Friday, October 31, 2008

Saat Teduh


musim salju, adalah kesukaanku

sewaktu matamu memantulkan
putih yang menyelimuti seluruh
letih yang telah gugur, tertidur

lelap dalam sendu membeku
haru kala kau menghitung butir
rosari yang menyebut namaku
sepenuh khusyukmu

dan dingin membuat bijaksana
segala ingin, menyala bersama
lilin-lilin doa ketika kita
mendekapkan hati di keteduhannya


Re: DTR


Malam seperti sihir di latar kastil, ketika

cahaya perak itu memendar di setiap
kaca-kaca berwarna jendela mata kami
yang terkesiap mematung takjub pada
suasana magis yang tercipta

Di antara sadar dan tidur kami temukan
jalan setapak berumput yang kau ceritakan
yang mengarah menuju jembatan kecil di atas
sungai bening dengan ketenangan yang sempurna
dan di seberangnya adalah lembah indah yang
menumbuhkan pepohon mimpi kami beraneka buah
juga rupa-rupa daun anugerah

Kami mencari gembala penunjuk jalan, yang kabarnya tengah
kau lacak di halaman kitab-kitab tua penuh tanda
serta teka-teki masa melampaui jauhnya ingatan
dan gurun-gurun tak bertuan yang pernah kami
lalui sebelum kami didatangkan pada hari kelahiran

Maka pada sajak, kami terus menebak akan
keagungan yang tersimpan dalam keping-keping
kejadian seperti halnya malam, yang menggelapkan
pandangan sementara kita mesti terus terjaga
mencari terang yang memancarkan kebajikan




*membalas puisi om Dedy (http://www.toko-sepatu.blogspot.com/)
yang membalas puisiku

Wednesday, October 29, 2008

Menutup Malam


di pintu mimpi kita berjanji

untuk bertemu lagi
saat pagi

Tuesday, October 28, 2008

Catatan Angka-angka


: Maria Bernadetha Rosario




sembilan belas

engkau melintas berbekal mimpi
satu tas, seribu kantung pikiran.
lembar wajah yang kosong dan jemari penuh
crayon warna-warni


tujuh belas

aku berlari menerabas belukar doa
menghadangmu, batu cadas di tepi
kapel kecil dan dengan kelontangan
rantang aluminium kau aku menyebut nama
kita


dua belas

selama itukah waktu? rasanya seperti setoples
kacang goreng yang kita kunyah tak sudah-sudah,
berceloteh, berceloteh, berceloteh,
diantara kepul asap, harum kopi, wangi susu,
bau naga, gelegak tawa dibawah hujan dalam jas berlubang
sambil menyusuri jalanan, air mata, oh betapa berember-ember
bisa kita banjiri rongga-rongga cerita yang kering nyaris mati.

cuma satu kata yang kita punya: masih


tiga satu

berdiri di padang hidup, menatap jauh ke sana kemari
ke sini, ke segala arah. yang bergumpal di dada biarlah
tetap di sana, bekal baru berbobot tak sama, yang selalu
meninggalkan jejak dalam di setiap tapak yang kau
tinggalkan. melangkahlah. jangan ragu. beranilah
hingga sedih tak mau datang lagi*, hingga bahagia
adalah dataran yang kau pijak.


dua sembilan

yang kupunya selalu sayang, tak pernah habis terisi
untukmu, ya, untukmu. sampai angka-angka berderet itu
mengabur di mata kita, sampai tak terbaca.


selamat menambah angka


==============================
*meminjam liriknya Ipang: Sahabat Kecil

Betapa


kami terkurung jengah. lelah mendongkrak segar,
menyambung sabar.
ketiak yang basah ingin meludah
pada wajah mereka uang seperti dadah. kecanduanlah.
mabuk pada hidup. kegerahan roda kereta angan ini
berlari hilang. hilang biar lesap di perut bukit.
di ketenangan samadhi malam.

tidurlah kegagalan, duka yang parau.
enyah. enyah bersimbah gundah. tinggalkan kasih
pada ujung-ujung dedaunan biar menguarkan lega,
rasa reda yang kami damba. dalam genggam jaman meronta
ingin-ingin kami melesat terbang dari gelembung peristiwa
di angkasa bayang-bayang.

semua yang serah, usia yang hadiah, cinta yang anugerah.
berbaur kami dalam patahan-patahan mimpi
dihembus angin dini hari saat pejam mata dibangunkan pagi.

lalu bangkit kami mencari rumahmu,
mengetuk pintumu, memanggil namamu,
mengharap rengkuhmu, mereguk damaimu.

Wednesday, October 22, 2008

Jika Terjaga


: Alice


Petualanganmu adalah remahremah mimpiku

yang mengalir sepanjang sungai Thames

pada musim panas bulan Juli di gumaman

terbatabata paman Lewis

Alice!

Kelinci putih yang kau kejar itu ketakutan pada waktu

Ia cemas kehilangan waktu

Ia sibuk mengejar dan dikejar waktu

Ia sendiri tak berani membunuh waktu

karena waktulah yang membuat bayangannya abadi

di permukaan bulan kala purnama terang

Alice,

Tak ada lagi yang ajaib di dunia ini saat kau tumbuh

dewasa dan tinggal dalam pagar norma-norma

Kau akan belajar bahwa siapa pun punya kisah sedih untuk

diceritakan jadi tak usah heran mengapa monster singa

berkepala elang itu terharu biru mengenang masa lalunya

Alice,

Jika kau terjaga di taman indah impianmu

dengarkan baikbaik bisik daun di pepohonan

Satu diantaranya akan mengering terbang jatuh ke pangkuanmu

Semoga ia membawa kejutan menyenangkan

bagi petualanganmu mendatang

2006

Tuesday, October 21, 2008

Too Sad To Be Ok







but I try

Setelah Badai Itu Berlalu


waktu kau mengunci pintu-pintumu

tahukah kau badai angin berputar begitu kencang,
hujan, air, segala terbang melayang sembarang
saling menghantam, bertabrakan, menderu-derukan
suara mengancam, memporak-porandakan bangunan,
mengangkat atap-atap, menyayat jendela-jendela, menampar
pintu-pintu, mencabut akar-akar, menghancurkan impian-impian
dalam kegelapan, dalam kekalutan

sedang aku ditengah-tengahnya
memanggilmu, menggedor pintu-pintumu,
mencari celah jendelamu, meraungkan ketakutanku
menempelkan gemetarku, meneriakkan sedihku
yang perlahan menghilang tercabik kekacauan yang mendera
seluruh keberadaanku

setelah badai itu berlalu
aku telah menyerpih dan puingku
mencari serpihku yang lain
yang sebagian tertinggal di sekitar pintu-pintumu

aku akan merekatkannya lagi
dan kali ini belajar untuk tak peduli

Monday, October 20, 2008

Hingga


nyaris


patah

menyerah.



Apakah

kau

tetap

tabah

bersamaku

tanpa

kenal

lelah?

Friday, October 17, 2008

Meneguhkan


Senyaman tudung angkasa merunduk di atas bukit,
namamu adalah angin membelai pepohon
merindangi tanahku dan gelisah debu.

Pada hujan aku berkesah tentang mata langit yang basah,
yang seperti menyimpan sedih tertahan jauh di dalam
gumpalan awan berwarna abu dan terus-menerus dikelabuinya
dengan biru.

Maka aku terus berharap,
sembari mengancingkan baju hangat rapat-rapat
agar doa di dadaku tetap kuat dan detaknya setia berjaga
menemani waktu bagi jiwa.

Juga ketika menengadah tepat tatkala ranting-ranting kecil
menggugurkan dedaunnya ke wajahku, namamu membawa pesan
kasih tak berkesudahan pada tiap tapak aku berjalan.

Thursday, October 16, 2008

Mantra


tetap saja kuaduk mantramu


meski terdengar basi
dan ramuan di atas tungku itu
tak lagi dipanasi api
karena rumah hantu tempat kita saling menakuti
kini menjelma jadi gedung yang tinggi

karena kini untuk bahagiapun kita harus beli
harus antri
harus buat janji
harus menepati harus

sekarang semua serba terburu-buru
sampai kau sering lupa mengikat tali sepatu
dan menyeret debu langkah-langkahmu
ke pintu ingatanku

zaman yang bingung katamu
atau kita yang berdengung
menjadi lebah diantara jutaan lebah
tak tahu lagi artinya pulang ke rumah

tetap saja kuaduk mantramu

merebus kenangan
mereguk ramuan suka-suka kata
mengenang betapa kita
suka menyihir
dengan angan-angan

secara serampangan

Wednesday, October 15, 2008

Seorang Anak Suatu Pagi


kegelapan itu melesat pergi lewat ujung-ujung rambutnya

meninggalkan terang yang semakin lama semakin benderang

di antara jajaran pepohon rindang dalam pikirannya
menyembullah peri bersayap perak berambut ombak
yang mulai bernyanyi menyeru-nyerukan sesuatu
yang kedengarannya seperti pepatah tentang sepatu
dan langkah-langkah baru

jalan nafasnya begitu lebar begitu segar
dan matahari berseri-seri
menghangatkan taman dadanya dipenuhi ranum putik janji

matanya langit bersih
selaput awan yang melintas adalah gumpal haru biru
yang sesekali melinangkan bulir-bulir gerimis
luruh di pipinya yang syahdu

untai senyumnya pelangi terbalik

memberi warna pada seluruh hari yang ia sebut baik

Thursday, October 9, 2008

Ina Maria*


Ina... Ina... Maria
Ina ata sare
Ina... Ina... Maria
Ina peten kame

1. Tobo tuen pae parep
Peten non go anam ue
Susah doan paya lela
Paya tada tana ekan
Ina... Ina... Maria
...................

2. Kame ia ata nalan
Paten kame anam ue
Ribun pia susa tudak
Ratun pia paya taga
Ina... Ina... Maria
...................

3. Ole Ina o Maria
Ribun tani loran lou
Ratun pia susa tudak
Sudi Ina o Maria
Ina... Ina... Maria
..................

4. Nalan kame pulo kae
Utan kame lema kae
Nuba pia tani mayan
Mayan ema o Maria
Ina... Ina... Maria
...................


*Bunda Maria (: sebuah lagu dalam Bahasa Lamaholot)

Wednesday, October 8, 2008

Kabarkanlah Pada Angin


kabarkanlah pada angin nyanyian sedihku

bingkisan rindu yang dibawa langkah-langkah ragu
degup yang terbenam di dada waktu
tangis tertahan raungan membatu

kabarkanlah pada angin nyanyian sedihku
dinding putih yang retak oleh sesak membuncah
dengung cakap yang berkelebat sekejap lalu patah
dihantam godam meremuk isak, pecah

kabarkanlah pada angin nyanyian sedihku
temaram harap redup satu-satu
jiwa tersesat di hutan gelap berkabut kelabu
hujan berbaris mengiris jarak sunyi dengan kelu

lirihku memantul di tebing bisu
gaungkan rintih ke lembah-lembah jauh
dan jatuh terlelap pada segala senyap

Tuesday, October 7, 2008

It's a hard, it's a hard, it's a hard Dylan Day

Oh, where have you been, my blue-eyed son?
Oh, where have you been, my darling young one?
I've stumbled on the side of twelve misty mountains,
I've walked and I've crawled on six crooked highways,
I've stepped in the middle of seven sad forests,
I've been out in front of a dozen dead oceans,
I've been ten thousand miles in the mouth of a graveyard,
And it's a hard, and it's a hard, it's a hard, and it's a hard,
And it's a hard rain's a-gonna fall.

Oh, what did you see, my blue-eyed son?
Oh, what did you see, my darling young one?
I saw a newborn baby with wild wolves all around it
I saw a highway of diamonds with nobody on it,
I saw a black branch with blood that kept drippin',
I saw a room full of men with their hammers a-bleedin',
I saw a white ladder all covered with water,
I saw ten thousand talkers whose tongues were all broken,
I saw guns and sharp swords in the hands of young children,
And it's a hard, and it's a hard, it's a hard, it's a hard,
And it's a hard rain's a-gonna fall.

And what did you hear, my blue-eyed son?
And what did you hear, my darling young one?
I heard the sound of a thunder, it roared out a warnin',
Heard the roar of a wave that could drown the whole world,
Heard one hundred drummers whose hands were a-blazin',
Heard ten thousand whisperin' and nobody listenin',
Heard one person starve, I heard many people laughin',
Heard the song of a poet who died in the gutter,
Heard the sound of a clown who cried in the alley,
And it's a hard, and it's a hard, it's a hard, it's a hard,
And it's a hard rain's a-gonna fall.

Oh, who did you meet, my blue-eyed son?
Who did you meet, my darling young one?
I met a young child beside a dead pony,
I met a white man who walked a black dog,
I met a young woman whose body was burning,
I met a young girl, she gave me a rainbow,
I met one man who was wounded in love,
I met another man who was wounded with hatred,
And it's a hard, it's a hard, it's a hard, it's a hard,
It's a hard rain's a-gonna fall.

Oh, what'll you do now, my blue-eyed son?
Oh, what'll you do now, my darling young one?
I'm a-goin' back out 'fore the rain starts a-fallin',
I'll walk to the depths of the deepest black forest,
Where the people are many and their hands are all empty,
Where the pellets of poison are flooding their waters,
Where the home in the valley meets the damp dirty prison,
Where the executioner's face is always well hidden,
Where hunger is ugly, where souls are forgotten,
Where black is the color, where none is the number,
And I'll tell it and think it and speak it and breathe it,
And reflect it from the mountain so all souls can see it,
Then I'll stand on the ocean until I start sinkin',
But I'll know my song well before I start singin',
And it's a hard, it's a hard, it's a hard, it's a hard,
It's a hard rain's a-gonna fall.