Monday, September 28, 2009
dari buku catatan
: h
menatap keluar jendela melihat telaga
memerah senja
ketika seseorang
mendayung pelan sampannya
sendiri
seperti meditasi
ditemani burung-burung putih
beterbangan di atasnya
mengepak sayap kokoh
memantul pada bayang-bayang air
sedang suara piano dari rumah besar
bertirai biru itu
melembutkan jiwa
maka lelaki yang sangat mencintai istrinya,
yang adalah kekasihnya,
yang juga sahabat karibnya
mulai membacakan buku catatannya
sebuah kisah asmara
yang tak pernah padam nyalanya
yang tak pernah bisa dikalahkan usia
yang selalu menggetarkan siapa saja
yang mengalaminya
mungkin suara piano
atau warna merah senja
atau ketenangan seseorang disampannya
atau cerita yang dibacanya
membuat mata berkaca
dan dada berdebar haru
karenanya
Monday, September 14, 2009
Menyepuh Kelu
Bibirku ratusan burung,
Bercuit-cuit dihantar sore pulang ke carang pepohonan.
Kau menghadap monitor, seperti patung bersinar
Jarimu mengetik tuts-tuts, bagai orgen gereja.
Aku merajuk, melengos,
Membayangkan berteriak di rongga dadamu, bergema suaraku.
Kita telah melewati beberapa jembatan di bawah purnama,
Kadangkala aku ingin terjun saja ke sungai dibawahnya.
Menjadi ikan tak punya suara,
Meski mulut megap-megap menutup membuka.
Oktober bulan Maria, aku ingin berdoa kepada dia,
Biar dilapangkan dada menyimpan segala sesuatu rapi disana.
Ketika memejam mata wajahmu seperti bayang-bayang kabur,
Luruh pelan-pelan seperti daun jatuh di musim gugur.
Pada hari kau terbuka, aku menjadi angin bertiup lengang,
Maka bernapas lega rumah badai kita reda.
Memaafkanmu. Memahamimu.
Menyeberang jembatan ke musim berikutnya.
Dan kaki harap kita melangkah tanpa ragu,
Karena jejak lalu akan terkubur salju.
Thursday, September 10, 2009
hurts
waktu tenaga hati pikiran perhatian
tanpa diminta
tiada terkira
dan setelah semuanya
ia bicara tentang keikhlasan
hah?
hanya karena
wajahmu begitu kusut
(ia tak sempat tahu-dan apa ia pernah peduli-
sepusing apa isi kepalamu saat itu
karena yang ia tahu dan peduli ialah dirinya sendiri
dan kesempurnaan yang selalu ia harap darimu)
ditikamnya kau atas sesuatu
dari sudut pandang egoisnya tentangmu
yang sama sekali
salah !!!
ia harus bertukar tempat untuk melayani
agar mengerti
kebaikannya dinilai seujung kuku jari
dan tersakiti
betapa luka
betapa kecewa
betapa murka
betapa terhina
rasanya
Aku Suka Waktu-waktuku Sendiri
aku suka waktu-waktuku sendiri
dan kepalaku bernyanyi
dan tanganku menuliskan puisi
dan anganku terbang kesana kemari
dan imaji seperti jazz di pagi hari
aku suka waktu-waktuku sendiri
ketika senja asik memoles dirinya
ketika kamu baru saja membisikkan: i love u
ketika rindu menemukan rumah pulangnya
ketika kata-kataku duduk di bangku taman pikiran
bersanding tanpa beban
lalu kuabadikan dalam ingatan
Tuesday, September 8, 2009
An intermezzo: You are what you read!
Books-books-books... you are what you read!
Using only books you have read, answer these questions.
Try not to repeat a book title.
Describe yourself :
Alice's Adventure in Wonderland (Lewis Carroll)
How do you feel :
Einstein's Dreams (Alan Lightman)
Describe where you currently live :
Mangir (Pramoedya Ananta Toer)
If you could go anywhere, where would it be :
Life is elsewhere (Milan Kundera)
Your favorite pastime :
The Orange Girl (Jostein Gaarder)
Your favorite form of transportation :
Black Beauty (Anna Sewell)
Your best friend is :
Mother (Maxim Gorky)
You and your friends are :
Young Heroes (Saya Shiraishi)
What's the weather like :
Sepasang Sepatu Sendiri Dalam Hujan (M.Achmad, Inez D, Dedy TR)
You fear :
Ada Seseorang Di Kepalaku Yang Bukan Aku (Akmal Nasery Basal)
What is the best advice you have to give :
Mari Mendaki Gunung dari Leuser sampai Cartenz:
panduan bagi orang-orang berani (Hatib Abdul Kadir)
Thought for the day :
According to Mary Magdalene (Marianne Fredriksson)
The most precious thing in your life :
The Namesake (Jhumpa Lahiri)
How you would like to die :
One Hundred Years of Solitude (Gabriel García Márquez)
Your soul's present condition :
The Diaries of Adam & Eve (Mark Twain)
Monday, September 7, 2009
Piluku
terlalu banyak yang kau sembunyikan
dan kau ngeri karena kuketahui
piluku
adalah melihatmu melihat hidup
tapi itu keputusanmu
itu pilihanmu
kita bertanggungjawab
atas kebahagiaan kita sendiri
aku tak ikut campur
atau menengahi atau menambahi
ironisnya
kau malah menasehati
barangkali lebih baik memang
kita saling memandang
dan sama-sama
tak peduli
Tuesday, September 1, 2009
kamar 17
dari sana aku bisa melihat terpejam terbukanya
mata cahaya
dari sedikit saja rona
batavia
waktu itu
petir menyambar-nyambar udara
seperti ada yang mekar di dalam dada
gelegar
atau kelakar angkasa
menggetarkan kota yang sekejap tak lama
akan diguyurnya
dengan hujan yang selalu membawa rahasia
juga cerita tik tik yang fantastik
dari perjalanannya dengan kereta awan
melintasi negeri kisah
lembah kesah
lautan pasrah
sampai semua basah
: dan aku melirik tik tik itu
mengaliri jendelaku
sambil melamunkanmu
sendu
Subscribe to:
Posts (Atom)