Tuesday, May 13, 2008

Lalu Ia Bercerita

Dahulu kala ada seorang gadis kecil yang bersahabat dengan awan. Setiap siang ia akan naik ke atap rumah, menemui sahabatnya untuk bertukar cerita tentang apa saja yang mereka suka.
Mereka saling menyayangi. Awan selalu menjaganya pagi hingga malam, meski kadang awan berada di tempat yang tinggi sekali.

Seringkali awan begitu terpana mendengar cerita gadis kecil itu sampai ia bersinar-sinar sangat terang sehingga si gadis kecil terlihat berkilau-kilauan tersiram cahaya. Pernah juga gadis kecil itu mengadu dan merasa sangat sedih ketika ia diejek oleh teman-temannya karena tak pernah bisa bermain bersama mereka.

Sebetulnya gadis kecil itu sangat ingin bermain dengan teman-temannya, tapi ia harus membantu ibunya yang sakit-sakitan untuk mengurus rumah sehingga tak punya waktu untuk bermain. Satu-satunya sahabatnya adalah awan, yang selalu menemaninya meski ketika ia sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, membantu ibunya.

Suatu hari Ibu gadis kecil itu berkemas-kemas dan si gadis kecil bertanya kemana ia akan pergi. Ibunya hanya menjawab bahwa ia harus pergi karena sudah waktunya. Ia juga tak boleh mengajak si gadis kecil karena belum waktunya bagi si gadis kecil untuk pergi. Pada senja hari ketika gadis kecil itu baru saja selesai mandi, ia mendapati bahwa ibunya telah benar-benar pergi dan hanya meninggalkan sepi yang didekap erat-erat oleh si gadis kecil yang mulai menangis, mula-mula pelan lalu tersedu-sedu memilukan.

Awan sahabatnya datang dan mulai menghiburnya. Awan menceritakan kehidupannya di langit. Tentang bintang-bintang yang nakal dan perahu bulan yang berlayar membawa mimpi-mimpi. Tentang pasukan hujan yang sering berkelahi berebut tempat di bumi sehingga kedatangan mereka sering terdengar gaduh sekali. Tentang petir yang suka bercanda sambil melecut-lecutkan ekornya.

Gadis kecil itu mendengarkan cerita awan sampai tertidur sambil memeluk sepi yang ditinggalkan ibunya. Melihat itu, awan bertambah pilu, demikian muramnya hingga warnanya menjadi gelap kehitam-hitaman. Awan berjanji pada dirinya sendiri tak akan pernah meninggalkan sahabatnya dan akan selalu menghiburnya.

Keesokan harinya ketika gadis kecil itu membuka jendela dan pintu rumahnya, ia melihat awan melebar di sekeliling rumahnya, memeluknya dengan lembut. Gadis kecil itu tertegun dan bertanya mengapa awan mengelilingi rumahnya. Awan hanya berkata ia tak sanggup meninggalkan sahabatnya dalam duka, ia mengajak gadis kecil untuk tinggal bersamanya.

Benarkah?

Gadis kecil itu menghambur menuju awan di depan pintunya dan langsung memeluknya, membenamkan diri ke pelukan lembutnya. Seketika terdengar bunyi ledakan yang sangat kuat lalu dari rumah gadis kecil itu memancarlah cahaya warna-warni yang terang sekali. Kejadiannya begitu cepat dan ketika semua reda,
awan, gadis kecil itu beserta rumahnya lenyap,

tinggal sepotong sepi tergeletak di atas jejak-jejaknya.


--
life, what is it but a dream?
-LC-

5 comments:

  1. indahnya penyusunan kata. aq jadi ikutan terbuai.. alangkah indahnya jika kita memiliki seorang sahabat seperti itu... huh...

    btw, aq lebih suka ngobrol sm bulan lho.. hehe...

    ReplyDelete
  2. thank you ngga.

    hmm..ngobrol sama (perahu) bulan, berarti bisa ngintip mimpi-mimpi yang dibawanya menyusuri malam dong ;-)

    ReplyDelete
  3. lembut banget tapi pilu....
    hehe...top markotop deh

    ReplyDelete
  4. thank you tobefri. aku mau kunjungi blogmu tapi kok ga bisa diakses yaa.

    salam.

    ReplyDelete
  5. masak sih gak bs diakses?
    wah knp ya?mgk aku salah setting, maklum masih nyoba2 ngeblog hehe..
    btw kl msh gak bs diakses, let me know ya..thx

    ReplyDelete