Sunday, August 29, 2010
Danube
kususuri lekuk tubuhmu
ketika langit abu-abu
dan hawa dingin menikam kulitku
terkenang masa kecilku
menatap wajahmu dalam kalender tahun 80an
di kamar kerja ayahku yang berantakan
dan aku belajar mengucapkan
laut hitam
engkau mimpi, engkau janji
mewujud menjelma diri di hadap mata ini
memenuhi yang lupa kuingini
di salah satu tepi bibirmu
Schonbuhel memanggilku
mengikat sekujur lidahku
menguras aksaraku
meninggalkan rasa lengang haru
ketika aku berlalu melambaikan tangan jiwaku
ke arahnya yang segera tertutup ditelan kabut biru
aku terhisap ke dua ratus tahun lalu
melagukan persembahan bagi para dewa
dari tengah dan timur eropa
yang menjaga kecantikanmu
dari waktu ke waktu
Saturday, August 28, 2010
dari separagraf puisi*
di sepanjang sungai kau alirkan yang sudah lama terbengkalai
dan kami tunggu dengan dada berderu, meraup segar
datangnya, bergayung-gayung peristiwa sesudahnya untuk
menyirami hampar harap yang kering ini. hanya beberapa yang
bisa diceritakan dari perjalanan panjang dan keelokan waktu yang
mewakili pesan-pesanmu. tak maulah kita menua oleh angka tetapi
bertambahlah yang selalu kau sebut sebagai bijaksana. terbentang
rentang jarak kita tapi kepul harum kopi dan hangat
percakapan malam tetap membara di dalam dada. lagu bisa saja
berseberang nada tapi dendang yang mengambang sepanjang
tembang yang kita kenang akan mempertemukan kita pada
suatu peristiwa dulu sekarang esok atau lusa.
*menjawab puisi si hujan utara di bunga matahari
Wednesday, August 25, 2010
suara yang membeku
memakai selendang panjang
menjuntai merah semerah bibir tropis yang baru rekah
perempuan bermata kelereng, bertelinga strawberry
mencuat keluar dari dalam kotak musik
menari-nari di atas nada-nada dalam kepalaku
mencari-cari alamat tempat yang akan kutuju
mencatat kereta melodi mana yang harus dipilih
menyiapkan pakaian untuk cuaca tak terduga
mungkin aku harus menyelam ke dasar sungai
atau mengunci seribu pintu
sebelum mati lampu
karena hujan deras mengaburkan segala sesuatu
dan aku mengapung di ruang tunggu
seperti suara yang membeku
dalam salju
Spam Maps
Tidak pernah terlalu malam jika kau kelayapan di alam cyber! Kita tidak mengenal tidur!
Lalu ia pergi menuju pintu Mozzila Firefox-nya.
Please wait.
Itu pesan di layar monitornya.
Ketika menunggu ia hanyut dalam
keramaian dari hal-hal yang bersliweran di kepalanya sendiri.
Problem loading page.
Sambil menekan tombol reload current page
ia membayangkan generasi baru yang lahir di atas ranjang
yang dibaringkan sejajar dengan blackberry mommy and daddy
juga kadang bersebelahan dengan laptop mereka yang dipenuhi
foto aneka pose si bayi yang ditransfer dari kamera digital
milik either mom or dad.
Maka baterai habis dan listrik mati = bencana.
The connection was interrupted while the page was loading.
Adalah dunia maya yang tak berhenti menggoda, oleh karenanya
menggemaskan tiada tara jika jalan menuju kesana begitu
lambat, akses buruk, sehingga ia seperti tersesat di tempat duduknya sendiri.
Your conversation has been moved to the trash.
Percakapan yang mana? Ia hanya mencoba mengetuk pintu Mozilla
dan jendela-jendela yang ia buka, mencari percakapan
yang ditawarkan. Percakapan yang maya, percakapan yang nyata,
percakapan yang cyber.
Server not found. Try again.
Jelas mencandu. Ia tak berhenti menginginkan.
Ia tak berhenti membutuhkan.
Lagi, lagi, lagi.
Segera setelah pintu dan jendela-jendela dibuka, ia lupa pada
tubuh fisiknya. Ia menjelma jiwa utuh menjadi apa saja
menerobos matriks kesana kemari kemana ia ingini.
Welcome to the kingdom of Google.
Betapa menyenangkannya memiliki pilihan.
Betapa menyenangkannya menjadi gurita maya.
Jari-jarinya menjelajah rakus, mencari yang tak ketemu,
menemukan yang tak dicari.
Ia melihat, membaca, membayangkan, meresapi,
menjalin hubungan, menjadi bagian jejaring,
memultiply diri, menjelma cyber surfer, mencatat,
menyampah, menyiksa waktu sampai tak terkendali.
The connection was reset.
Modem sialan.
Ia belum selesai.
Saturday, August 21, 2010
emas musim panas
di antara hamparan gandum di desa kecil altenburg yang sepi
aku bertemu satu tiang batu dengan salib terpancang di atasnya
matahari waktu itu berwarna emas
berkilauan cahayanya di ujung kepala yesus yang tertunduk
ke bawah, ke arahku yang mendongak sedikit menganga
aku tak berdoa
aku tak sedih atau bahagia
tetapi senja itu istimewa
karena malam begitu muda
sedang perasaanku sangat purba
dan tak punya kata-kata
untuk menggambarkannya
aku mengenangnya
ketika gerimis mengetuk jendela kamarku
pada suatu sore di jogja
waktu matahari mengintip
dari sudut langit yang mulai
menangis
seberapa dalam cintamu
du du du du
perempuan bermata garpu
menuju ke empat lelaki terikat di bangku
di balik ingatanku
ambil mereka
itu mereka
take that
take that
matanya membelalak dan garpu tahu-tahu
sudah di leherku, tepat di bawah amandel kananku
"I want them back for good"
oh, kupikir ia akan bertanya
kepada para pria
seberapa dalam cinta mereka
oke,
ambil semua itu
aku meringis
menunggu diselamatkan bee gees
dan keempat pria itu berlagu
ke arah perempuan garpu itu
aku percaya padamu
kamu tahu pintu ke jantung jiwaku
kamulah cahaya di kekelaman, kedalaman waktuku
kau penyelamat saat ku jatuh
ohh
take that !
take that !
perempuan bermata garpu
menuju ke empat lelaki terikat di bangku
di balik ingatanku
ambil mereka
itu mereka
take that
take that
matanya membelalak dan garpu tahu-tahu
sudah di leherku, tepat di bawah amandel kananku
"I want them back for good"
oh, kupikir ia akan bertanya
kepada para pria
seberapa dalam cinta mereka
oke,
ambil semua itu
aku meringis
menunggu diselamatkan bee gees
dan keempat pria itu berlagu
ke arah perempuan garpu itu
aku percaya padamu
kamu tahu pintu ke jantung jiwaku
kamulah cahaya di kekelaman, kedalaman waktuku
kau penyelamat saat ku jatuh
ohh
take that !
take that !
legal alien
tiga jam di ruang tunggu klinik gigi menemani sepupu
yang menahan nyeri. hey ada mbak-mbak berbaju seksi
pakai sandal hak tinggi dan aww kawat giginya juga ikut aksi
ketika dilayani mas-mas perawat
yang cara jalannya melambai-lambai asoy sekali
sesudah menunggu sampai hampir jadi batu baru tersadar
adanya urgensi untuk punya blackberry yang may keep you
busy di momen seperti ini agar bisa update status fesbuk
dengan kalimat-kalimat yang cheesy seperti
aih senangnya punya blackberry! atau, uh bete deh, antrenya
luama banget neh ;/
lalu menunggu respon-respon yang bitchy sambil
(s)talking kesana kemari
ada elizabeth di televisi ditanyai tentang centhini.
bicara seks membuat perut keroncongan atau mungkin
malam masa ramadhan memang dipenuhi
udara aneka appetizer meski kau sedang mengantre dokter
kesehatan itu mahal dan yang mahal itu belum tentu sehat
semakin lama di ruang tunggu rasanya semakin dungu.
bacaan-bacaan yang berserakan hanya berisi hal-hal menakutkan
semacam ribuan alasan menuju kematian apabila tak menjaga kesehatan
kembali saja ke televisi tapi oh,
remote telah dikuasai dua wanita paruh baya yang memaksa
semua mata menonton tvri
(tayangannya? bayangin aja sendiri)
olrite. that's it.
sepupu keluar dari ruang periksa
wajahnya datar tanpa seringai
atau tawa
dijahit rupanya
sakit?
sedikit
makan di mana kita?
--bayangan ancaman kesehatan dan kaitannya dengan kematian--
tengah malam begini susah cari warung buka
cari yang 24 jam saja *berpikir tidak terlalu keras*
mmm.....junk food?
ayolah
mcdonald's, kepadamu kudedikasikan malamku
sebagai bagian absurditas kehidupan
yang penuh ancaman (dan permakluman)
Thursday, August 19, 2010
36°C
mariahilferstraße siang-siang
dua lelaki bermain gitar
di tepi trotoar
meraung-raung
please forgive me
I know not what I do
semakin panas
matahari mencintai celcius
meninggikan derajatnya
aku meleleh
menjelma air minum
mengalir dari wina kemana-mana
waktu malam
aku demam
mengigau seperti bahasa jerman
atau mungkin cuma lirik jamaram
(atau bryan adams?)
yeah, believe me
I don't know what to do
please forgive me
I can't stop
.... you
epea pteorenta*
aku suka berdiri lama di depan cermin ketika usia belasan
dan masih suka melakukannya sampai sekarang
sambil mengukur jarak antara aku dan cermin
serta apa saja yang terbentang di sela-selanya
aku duduk di depan kantor pemadam kebakaran yang tutup
pada suatu pagi di bulan desember di philadelphia tahun 2004
dan tak ingat lagi seperti apa rasanya kecuali
berpose pada foto yang masih kutatap sesekali
aku meracau di sela-sela jam kantor selama beberapa tahun
dan menghasilkan baris-baris rangkaian kata tercetak
pada majalah a, b, dan c yang tak pernah
teman-teman kantorku membacanya
aku bertengkar dengan pacarku yang jauh dan melampiaskan
kemarahanku dengan tidak melakukan apa-apa
aku mendengarkan the Beatles tanpa rasa bosan
sekaligus jatuh cinta pada anos dourados sambil membayangkan
seperti apa tom jobim di masa mudanya
dan seandainya aku si gadis dari ipanema itu
aku masih belum selesai membaca a short history
of tractors in ukrainian yang kubeli
2 tahun yang lalu dan merasa baik-baik saja
aku kembali kepada puisi untuk bertanya apa itu sepi
bagaimana mengisinya dan apa sajakah yang sudah kita
lakukan untuk memperingatinya, persis seperti tanggal 17
agustus ketika orang-orang bicara tentang merdeka
dengan bibir penuh busa korupsi
aku terinspirasi membuat tulisan ini
setelah mengunjungi multiply kawanku yang mungkin
sudah ditinggalkannya lama sekali
*winged words alias kata bersayap
Tuesday, August 17, 2010
Ostarrîchi
nyamuk sebesar helikopter mini
dan odes schloss berdiri sendiri
di tepi sungai hijau tua
menikmati musim panasnya
langit-langit kamarku
dipenuhi peri kecil berperut buncit
membawa terompet atau sesuatu
seperti gulungan perkamen
berpadu dengan ornamen
zaman baroque
kemewahan yang menakutkan
bergelimpang dalam kesunyian
aku lebih suka duduk di bangku kayu
menghirup bau lavender ungu
sambil memandang turis-turis
melewati patung-patung di gerbang masuk
sampai matahari terbenam
menjelang pukul sepuluh malam
sebelum lonceng berdentang
kubayangkan kau datang
terbang dari menara gereja
membawa sisa cahaya
ke tengah-tengah padang
agar aku menjadi bayang-bayang
di gulungan jerami
meminjam waktu abadi
sendiri
No Subject
: DeeDee
kadang-kadang kepalanya tersusun atas kepingan dongeng acak
dari legenda bulan dan raksasa
sampai kisah lidah ular
yang terbelah dua
sejujur-jujurnya ia menggarisbawahi setiap
ujarannya dengan usaha keras agar
tak ada selipan sendu atau lilitan
kemurungan yang kemudian selalu
menjadi nada dasarnya
ke dalam malam ia suka melemparkan
sisa harinya dari sekeranjang penuh kalimat
berharap gelap akan menghapusnya sehingga
sebagian kepalanya menjadi kosong
cukup untuk sebuah ruang istirahat
yang lengang dihembus angin lupa
sepoi-sepoi
kepada pagi ia terbiasa berdoa
seperti yang diajarkan oleh ibunya
dengan kepasrahan sedalam lautan
yang sering membuatnya ketakutan
kalau-kalau ia hanyut dan tenggelam
tanpa sempat diselamatkan
kadang-kadang jika pikirannya teramat pendiam
gambar-gambar menjadi samar
hingga ia mengira dirinya mulai moksa
dan kehilangan kata-kata
kadang-kadang kepalanya tersusun atas kepingan dongeng acak
dari legenda bulan dan raksasa
sampai kisah lidah ular
yang terbelah dua
sejujur-jujurnya ia menggarisbawahi setiap
ujarannya dengan usaha keras agar
tak ada selipan sendu atau lilitan
kemurungan yang kemudian selalu
menjadi nada dasarnya
ke dalam malam ia suka melemparkan
sisa harinya dari sekeranjang penuh kalimat
berharap gelap akan menghapusnya sehingga
sebagian kepalanya menjadi kosong
cukup untuk sebuah ruang istirahat
yang lengang dihembus angin lupa
sepoi-sepoi
kepada pagi ia terbiasa berdoa
seperti yang diajarkan oleh ibunya
dengan kepasrahan sedalam lautan
yang sering membuatnya ketakutan
kalau-kalau ia hanyut dan tenggelam
tanpa sempat diselamatkan
kadang-kadang jika pikirannya teramat pendiam
gambar-gambar menjadi samar
hingga ia mengira dirinya mulai moksa
dan kehilangan kata-kata
Thursday, August 12, 2010
j.e.d.a.
Subscribe to:
Posts (Atom)