it but a dream?
-Lewis Carroll-

No comments:

Post a Comment