gadis kecil itu berjalan di antara dingin
pepohon yang menggigil dan tubuh-tubuh
tergesa orang yang berlalu-lalang sepanjang
tepi pertokoan
di angkasa
sepasang bintang mengerjapkan cahaya
rambutnya berayun seperti lonceng gereja
yang tak lelah berdentang-dentang seharian
ia melewati
patung santa yang tertawa
di bawah lampu-lampu aneka warna
tangannya menggenggam sepotong sajak sederhana
untuk Tuhan
yang akan ia baca di dalam gereja
tepat tengah malam
lalu hujan datang
seperti jarum-jarum panjang yang menikam
sajaknya basah
tintanya mengabur
tapi semangatnya tak kendur
di angkasa
awan menatapnya iba
tak mampu membendung hujannya
gadis itu terus berlari
menuju gereja
tepat tengah malam
ia membaca sajaknya
dalam gigil yang menjadi-jadi
dalam basah yang seperti tak peduli
: Tuhan, bilang pada orang tuaku
aku mau jadi orang pertama
yang mengucapkan Selamat Natal
kepada mereka di sana