Friday, May 9, 2008

Begitu Herannya Kami


karena ia katakan:


tuan puan budiman,
hamba hanyalah seorang pencuri rendahan
dengan resiko dihajar babak belur nyaris mati
dan sudah terjadi berkali-kali

hamba tetaplah seorang pencuri

ketahuilah tuan puan,
otah hati hamba tak berkecukupan, kurang gizi
maka hamba mencuri sedikit hingga banyak sekali
hanya agar dihargai mendapat puji
juga perhatian dari yang sangat hamba cintai

dengan bebal sampai membuat tuan puan sebal

tuan puan bukan satu-satunya,
yang sering hamba satroni rumah sajaknya
jika tuan puan marah hamba pasrah
karena hasil curian sungguh menyenangkan
dibanding tak punya apa-apa buat menuai kekaguman

seringkali hamba coba jadi agamis
tapi hamba terlanjur amis
bodoh dan menjengkelkan
di mata tuan puan

pula hamba mendamba jadi pujangga kaya
setara dengan tuan puan sekalian
bersyair mewah, memukau gagah
bisa berpongah merasa jaya

tetapi tuan puan budiman,
hamba memanglah seorang pencuri rendahan
dengan resiko dihajar babak belur nyaris mati
dan sudah terjadi berkali-kali

hamba tetaplah seorang pencuri


1 comment:

  1. Hahaha... Gue tahu neeh, siapa yang lo maksud. Si itu kan yang mencuri puisi lo...

    Iya, neeh, gue lagi disuruh jalan melulu. Bulan lalu ke Bali, besok ke Bontang.

    ReplyDelete