Wednesday, January 16, 2008

Pohon, Kertas, Puisi


Kau tancapkan gigi tajammu ke tubuhku

"lantai surga bersinar keemasan
flute mengalun pelan buka tabir kekekalan"

Berdesing berputar kau sayat cepat daging urat nadiku

"seekor lumba lumba menangis di tengah lautan luas
pasangannya mati bersama turunnya hujan deras"

Kucengkeram tanah, daun daunku gelisah berjatuhan

"tiap warnamu pancarkan cahaya mata kebenaran"

Dalam semakin dalam kudilanda ketakutan

"bayang bayang peri menari bergerak ringan
rambutnya mayang terurai lambai lambai waktu"

Aku limbung, langit diatasku berputar akarku gemetar

"mari, mari,
kita semua diundang masuk ke kerajaannya"

Roboh berdebam yang kuinginkan hanya terpejam

"kalau kau percaya bahwa kebetulan itu tak ada
kita akan berjumpa lagi di zaman berikutnya"

Rapalan purba dalam bahasa moyang
ubah tubuhku jadi lembar lembar kertas putih
kosong dan bersih ...

"mulailah berpuisi"


Yogya, 24 Jan 2007

No comments:

Post a Comment