Thursday, June 19, 2008

Tembikar


tubuh lembutmu masih basah

liat meliuk lentur dalam
putaran roda pelan dan sentuhan
telapak jari penuh kesabaran

pada deret lemari kayu

mereka mengering anggun
keramik yang kini tersenyum
sebagai cangkir, sebagai poci, sebagai piring,
sebagai guci, sebagai mug, sebagai vas,
sebagai pot, sebagai pigura, sebagai yang telah jadi

sebagai apakah kau akan dibentuk
dengan segala keindahan lekuk

aku segumpal lempung
di pojok ruang sebuah pondok
menunggu
giliranku

sambil menyesap nikmatnya
melihatmu menggeliat manja
dalam tangannya

No comments:

Post a Comment