Friday, October 17, 2008

Meneguhkan


Senyaman tudung angkasa merunduk di atas bukit,
namamu adalah angin membelai pepohon
merindangi tanahku dan gelisah debu.

Pada hujan aku berkesah tentang mata langit yang basah,
yang seperti menyimpan sedih tertahan jauh di dalam
gumpalan awan berwarna abu dan terus-menerus dikelabuinya
dengan biru.

Maka aku terus berharap,
sembari mengancingkan baju hangat rapat-rapat
agar doa di dadaku tetap kuat dan detaknya setia berjaga
menemani waktu bagi jiwa.

Juga ketika menengadah tepat tatkala ranting-ranting kecil
menggugurkan dedaunnya ke wajahku, namamu membawa pesan
kasih tak berkesudahan pada tiap tapak aku berjalan.

No comments:

Post a Comment