Monday, February 15, 2010

litania semesta



ia jatuh cinta pada hijau-biru langit yang menatapnya tanpa prasangka
ia jatuh cinta pada awan-awan tembaga yang menaunginya setia
ia jatuh cinta pada bibir hujan yang membasahinya dengan ciuman
ia jatuh cinta pada ketakberbatasan yang menerbangkannya

serupa angin yang teraba menerpa, ia jatuh cinta
serupa permohonan yang terjawab meski terlambat, ia jatuh cinta

serupa air mata yang bukan duka, ia jatuh cinta
serupa cahaya yang sempurna, ia jatuh cinta


ia merasa dijalari sesuatu yang murni

ia merasa begitu menyayangi

ia menjelma senja yang bijaksana

ia mewarnai lelehan matahari di batas cakrawala
ia tak pernah ingin pergi


lalu mereka berdansa selekat pagi yang mesra
lalu mereka berjanji tak akan menyakiti

lalu mereka membentangkan gairah imaji
lalu mereka mengobati luka-luka bumi

malam memejam ketika nyanyian mereka tertidur bahagia

malam menyimpan diamnya doa-doa


malam menyiapkan jalan dengan caranya yang rahasia

1 comment:

  1. puisi2 mu seperti melihat kamu sedang berjalan menurun, lantas semua pembaca berada di belakangmu, dari jarak yang tak cukup, dan menerka, menebak, dan menafsir, hendak kemana arah langkahmu, kanan, kiri, lurus, jatuh, gontai, barat daya, atau?

    ReplyDelete