Thursday, July 31, 2008
Lukisan Bertemu
di timur sini matahari biru
pendar-pendarnya ungu
buatmu tergetar haru
di barat situ udaramu cokelat
harum manisnya nikmat
hasratku berkilat-kilat
waktu bingkaiku kau buka
aku bisa menghirupnya
sedap luar biasa
waktu kau kudatangi
kau takjub sembari
menatapku lagi-lagi
mata kita beradu
kureguk kamu sepuas-puasku
kau nikmati aku sesendu-sendumu
Katadalahdoa
bibirmu sesedap spaghetti marinara
kita berciuman di dalam kapal selam
sesudah itu menjadi beruang kutub
tidur nyenyak sepuasnya
bermimpi naik helikopter
memberitakan kesenangan
pada awan-awan
lalu turun serupa hujan
berebut berlomba siapa
tiba dimana dengan bunyi ting tok
tang tis tuk tung des tek toing
yang riang seringan angin
membasahi kerontang
jiwa kisah kering
menguning
sekuning spaghetti marinara
mari menari menanti kabar gembira
doa kita diterima
diterima
diterima
Tuesday, July 29, 2008
Rapid Eye Movement
sore terampas dari wajah kota
daun terserak di jalanan
terseret angin menggaruk aspal hitam
kaca-kaca memantulkan langit kelam
malam datang kepagian
tiang-tiang kedinginan
cahaya terpancar dari banyak mata mereka
yang gerayangi bangunan sampai taman
merampas tawa di almari hati
mencabut sukacita pepohon rasa
menabur kesenyapan
lalu gema dari lorong gelap mengalir
memenuhi gang-gang membanjirkan
kecemasan, meluapkan ketakutan
menenggelamkan kepasrahan
orang-orangan di bianglala itu tersenyum abadi
diiringi lagu sirkus dan badut-badut otomatis
bergerak kesana kemari seperti mimpi gelisah
di balik katup bola mata bergerak acak
dan jiwa yang meletup-letup mendesak
berteriak "selamatkan aku dari fantasi muram ini!"
Friday, July 25, 2008
Untuk I***
serobek kertas bermata emas
satu wajah seribu topeng
satu topeng seribu wajah
siapa? siapa?
kubuntuti kau sampai
halamanmu yang malas
penuh celoteh unggas
berbalas catatan kaki
aku pemulung
aku penjahit
aku pengrajin
aku penenun
aku penenung
perca-perca itu kudapati
dari guguran pesan udara
yang jatuh di kepala
mengisi lembar-lembar dengan makna
satu yang kau robek
memuat cerita
jari-jari yang melipatnya
hela nafas yang menghembusnya
lekukan-lekukan hasilnya
akan melanglang buana maya
kau lihat pesawat kertas itu?
ia menerbangkan puisi-puisimu
*inspired by her own lazy page at:
http://kemalasan.multiply.com/
Sampai Pada Kesimpulan
bahwa yang kau inginkan adalah cerita
tentang perempuan kesepian
dalam pondok kecil di padang rumput menguning
dengan seekor kuda yang patuh setia padanya
lalu suatu musim angin datanglah pengelana
lelaki misteri yang singgah
meninggalkan jejak-jejak berlubang di dadanya
menyemat kenangan di ranjang kayunya
kau suka bagian ketika si perempuan
bercakap sendiri dengan bayangannya
yang bergerak-gerak terkena cahaya pelita
kala malam mengosongkan langitnya
juga ketika ia bernyanyi sambil mengeringkan diri
sehabis membasuh tubuh sepinya di telaga warna
dan melumurinya dengan aroma bunga
aku tahu matamu berkaca ketika suatu siang yang terang
sebuah pusaran angin datang menghempas ketenangan
menerbangkan segala kesunyian
melambungkan sang perempuan
ke sebuah kata bernama hilang
sampai sesudah reda kau tak mau
tahu akhir kisahnya
kau hanya ingin kembali ke bagian pertama
menjadikannya abadi, mengurung kisah itu
dalam sunyi benakmu
Thursday, July 24, 2008
Ya
kupu-kupu hinggap di telingamu
dihantar angin yang masuk dari
celah-celah kaca berukir
setinggi atap gereja
mereka berbisik tentang rahasia
suara genta yang mengiang di daun jendela
ruanganmu pada waktu-waktu tertentu
katanya itu pertanda
di luar langit biru
ada mereka yang
sangat menyayangimu
ya
menyayangimu
kata kupu-kupu itu
Untuk YN
sudah tertautkan temali pusarku di pusaramu
bersama angin beriring menggelitik masa kecil
yang terkikik geli pada hampar hijau
di mana dinding tebingnya setia mencatat
gendhing yang terinjak kala kakiku menapak
lebih jauh tiap tiga ratus enam
puluh lima hari sekali
meski ingatanku melumut keunguan kau masih
bisa melihat pantulan bayangan di awan-awan
ketika langit biru jernih berubah kemerahan
dan kapal-kapal negeri seberang merapat
di pelabuhan tangisan tempat ia yang sama-
sama kita cinta menangisi hidup dan matinya
di pesisir pantai pedih
pasirnya yang berdesir itu tertinggal di jantungku
terus mengalir selayak jam waktu menjaga
rinduku kekal kelabu mengenangnya
mengenangmu dalam darahku
Y,240708
Orang-orang Yang Berjejalan
aspal mengepul sehabis diguyur hujan peristiwa.
katanya semua serba terbalik dari sudut pandangnya.
katanya semua tertipu lapisan langit berlapis ganda yang
lapis depannya berwarna gelap memiliki robekan bulat
dilembarannya sehingga lapisan belakangnya yang
berwarna kuning pucat menyeruak kala gelap dan
kita namai bulan. bulan! betapa kita dihajar keras untuk
memberi alasan pada segala sesuatu agar hidup bisa
berjudul dan berakhir indah seperti
harapan-harapan yang dijual media.
telur telur emas maka mari berdoa agar raja-raja
yang lahir dari sana berkuasa bijak
atas diri mereka sendiri.
hembuskan aroma eksotis gas alam asli manusia
yang segera menari di udara, memenuhi segala
ruang kecil di kepala sesak sesak pengap
menjelang mau pecah.
dan wajah wajah plastik membungkus jiwa kerdil
yang belum berhenti teriakkan lantang perang
bersaing dengan bencana alam serta kecerobohan
tangan tangan mungil kita.
bulu bulu halus rajawali yang berguguran
dari pesta pora kesedihan yang tiada henti.
Y, 17 Nov 06
Wednesday, July 23, 2008
Cinta Untuk Nainawa
Mungkin kemungkinan itu tak akan memungkinkan,
Filosofinya tak terbantahkan
Ia puitis,
Ia ajariku menari dengan hati,
Selalu mengerti dan tegak berdiri dihadapan segala tragedi.
Pelukannya surga nyaman
di buaian nyanyi peri peri hutan.
Enyah dari cucuku!
Mungil kata kata
Terima kasih Opa.
Nov292006
Tuesday, July 22, 2008
Monday, July 21, 2008
Mercy
kasihmu tak berbatas
sungai yang mengalir tak henti-henti
menyuburkan, menyegarkan, menghidupi
aku setunas rumput kecil
tak luput dari rahmat
kau perhatikan sampai detil
selalu kau rawat
jika ku sepi sendiri
kau beri ku teman
jika ku sakit
kau hadiahi kesembuhan
jika ku sedih
kau ganti kelegaan
apakah yang dapat diberi
setunas rumput kecil
pada sungai yang tak pernah berhenti
mencintainya
selain syukur
dan memuliakan namanya
sepanjang umur
sepanjang masa
Friday, July 18, 2008
Wednesday, July 16, 2008
Marinaro
bungkam khayalmu di garis batas pelangi
dan tidurlah kau kelelahan
terdampar di pantai sepi
melangutkan harapan kemilau butiran pasir
karena ruhnya mengecap asin manis
yang sama dengan pahatan lekuk berbeda
pelayaranlah menentukan kemana kemudi
mengantar cadik nasib arungi lautan cerita
ketika kenangan timbul tenggelam
kesedihan dan tawa tersebar mengapung terselam
juga karam ke palung-palung rahasia
memanggang kulit daging
melegam diri di kaki matahari
menjala bahagia
ke dasar peristiwa
15 Juli*
kau berada dalam sebuah
kereta yang melaju membelah pagi
teramat pagi karena kabut masih menyampuli
pohon daun jalan tiang bangunan jendela
: embun adalah penguasa
dingin yang menusuk pori-pori seperti
nyanyian menjilati kantuk yang masih
meringkuk malas di permukaan wajahmu
yang terayun antara impian hangat ranjang
dan tujuan kemana kakimu harus melenggang
seorang diri dalam sebuah
kereta yang melaju membelah pagi
membuatmu seperti ingin menangis
tanpa alasan apa-apa sekedar membulirkan
tetes haru biar sejuklah dadamu
menghirup angin baru, usia yang mencatat
jauh perjalananmu, ceria kanak-kanakmu
semangat remajamu, bijak dewasamu
: merayakan waktu kelahiranmu
*SELAMAT ULANG TAHUN OM URIP HK
(http://theurhekaproject.blogspot.com/)
Tuesday, July 15, 2008
Lihat Saja
seperti perahu kelebihan muatan
hasratmu berlayar oleng nyaris
tenggelam di danau waktu
: sesekali memang harus karam
siapa yang peduli
karena jubahmu dari besi
armadamu melimpah ruah
segala inginmu dipenuhi sampai tumpah
tapi masih juga kau jarah
bunga-bunga ceroboh dan pepohon kokoh
yang mengiring-imbangimu biar tak roboh
dalam kekaguman yang kau namai kelemahan
untuk menjejali rakusmu tak berkesudahan
semesta memaafkan
namun juga menghukum kelak
ketika karma tak mampu kau elak
Monday, July 14, 2008
Dari Ini Ia
Darimu mulai biji serapah bertumbuh, bertunas,
berdaun, meninggi, membesar, mekar, memanjang,
ke dalam, ke atas, ke luar, ke bawah, ke samping,
bercabang, mengakar, melilit, menjerat, mengetat,
mengikat erat semakin erat cengkeramnya
amarah tertahan sepanjang persemaian.
Ini sabar ini pengertian ini kebaikan
ini permakluman ini maaf ini ampun ini ikhlas
ini lupa ini luka ini jejak ini toreh yang kau pupuk
kau sirami kau rawat kau siangi kau besarkan
kau lewatkan kau lalaikan.
Ia lalu beronak beruncing bertajam bersiap
menikam mengancammu sendiri jika
tanpa hati-hati menyentuh benih
yang kini utuh menjadi pohon benci
penuh duri menaungi tanah subur
penuh humus rampasan dari sana sini.
Friday, July 11, 2008
Pasti Ada
pasti ada jalan
meski malam segelap hitam
dan pintu-pintu sulit dibukakan
pasti ada terang
meski redupmu nyaris padam
dan cahaya seperti lamunan
pasti ada kau dapatkan
impian yang setia menunggu
di ujung jalan terang
Natalia
ia pernah berlari begitu saja
menghambur memelukku erat
berseru: I miss you
lalu melesat secepat kilat
bermain lagi sambil sesekali
kembali untuk mendekapku
tanpa kata-kata
ia pandai sekali mengutip
percakapan film kartun
yang ia sukai dan mempraktekkannya
di depan kami lalu tergelak sebelum kami
sempat paham di mana letak lucunya
ia pernah menangis menjerit-jerit
ketika kami harus dipisahkan malam
untuk pulang ke rumah yang berbeda
ia menciptakan lagunya sendiri
hip-hop natalia yang ia nyanyikan
di telinga kami semua
ia pergi dalam tumpahan cinta kami
yang mengalir jauh dari seberang negeri
selamat jalan Natie ...*
*Natalia adalah anak perempuan Jackie teman kami,
yang meninggal beberapa hari yang lalu di USA.
Kami semua sangat kehilangan dan berduka atas kepergiannya.
Thursday, July 10, 2008
Membalas Balasan Hani Heartbeat*
pada musim yang kau namai semi
bunga-bunga penuh dari halaman
vas bunga hingga motif tirai jendela
hitam putih menggarisi waktu memberi
batas tegas mana hari ini mana masa lalu
mengapa harus lari sembunyi
ketika mimpi membayang diri
pada baris-baris gerimis kenangan diikat
oleh tali haru meluncur dari awan rindu
sepilah sendu terkuyup meluruh gugur
segala kuncup sedih mendekap pesan matahari
pada musim yang kau ingin berseri
* di milis Bunga Matahari
Wednesday, July 9, 2008
Malam Menggenang di Matamu
malam menggenang di matamu
taburan bintangnya mimpi
berlayar tenang dalam tatapan
aku terhisap pelan
Tuesday, July 8, 2008
Bersama
kaki kita hinggap di kota kecil
pada dingin
pada basah
pada hujan
yang tercurah-curah
aku mulai berdoa
kau berjaga-jaga
bayang lilin wajahmu
menari di bawah payung
seperti relief memahat pintu langit
matamu harapan terujung
daun mimpi
bergetar mencari matahari
negeri bersari madu
memuaskan dahaga rindu
setelah pejam usai
jalan itu sudah menunggu
tanganku digenggamanmu menggigil
kaki kita melaju tinggalkan kota kecil
Juli ke Juli
"Sepi itu kampung halaman yang rindu dipulangi,"
katamu sambil mengikat tali sepatu.
"Mereka lebih sabar menunggu kita yang pergi."
Dan aku terbayang lonceng sekolah berayun sendiri di hari libur
ketika angin turun dari bukit-bukit yang tidur.
Kau mengibas rambutmu terurai lepas.
Monday, July 7, 2008
Gadis Yang Memanjat Ke Langit
Suatu pagi beberapa gadis muda meninggalkan desa tepee
untuk mengumpulkan kayu api. Diantara mereka terdapat
Sapana, gadis tercantik di desa, dan dialah yang pertama kali
melihat landak duduk di kaki sebuah pohon cottonwood tinggi.
Ia berteriak kepada teman-temannya: "Bantu aku menangkap
landak ini, dan aku akan membagi durinya pada kalian."
Sang landak bergerak memanjat lebih tinggi,
namun dahan pohonnya dekat dengan tanah
dan Sapana dengan mudah memanjatnya.
"Lekas," serunya, "Landak itu memanjat semakin tinggi.
Kita harus menangkap agar durinya bisa digunakan untuk
menjahit moccasin* kita." Ia mencoba memukul landak itu
dengan kayu, tapi landak itu memanjat semakin jauh dari
jangkauannya.
"Aku mau duri-duri itu," kata Sapana. "Jika perlu, aku
akan mengikuti landak ini sampai ke puncak pohon."
Tapi setiap kali ia memanjat, sang landak selalu lebih tinggi
darinya.
"Sapana, kamu memanjat terlalu tinggi," salah satu
temannya memanggil dari bawah. " Sudahlah, turun saja."
Tetapi ia terus memanjat, dan ia merasa pohon
itu terus memanjang ke langit. Ketika ia mendekati
puncak pohon itu ia melihat sesuatu di atasnya,
kokoh seperti tembok, namun bersinar. Itu adalah langit.
Tiba-tiba ia menemukan dirinya berada ditengah-tengah
lingkaran tenda-tenda. Pucuk pohon telah hilang,
dan sang landak telah berubah
menjadi seorang laki-laki tua berwajah jelek.
Sapana tidak menyukai tatapan lelaki-landak itu,
namun ia bicara dengan baik kepadanya dan mengantarnya
ke tepee, tempat tinggal ayah ibunya.
"Aku telah mengawasimu dari jauh," katanya.
"Kamu tidak hanya cantik tapi juga tekun.
Kita harus bekerja sangat keras di sini, dan aku mau kamu
menjadi istriku."
Sang lelaki landak langsung menyuruhnya bekerja sejak
saat itu. Menggosok dan menggaruk kulit kerbau dan
membuat jubah. Pada petang hari, Sapana keluar dari tepee
lalu duduk sendiri dan memikirkan bagaimana caranya
supaya ia bisa kembali ke rumah. Segala yang ada
di dunia langit berwarna coklat dan abu-abu, dan ia merindukan
hijau pepohonan dan rerumputan di bumi.
Setiap hari sang lelaki landak pergi berburu,
membawa pulang kulit landak untuk di kerjakan Sapana,
dan di pagi hari ketika lelaki itu pergi, Sapana bertugas
untuk menggali lobak liar.
"Ketika engkau menggali akar-akaran, berhati-hatilah,
agar tidak menggali terlalu dalam," lelaki itu memperingatkannya.
Suatu pagi Sapana menemukan sebuah lobak
yang luar biasa besar. Dengan susah payah ia mencoba
mengumpil dengan kayu penggalinya, dan ketika ia mencabutnya
ia terkejut bahwa itu adalah lubang yang membuatnya bisa melihat
ke bawah, ke bumi hijau. Jauh di bawah ia melihat
sungai-sungau, pegunungan, lingkaran tepee dan orang-orang
berjalan-jalan.
Sapana kini tahu mengapa si lelaki landak memperingatkannya
untuk tidak menggali terlalu dalam. Karena ia tak ingin lelaki itu tahu
bahwa ia telah menemukan lubang di langit, dengan hati-hati ia
mengembalikan lobak tersebut. Dalam perjalanannya kembali ke tepee
ia memikirkan cara untuk turun kembali ke bumi.
Hampir setiap hari si lelaki landak membawa kulit kerbau
untuk ia kerjakan menjadi jubah. Saat membuat jubah, selalu ada
sisa helai urat, dan ia menyimpan helai-helai tersebut
di bawah tempat tidurnya.
Ketika dirasa cukup, Sapana membuat tali yang panjangnya
cukup untuk mencapai bumi. Suatu pagi setelah si lelaki landak
pergi berburu, ia mengikat seluruh tali tersebut dan pergi
ke tempat ia menemukan lobak besarnya dulu. Ia mengeluarkan
lobaknya dan menggali lubang yang lebih besar agar cukup untuk
tubuhnya. Ia meletakkan kayu penggalinya melintang dan mengikat
ujung tali kulit di tengah-tengahnya. Lalu ia mengikat ujung tali
yang satunya ke tubuhnya sendiri. Perlahan ia menurunkan tubuhnya
dengan membuka gelungan tali.
Waktu berlalu hingga ia sudah cukup jauh ke bawah danbisa melihat
pucuk-pucuk pepohonan dengan jelas, namun ia juga tiba di ujung talinya.
Talinya kurang panjang untuk mencapai tanah dan ia tak tahu apa yang
harus ia lakukan.
Ia bergelantungan lama, berayun ke belakang dan ke depan
di atas pepohonan. Sayup-sayup di kejauhan ia dapat mendengar
anjing menyalak dan suara-suara orang di desa tepeenya, namun
orang-orang terlalu jauh untuk bisa melihatnya.
Setelah beberapa saat, ia mendengar suara dari atas. Talinya
berguncang sangat keras. Batu-batu meluncur dengan cepat
dari atas menjatuhinya, dan ia mendengar si lelaki landak
mengancam akan membunuhnya jika ia tidak memanjat
kembali ke atas. Batu-batu berdesing di telinganya.
Pada saat itu seekor Elang terbang berkeliling di bawahnya.
"Kemari dan tolonglah aku," ia memanggil Elang itu.
Burung itu meluncur di bawah kakinya beberapa kali,
dan Sapana bercerita tentang apa yang terjadi padanya.
"Naiklah ke punggungku," kata Elang itu,
"dan aku akan membawamu ke bumi."
Ia menaiki punggung sang burung.
"Kamu siap?" tanya Elang.
"Ya," jawab Sapana.
"Lepaskan saja talinya," perintah sang Elang.
Ia mulai terbang turun, namun Sapana terlalu
berat untuknya, dan ia meluncur ke bumi terlalu
cepat. Ia melihat seekor Rajawali terbang di bawahnya.
"Rajawali," teriaknya, "bantu aku mengantar gadis ini
kembali ke orang-orangnya."
Sang Rajawali terbang dengan Sapana di punggungnya
sampai Sapana bisa melihat tepee keluarganya dengan
jelas di bawahnya. namun Rajawali mulai kelelahan,
dan Elang harus membawa Sapana kembali ke punggungnya.
Elang meluncur begitu cepat melalui pepohonan dan mendarat
tepat di luar desa Sapana. Sebelum Sapana sempat berterima
kasih, sang Elang telah terbang kembali ke langit.
Sapana beristirahat beberapa saat dan mulai berjalan pelan
sekali ke tepee orang tuanya. Tubuhnya begitu lemah dan ia
sangat kelelahan. Di jalan ia melihat seorang gadis berjalan
ke arahnya. "Sapana!" jerit gadis itu. "Kami pikir kamu sudah mati."
Gadis itu membantunya berjalan ke tepee.
Mula-mula ibunya tak percaya bahwa itu adalah anak perempuannya
yang kembali dari langit. Lalu ia membentangkan lengan, memeluknya
menangis.
Berita tentang kepulangan Sapana menyebar sangat cepat ke seluruh
desa, dan setiap orang datang untuk menyambutnya.
Ia bercerita kepada mereka tentang kisahnya, khususnya
kebaikan yang telah ia terima dari Elang dan Rajawali.
Sejak itu, setiap orang-orang sukunya melakukan perburuan besar,
mereka selalu melepaskan satu ekor kerbau untuk dimakan
oleh Elang dan Rajawali.
Kuterjemahkan dari The Girl Who Climbed to the Sky
http://www.indians.org/welker/heron.htm
Friday, July 4, 2008
Ternyata
setubuh perempuan berbalur doa, merayap di denyut sedunya
di antara tulisan borges berserak jenaka, mengejeknya tersesat
pada peristiwa nyawa maya berguguran
bagai badai daun sehari saja, semarques saja.
ingatannya merayap seperti batang labu mencari harap
di tanah ragu. hatinya penuh rumusrumus.
belahan jiwa serius menyantap bahasa
yang bukan lidah ibunya. kendati hiperumbertolah diri
hingga mata cenayang itu akhirnya
meminta kecanggihan terbaru. buat memastikan segalanya
baik saja lewat layar kaca tatkala telapak elektronik
meraba raga gemetarnya. serat sajak-sajak tersenyum
di perutnya, di dadanya, di tengkuknya, di lututnya.
lagu -lagu berhembus racun terbuang
dari mulut sembahyang tenang.
pergi! seperti nenek sihir mengusir angkara
dari roh yang sederhana dan cuma punya cinta.
oleh-oleh apa di wajahmu itu: "lega", katanya.
Thursday, July 3, 2008
Aku Bicara Kepada Angin
Kata lelaki tepat kepada lelaki lambat
Dari mana saja kau
Aku telah kesini dan aku telah kesana
Dan aku telah ke antaranya
Aku bicara kepada angin
Kata-kataku terbawa pergi
Aku bicara kepada angin
Angin tak mendengar
Angin tak dapat mendengar
Aku di luar melihat ke dalam
Apa yang kulihat
Banyak kebingungan
Disilusi
Disekelilingku
Kau tak mempengaruhiku
Tak mengesankanku
Cuma mengecewakanku
Tak bisa memerintah atau mengaturku
Cuma menghabiskan waktuku
Aku bicara kepada angin
Kata-kataku terbawa pergi
Aku bicara kepada angin
Angin tak mendengar
Angin tak dapat mendengar
*Judul asli: I TALK TO THE WIND by Ian McDonald and Peter Sinfield.
Liriknya kuculik dari blognya om UHK (http://theurhekaproject.blogspot.com/)
lalu kualihbahasakan, secara suka2, tentu saja ;-)
Ogle
kulit berminyak
lelehan kutuk yang lumer oleh magisnya
nama kakek moyang kita
jika langit adalah wajah yang tertawa
pelangikah senyumnya?
keajaiban datang tanpa peringatan
tapi diharapkan
seperti hujan di penghujung malam
tidurmu semakin deras sewaktu
kenyataan basah kuyup diguyur mimpi
tukang tenung telah pergi
ke bulan berakhiran i
buka pintu
kejutan menunggu di situ
tangan yang gemetar memegang gagang
redakan dulu
pick
a
boo!
segera kemasi barangmu
kita melaju
Aku Juga Mencintaimu
aku juga mencintaimu
dalam diamku
dalam jarakku
dalam sepiku
aku juga mencintaimu
dalam bencimu
dalam jauhmu
dalam keramaianmu
aku juga mencintaimu
dalam
dalam
dalam
Re: Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai di Dalam Gelas*
tunggu,
kita masih belum selesai
aku tahu bayang siapa di dasar gelas
yang terpantul dari kepala anggurmu
ketika hujan menikam tatapan kita pada dokar yang melaju
dan angin basah mengipas ujung-ujung rokku
tidakkah kau bercerita di balik altar masa lalu?
sedang aku melayang ke tentu saja, sang bintang utara
bagaimana bisa selesai
jika lingkar samsara begitu membuat lena
: doa terdaras di tiap bulir rosari
aroma subuh ditingkahi bunyi lonceng gereja
rasa lega setelah bulir beras menempel di dahi
percayalah,
banyak yang minta pada Tuhan agar jangan selesai
meski ada juga yang menyudahi sebelum waktunya usai
dan kita selalu bertemu lagi
tidak sekarang, mungkin nanti
seperti pada suatu pagi
di stasiun kereta api
aku mabuk hidup
kau juga
nikmat sekali
bukankah?
* jawaban atas puisi om Urip HK (http://theurhekaproject.blogspot.com/)
di milis Buma & Apsas
Tuesday, July 1, 2008
Hatimu
hatimu sungai
mengantar gemericik sejuk
mata air bening tempatku berkaca
mencari pintu yang terbuka selalu terbuka
buatku pulang kesana
hari dini aku tak pernah sendiri
hatimu selimut penghalau dingin yang menyayat
lewat sunyi- sunyi tiap aku bernyanyi
mengusap tepi daun kelopak bunga
pula akar jauh nun di dalam sana
hatimu angin menghembus utuh memeluk teduh
segalaku yang tak sempurna
pada takut ku bertelut kau meniup jiwa ciut
mengembang sayap membentang jalan
hatimu seluruh perkasaku