Saturday, August 21, 2010

emas musim panas


di antara hamparan gandum di desa kecil altenburg yang sepi

aku bertemu satu tiang batu dengan salib terpancang di atasnya

matahari waktu itu berwarna emas
berkilauan cahayanya di ujung kepala yesus yang tertunduk
ke bawah, ke arahku yang mendongak sedikit menganga

aku tak berdoa
aku tak sedih atau bahagia

tetapi senja itu istimewa
karena malam begitu muda
sedang perasaanku sangat purba
dan tak punya kata-kata
untuk menggambarkannya

aku mengenangnya
ketika gerimis mengetuk jendela kamarku
pada suatu sore di jogja
waktu matahari mengintip
dari sudut langit yang mulai
menangis

6 comments:

  1. Aihhh.. syair yang dahsyat. aku merinding disko nih. hehe.. aku senang sekali, terimakasih ya, puisimu indah.

    ReplyDelete
  2. aku hiatus lamaaaaaaaaaaaaa sekali. tapi sesekali aku masih menjenguk berandamu kawan... GBU :)

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. Hanimal...irluuuu....puisinya mellow, tapi indah....

    ReplyDelete
  6. to Mb Sandra: terima kasih atas apresiasinya. aku sudah main ke blognya, tapi agak susah mau meninggalkan jejak disana (ga ada shoutbox-nya yaa)

    to Iqbal: heyyy, welcome back. ayo nulis lagi.

    to Hatimal: irlu too. terima kasih sudah membaca

    ReplyDelete