Saturday, August 21, 2010
emas musim panas
di antara hamparan gandum di desa kecil altenburg yang sepi
aku bertemu satu tiang batu dengan salib terpancang di atasnya
matahari waktu itu berwarna emas
berkilauan cahayanya di ujung kepala yesus yang tertunduk
ke bawah, ke arahku yang mendongak sedikit menganga
aku tak berdoa
aku tak sedih atau bahagia
tetapi senja itu istimewa
karena malam begitu muda
sedang perasaanku sangat purba
dan tak punya kata-kata
untuk menggambarkannya
aku mengenangnya
ketika gerimis mengetuk jendela kamarku
pada suatu sore di jogja
waktu matahari mengintip
dari sudut langit yang mulai
menangis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aihhh.. syair yang dahsyat. aku merinding disko nih. hehe.. aku senang sekali, terimakasih ya, puisimu indah.
ReplyDeleteaku hiatus lamaaaaaaaaaaaaa sekali. tapi sesekali aku masih menjenguk berandamu kawan... GBU :)
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteHanimal...irluuuu....puisinya mellow, tapi indah....
ReplyDeleteto Mb Sandra: terima kasih atas apresiasinya. aku sudah main ke blognya, tapi agak susah mau meninggalkan jejak disana (ga ada shoutbox-nya yaa)
ReplyDeleteto Iqbal: heyyy, welcome back. ayo nulis lagi.
to Hatimal: irlu too. terima kasih sudah membaca