Thursday, August 28, 2008
Litani Hati
: halov
Kau meminta lembaran waktu yang kukosongkan
untuk kau isi sendiri dengan segala kedirianmu
tanpa coretan apapun dariku seperti kutatap kamu
dari balik kaca bening jam dinding saat jantungku
berdetak-detak menghitung detik-detik tanpamu
Karenanya pagi siang sore malamku menjadi berlubang-lubang
tertembus peluru sepi tapi tak mau kutambal karena
angin yang berhembus dari situ menderu-derukan namamu,
menyejukkan gerahnya perasaan jiwa yang terbelah.
Aku menengadah pada pemberi berkah
mensyukuri lembaranku sebagai anugerah
dengan tinta setia di tiap tetes lariknya lalu
khusyuk bertelut memanjatkan penyerahan
jiwa raga bersama namamu di setiap tarikan nafasku.
Ketika senyap menghanyutkan
segala yang lelap dariku dan dingin menyergap
ujung-ujung kaki terus naik ke dahi maka
pelukanmu adalah obat hangat yang menyalakan
percik hidup, menerangi segala yang redup,
memenuhi rongga yang menganga.
Kau membungkusku dengan lembaran
yang kau minta sebelumnya, menghadiahkan
segala isinya buatku hanya bagiku dalam
dekapan rindu yang menggebu-gebu lalu kita menyatu,
meleburkan lembaran waktu untuk kita persembahkan
sebagai syukur yang tak berkesudahan atas segala keindahan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment