Friday, December 12, 2008
Dini Hari Ketika Bulan Meremang
suami menuju dermaga angkasa
dengan sayap terkuak membuka
(dini hari ketika bulan meremang)
tangis anaknya samar di telinga
seperti sajak pada sebuah kertas
tertiup angin, menggeret jalan
tak berdaya
dengan gemetar diingatnya wajah istri
kekuatan diam dari raut pasi
jarak tak teraba antara mereka
bak menatap gambar ke dalam pigura
aku (tak mau) sudah pergi
aku ingin (masih ada) di sini
Tuhan memanggilku pulang
Kalian memanggilku datang
pada cinta mana harus kuberi seluruh mati nyawa
sedang nyanyianku belum selesai
semesta menutup seluruh panggung ini
memintaku mengakhiri
meski bulan mencatat seluruh puisi hati
memendarkannya di malam-malam sepi
di atas harum rambut kalian yang kini sendiri
aku (tak mau) sudah pergi
aku ingin (masih ada) di sini
air mataku jatuh mengambang
dini hari ketika bulan meremang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment