Friday, December 28, 2007

Pada Sore Hari


semangkuk senja dingin

diseruput angin


Yogya, 27 Des 2007

Thursday, December 27, 2007

Ku


kukidungkan namamu pada nada hujan

jatuh pelan di dasar malam kelahiran
tatkala bintang samudra
bercahaya terang
bagi kita

kugenggam janjimu erat-erat
biar kokoh tegapku melangkah
tanpa pernah patah
sepanjang ingatan
perjalanan

kuhembus gelisah jauh sejauhnya
lampaui sejarah yang sudah
buat menghirup segar jiwamu
mengisi hampa dada hariku
selalu

Ursa Minor : Dongeng Langit Sendiri


: mata benak


aku menumpang gelap malam dari terminal langit utara.

di galaksi pikiran ini bintang-bintang seperti air dingin
kelam
yang menelan harapan redup diam-diam

sayap naga, ekor anjing, gayung besar
nama-nama yang gemetar bagi khayal lidah.
yang kutuju matahari mimpi.
ruang jagat sebesar ini ia tak mampu ditandingi.

telah kulalui equinox musim gugur sampai musim semi
menunggu waktu mencuri cahyanya
setangkup saja tanganku,
untuk
hangatkan nyawa beku kesedihanku.

namun beruang kecil itu menghalang jalan.
"selamat datang saudari" katanya,
"anak Atlas yang hilang telah kembali".

aku menjelma kuning terang,
lebih terang dari cahya matahari yang ingin
kucuri
tapi tapi ....
dan aku tak pernah kembali


Yogya, 21 September 2007

HAKOS


tapi aku ingat


kau kecup keningku

di tengah hujan lebat

dan kabut tebal di atas perbukitan

sekitar gua

setelah sebelumnya

kau bungkus hangat gemetarku

setelah sebelumnya

kudekap kau berkilo-kilometer

setelah sebelumnya

kita duduk di kursi kayu

menyanyikan kota kecil Betlehem

lalu menyalakan lima lilin

permohonanmu

permohonanku

permohonan kita



Des 2007

Monday, December 24, 2007

Selalu

waktu kau memelukku sampai
tak mampu bernafas ku
tahu
kamu cinta padaku

Bukan Lilin Tapi Bunga


Suara tanpa batas. Armageddon, Apocalypse, pengasingan segala dystopian imagery. Aku takut ke happy land itu. Sungguh berharap kita tak perlu pergi. Aku takut bertemu ketakutanku. Dia selalu panik akut. Kita menunggu tak tik tak tik tak tik. Percuma. Natal sudah tiba. Sebentar lagi tahun baru. Jeanne, aku tak sanggup meresponmu. Bacaanmu terlalu umum. Mata birumu terlalu sulit diterka. Mungkin aslinya hijau, mungkin abu-abu, mungkin tanpa warna. Tapi kupercaya ramalan baikmu. Crown. Relax Face. Lion. Baiklah aku menyerah. Seusai menyambut sang juru selamat tiba kita akan minum bersama. Kulihat tato flame baru di kakinya. Aih, tulang yang rawan. One way or another babe, kita melaju. I'm gonna get ya get ya get ya get ya, one way or another. Tanpa batas, suaramu kubawa ke perbukitan di atas gua kerep. Melarung doa dan beroleh-oleh lega, sepulangnya.

Wednesday, December 19, 2007

Why is it so hard


to not weep under the heavy rain
of a lost heart

to escape from this buried reverie

to fly away from yesterday


to gather the broken pieces
of my shattered forces

to exhale this longing for you

Tetapi Hati


di kamar itu bulan berwarna ungu

sedang kecemasan adalah hawa dindingnya

matahari, langit, dan bintang terabaikan dalam lemari baru

coklat tua, penuh sejarah cinta waktu dibelinya

ia terisak

cermin diam

dan gambar anjing yang tersenyum menatapnya

tanpa teman bicara

disusurinya gelombang elektronik

mengambang sendiri sampai eternit

dikumpulkannya kewarasan

dipakaikannya sandal dan baju hangat

ditinggalkannya cahaya ungu remang

berjalan sendirian mengaduk malam

air matanya berguguran



Satu jam, 18 Des 07

Tuesday, December 18, 2007

YHVH


merangkak di garis bibirnya waktu

detuk detak detuk detik detuk

angan memohon, harap memanjat
ingin memenuh, pasti menetap

pinta selalu ditepati
meski menanti

tentang semua ini

pada simpuh kutemu

kau

senantiasa ada
buatku

kasihku terima

kau


Yog, 18 Des 07

Jazzy Town


kota kecil yang romantik terbelai hujan rintik
ahhh dan rinai musiknya
jadi jeda bagi semua yang serba terburuburu

sandarkan bahu
pesan segelas kopi susu

biarkan jazz hadirkan rileks
bagi otot yang kakukaku

kaki dibentang
mata dipejam

wajahwajah menyenangkan
seperti berdatangan

mainkan terus saxophonemu
sampai lelap segala penatku


8 Feb 2007

Kantin Masih Tutup


*semangkuk ketupat

cuilan kerupuk
sarapan pagi*

tangan berusia duapuluhan, mengupas mangga
mulai bercerita

aku bungsu dari tujuh bersaudara, paparnya.
kakakku malaikat tua, kakakku yang satunya lagi
manusia sepertigapuluh dewa, kakakku yang satunya lagi
peri kawin muda, kakakku yang beberapa lagi
burung pipit kembar di udara, kakakku pas di atasku
seumurmu. ya, persisi sepertimu
yang mengunyah sambil nyanyi
lalu remah-remah di bajumu kau tiup
lalu ada tinkerbell sibuk mencatat
ingin-inginmu

juicer menjerit
kuning oranye dingin

dulu kerjaku merawat rumah sakit. mulai dari ngepel kamar mayat sampai membopong orang-orang yang dibawa ke ruang gawat darurat. pekerjaanku serabutan, tapi sangat menyenangkan, di dalam hati tentu saja. kadang-kadang aku juga bicara pada anak panti asuhan yang sakit diantar biarawati. biasanya mereka sangat pendiam, tapi aku tahu rahasia bahwa selalu ada sepasang sayap kecil di balik bajunya, dan mata malu-malunya yang kuyakin adalah lentera dari surga. sekarang tiap kali bertemu kemenakanku, aku langsung ingat mereka, kanak-kanak panti asuhan itu. tapi aku belum pernah mengunjungi tempat tinggal mereka.

jendela-jendela dibuka, ia mengambil tongkat pel,
melanjutkan bicara

pada malam yang sepi sekali, aku suka ketakutan dikeroyok mimpi. aku tak punya tinkerbell seperti kamu. aku punya nyamuk yang selalu berdenging dan tau-tau sudah menusuk-nusuk kulitku. aku selalu tak sabar menunggu pagi, mendengarkan puisi hari. membiarkan sayap-sayapku tumbuh lagi.

*batuk. leher seperti digaruk
sarapannya kenyang
tapi energi ini hilang*


December 2007

Monday, December 17, 2007

Iesu, Aku Mengadu


bajawa tinggal rencana


hangat kamar nainawa
uap mulut kala bicara
kabut yang dinginkan rindu
jaket tebal dan kain panas

aura alea barangkali sudah menjejak tanah
sementara salsa mulai kenal matematika

juga bapa ose dalam tidur lelapnya
berapa lama sudah tak kubelai porselin biru muda
petak-petak yang perlahan rekah dari reba ke reba

iesu,
aku mengadu
biar sungai-sungai beku galauku
mengalir lah
menumpah kelu


Yogya, 17 Des 2007

Dari Tanah Merah Muda


musim panas.
dedaunan melayang layang di hembus angin tenggara.
wajahmu tengadah, membalas ciuman harum sinar matahari pada bibirmu ranum.
nyanyi merdu, seperti ratusan kupu kupu berpencar jelajahi puspa sukma yang tumbuh dari tanah merah muda.

mana sayap yang katamu kokoh dulu?
mau kubelai dengan gemetarku. menyimpan rasanya di ingatan
lalu terbang ke musim musim yang terkubur dalam kenanganku akan indahmu.

*tolong, temani aku duduk bersama ketakutanku*


Yogya, 5 September 2007

Friday, December 14, 2007

Cemburu Sendu


kalau bukan karena kematian, robekan pita-pita rambutku belia,

kurasa baris yang kau toreh di keningku adalah yang kutapaki,
saat ini.


tapi tak kutangisi. karena kudapatkan yang kusyukuri. yang sudah terbaik di atas ambang harap. sebab aku tak bisa minta. sebab tak ada kepada siapa.

tadi aransemenmu memberiku sendu. keluhmu jadi ingatan mimpiku. tuts-tuts itu not-not itu doa-doa itu sahabat lahir jari-jari komposisi rinduku.

tergantung aku di nada-nada yang kau tahan setengah ketuk
lalu jatuh cemburuku padamu juga harmoni kepasrahan lagumu
gadis pianoku


Yogya, 14 Des 2007

Thursday, December 13, 2007

Mimesis


sayang,
petanimu bukan dostoyevsky.
ia hanya seorang ibu malang yang tak
tersentuh goresan gorki.
ia mabuk vodka saat kafka menghadangnya lantas
mengira ia seekor kecoa. aroma miskinnya membuat
marques berlari memilih mengurung diri
selama seratus tahun yang sunyi.

andai namanya sophie, tongkat harry potter barangkali
mudah menyihirnya menjadi siddharta.
avarakedavra!
di lautan dusta ini,
kebaikan cuma punya tempat sempit
meski wajahnya sepolos oliver twist.

sayang,
petanimu tak ubahnya lukisan usang di
executive lounge pelabuhan udara negeri kita.
orangorang datang dan pergi
tak peduli mereka berjalan di kanan atau di kiri.
ia bodoh, tak setenar van gogh.
jangankan kundera,
ia bahkan lupa apa artinya gelak tawa.

sayang,
tidakkah hidup penuh kutipan di sana sini?
mari kita tangisi petanimu
seperti para pemain di sinetron televisi.



Yogya, 23 Nov 2006

Who Says What To Whom?


hujan deras. angin basah menuju basement disambut dua pria berbatik palsu jawa. sejak tadi problem loading page, cuaca buruk. terlihat dari rautmu yang cemas. sofa-sofa sudah diganti sarungnya. mestinya kau duduk, mengeja L E G A pelan-pelan, bukan jumpalitan di wastafel. menyapa air, kilahmu.


smart brain bukan smart bra. oh please, dengan dua mata membelalak sebesar itu ia pasti terbirit-birit ketakutan oleh sorotmu. bukan seperti terpanah asmara sebab mereka bilang tulisannya sendu, fantastis, memilukan sekaligus aneh. ya, ya, ya. itu yang kumau. itu yang kurasa. sudahkah kau dapat groove nya? aku jauh di bawah sini, di dasar telinga hati: mengaum, melenguh, melolong, mengembik, menyalak, mencoba setengah mati menjabarkan katabunyimakna di terowongan leher.

dadaku macet. perutku melamun. kau semakin narsis di depan cermin kabur itu. ayolah, kita tembus saja. lalu kita lihat apakah kata-kata kita terbolak-balik di sana. lalu kita berpandangan. lalu kita difoto. menjadi cover buku How Ungrammatical Can You Get? yang dikutip oleh tatapan terpana chiliastic untuk terus menjaga kesadaran mereka sampai ribuan tahun lamanya. mungkin saja.

Wednesday, December 12, 2007

Not Another Ersatz Lines


: HAKOku



larik-larik dingin beku icicle
ini mulai lumer
by the moment you share
the ballads of satirical despair

fabulous mind,
apakah kamu terbuat dari sendok
lantas mengaduk-aduk rohku?

harum wangi bunga frambozia
semerah bekas kecupanmu di leherku

tubuh embun
segarmu

bergulir bak dadu
di hari putih ungu
menggelinding jatuh
pada tumit waktu

"however far away
I will always love you"

tapi aku sekarat kalau jauh darimu
penyembuhku


Yogya, Des 2007

Lidah! Lidah!


menyeberang kita ke negara lidah desis

aku cukup mampu menangkap bunyi
melempar kembali arti
tapi kau luar biasa
bicara bagai benar-benar
lahir dari rahim mereka

nyaris sempurna

padahal kutau
asalmu dari
desa lidah lambreta

dan lebih mencengangkan
waktu bertemu orang
dari negeri lidah melelet,
lidah keriting dan lidah jenjang
dengan lihai kau untai
maksud-maksudmu
begitu piawai

aku pulang lebih dulu ke kota lidah rusak
tempat kita memintal nyawa
kudengarkan orang-orang lidah tebal
selalu salah paham penyampaian orang lidah angin
yang hanya tetangga sedaratan
yang hanya beberapa jam jaraknya dari
tempat liur mereka menggenang di got-got
sepanjang kota

kutunggu pulangmu
setiap hari lewati halamanmu
kubayangkan lidahmu
mengulum permen kata
di negara lidah berantah
sesekali meludah serapah


12 Des 2007

Tuesday, December 11, 2007

But She Will Be Loved


ia meraung dalam

mencakar batu cadas
di dinding jiwanya sendiri

bahagia adalah keputusan
untuk akhiri gelisah dan
puas pada keadaan

tak pernah paham peta dunia
fantasinya terus mengembara
tersesat berkali-kali di jalan kata
yang ia rintis tanpa rencana

mata-mata cemooh seperti
selalu saja ikutinya
meski tahu ia
pengagumnya
terserak banyak di balik
tatap bisu
bagai duri malu

ia melolong semakin jauh di kediriannya


Desember 2007

Friday, December 7, 2007

Aaaarghhh


ini lamun sesengguk jalan panjang

tempat sejoli mesra berpeluk di tengah perempatan
tak bosannya menukar kata selip-menyelip
sedikit jumawa kita di sengal-sengalnya
tapi sungguh bagai teluh kau buka dirimu ntuk yang lain
kenapa belum ada yang tau pongah itu ketakutan bahwa
didalammu ada tak seimbang dan oh teramat kusayangkan

terbanglah jauh biar aku angin tiupmu dari batin
canduku tentangmu sama persis kebiasaan
sebentar-sebentar gigiti kuku, duhai misteri waktu

kejang kaku erangan dalam rohmu bila tatap beradu
nah pesonalah kesimamu

datangkan badai, taburkan isi genggammu
supaya berlalu beradu memagut kalbu beku
kelu merajalela sentuhnya panaskan hangatkan
bakar sampai tuntas ke dasar alas gairah yang kandas


tak puas-puas ...


Thursday, December 6, 2007

Monolog Pagi


aku bibir sendiri
menggigil di awal hari


Yogya, 4 Juli 2007

Wednesday, December 5, 2007

Ketika


ia tak punya kuas atau cat atau kanvas atau warna
untuk melukis isi hatinya
ia terduduk saja di ujung kamar, menekuk lutut
tersandera penjara sesak yang tak terlihat bentuknya

* tembok-tembok dingin kaku tak bisa memeluk *

ia menggigit bibir, meremas kedua lengan
mengerang dalam, jauh ke dalam dirinya
ia tak mampu mengumpulkan huruf,
menyusunnya menjadi doa
ia merasa hina

* airmata teramat kikir tak mau hadir *

ia mendengus, mendesah,
menarik nafas panjang, membuangnya
jiwanya pergi entah kemana
tinggal ia dan rasa yang luka-luka

* waktu terus saja berlalu *


Yogya, 30 Aug 2007

Seperti Apa



seperti apa cinta lelaki pada perempuan?
: tiba tiba saja ia punya kebun bunga dalam hatinya

seperti apa cinta perempuan pada lelaki?
: tiba tiba saja hatinya meluas tanpa batas


Yogya, 17 April 2007

Sebelum Santa


: Kris Kringle



benarkah Sleipnir mampir beristirahat
di ujung cerobong asap rumahku lalu temukan
gula, jerami dan wortel yang sudah kusiapkan
untuk menguatkan kedelapan kaki-kakinya?


aku tak peduli hadiah apa
yang kau berikan padaku

aku hanya ingin
bertemu denganmu


mereka bilang dari singgasanamu kau bisa
melihat segalanya. jika kau memang Odin
sang pemimpin jiwa-jiwa itu,
bolehkah kudengar ceritamu?

karena malam ini seorang anak lelaki tampan
bermahkota emas, memegang pohon cahaya
telah melompat ringan ke jendela mataku
lalu membunyikan tanda kedatangannya
'tinkling!'

aku tak peduli hadiah apa yang kau berikan padaku
aku hanya ingin bertemu denganmu


5 Desember 2007

Tuesday, December 4, 2007

Anak-anak Hari


: sisco


kau di atas pohon mangga
aku di bawah pohon jati tepat di sampingnya

"sudah ketemu layang-layangnya?"

matahari menjawab teriakku
dengan sengatan tepat di mata


*blereng*

gusar aku tak mampu menjangkau
bayang tubuhmu di atas sana

"kresak...gedebuk!"
sebutir mangga dengan jejak gigi kalong
mendarat di tepi kelingking kaki

"oiii, layang-layang yang kuminta,
bukan iniiii....!"

sekuat tenaga kulempar mangga itu
ke arahmu. berharap kena.

ada yang bernyanyi lir-ilir di rumah tetangga.
aku meronta segerah singa di savana.
leher mengejang kaku,

aku duduk lesu, mulai menggerutu.

dengan wajah tanpa penjelasan,
kau turun pelan-pelan.

tanganmu kosong, tak bawa apa-apa.
aku merasa sia-sia.

"layang-layangmu sudah berangkat,
dihantar mangga yang membawa
pesan jengkel luar biasa.
sekarang mungkin sudah tiba

di mega-mega"

kau ngeloyor pergi. aku mulai berpuisi.


Yogya, 4 Desember 2007

Soaked


layar lebar putih berkibar


lolong perempuan dari ruang sebelah
memecah senyap
berhambur ia, punggungnya kerangka sayap
retak-patah gugur perlahan
pada lantai diam

bukan kesedihan
hanya cemas yang melembam
seperti bayang-bayang


lelaki di balik kereta kelinci
susah payah mengulir
larik-larik puitik
dipetiknya satu dua kuntum strophe
dan helai-helai epode pilihan
dilantunkannya dari barat ke timur
timur ke barat
dan gemanya memantul
sesekali keluar alur

lampu meremang redup terang

di depan etalase mereka berciuman
bibir yang basah dan aroma kopi
tertinggal berdesah-desah di lidah
lalu di dalam jas hujan
ada dekap
semakin erat

kaki merapat


Yogya, Desember 2007

Monday, December 3, 2007

Dataran Salisbury, Inggris Selatan


bau sisa jenazah terbakar di antara bebatuan
memaksaku berharap keajaiban
agar Merlin datang
selamatkanku dengan kekuatan gaib celtic
mengubahku jadi bungabunga cantik

aku berangan dapat menarik perhatian
perempuanperempuan desa neolitikhum
untuk datang mencium
lalu memasangku di telinga mereka
mendengarkan mimpimimpinya

sembilan bulan umurku, dibawa
untuk dipersembahkan
sebagai kurban peristiwa besarbesaran
saat matahari terbenam
di pertengahan musim dingin

meski merontaronta aku tetap harus binasa
menetap di lingkaran batu ini selamanya

Stonehenge,
di batubatumu tulangku berada
dan jiwaku terjaga melewati masa demi masa
mengulang kisah yang sama


6 Feb 2007

Boneka Perang - Balon Udara


senyummu boneka perang

manis tapi kejam
hangat penuh ancaman

bergidik aku
di tatapanmu

dendangku balon udara
melayang sesukanya
menyundul mega-mega

tertegun kau
di lambaianku


3 Des 2007