Wednesday, January 28, 2009
Mengadu
mata lelahku mengadu pada matamu
membaringkan tatap di teduh telaga itu
betapa nikmatnya berbicara
dalam hening saja
Masih Tentang Malam
Masih tentang malam yang seperti kertas karbon
tipis menembuskan jejak langkah-langkah gairah
ke halaman masa lalu yang paling bawah dan
perlahan mengabur terlupakan jauh di dasar tumpukan
ingatan.
Pada catatan kaki tercantum satu dua huruf serta
tanda bintang mengerjapkan kedipan hidup
yang tak ingin terabaikan, seperti kata bersayap
terus terbang menggetarkan ruang angan-angan.
Semakin panjang halaman malam kita mulai paham
tentang pikiran yang terkadang berlubang-lubang
dengan jerat melintang sehingga jika terperosok
ke dalamnya maka jiwamu seperti melayang
pada lintasan bernama kenangan.
Tapi kita tahu matahari tak pernah ingkar janji,
ia selalu kembali setiap pagi, memberi cahaya
bagi jiwa yang tersesat di gelap duka agar segera
melangkah keluar, menuju ke mimpi-mimpi siang
yang terang dan mencari jalan penuh keteguhan
melewati malam demi malam.
Tuesday, January 27, 2009
Sajak Untuk Mama
aku berdamai dengan matahari siang itu
membiarkan sengatnya tinggal di kulitku
yang datang ke tempat istirahmu
yang menyapa patung bisu
salah satu malaikat kecil penjagamu
yang diam setia menemanimu
biasanya aku hanya bicara
tanpa kata tanpa suara
karena kau selalu bisa mendengarnya
lewat doa yang mengudara
bersama asap lilin terbang ke angkasa
tapi siang itu aku bertanya-tanya
apakah kalian berpesta
dalam tenang yang baka
sebab aku datang untuk sebuah perayaan
bahwa bibit usia yang kau berikan
telah menyentuh angka yang bertambah tumbuh
kalau kau ada di dunia yang fana
masihkah kau mengecupku mesra
mengusap penuh sayang
dengan kasih yang tak pernah kurang
seperti ketika ku kau lahirkan?
Friday, January 23, 2009
Ingin Menjadi
aku ingin menjadi pohon
gugurkan resah di musim dingin
berselimut syahdu salju menidurkan ingin
aku ingin menjadi langit
naungi mimpi tanpa menawar
apakah siang sengit atau malam hambar
aku ingin menjadi angin
membelai duka dengan kelembutan
menyejukkan jiwa yang kepanasan
aku ingin menjadi laut
mengapungkan mimpi ingin yang hanyut
Wednesday, January 21, 2009
Tuesday, January 20, 2009
Pada Genang Gerimis
pada genang gerimis
angin membelai tipis
sendu mendung yang bergulung
menghembus haru senandung
untuk sebuah dekap
kita harus berderap
mengakrabi petir
meluruhkan dada berdesir
menyatakan cinta
tanpa kata
J a n u a r i
deru malam
raung kedatangan
di redup pendar bintang
kaki kecil menapak
panas gigilnya kenyataan
meninggalkan jejak pada tiap-tiap
lembar halaman catatan
berukir bunga, nyanyian, air mata, tawa,
kesepian, rerumput mimpi bernaung
di bawah awan angan , hujan sesekali
segarkan, suburkan, dinginkan
terik hausnya usia hati
dalam tubuh yang menanti rengkuh
sahabat hidup sampai menyepuh
langit senja
sewarna lilin doa
terus menyala
Friday, January 16, 2009
Menguar
dari halaman serigala
sampai malam-malam hampa
panasnya gambarkan aroma dupa
lolong gema dasar sumur
catatan nabi yang terkubur
di mata pasir, debu gurun yang membisu
tapak-tapak lapuk rawa jaman
kalah di keramaian, hanyut ke lautan
kelebat hangat, uap tawa nada belia
membumbung ke balik dengung daun-daun
menggesek angin
langit muram, katamu
bercampur awan putih kelabu
hujan, kataku
datang bilas gelisah tatapmu
Wednesday, January 14, 2009
Hap !
melompatlah ke balik bulan
langit lembut menjadi ranjang
bintang kasmaran
berkedip, berkelana
angin adalah musik
penanda musim di belah celah bumi
angkasa yang kalian tinggali
jiwa adalah remaja
cahayai malam
jagai siang
dengar,
dari balik bulan
dapatkah kau pendar
itu yang namanya kebahagiaan?
Tuesday, January 13, 2009
Di Stasiun
menyembul dari dalam mendung,
dingin pagi. peluk lebih erat sepanjang
mangkubumi. diamku semakin murung.
hari masih polos, baru mulai melenggang.
tiga malam sayang, sesudah itu aku kembali,
tangannya bicara lewat usapan tanpa suara
maka telusur waktuku menjadi sendiri
menatapnya melaju dengan kereta.
jauh di dalam sini, ada yang diam-diam menarik
selimut percaya. membungkus gelora berhibernasi
melewati detik hujan dan terik
sampai dia datang lalu membangunkannya lagi.
*foto oleh Rizky Amalia
Monday, January 12, 2009
Bejana di Tanganmu
di tanganmu aku menjelma bejana muda
yang basah dan lembut oleh sentuhan
jemarimu begitu sabar membentuk setiap
lekuk jiwaku yang kau putar dalam irama
penuh cinta tanpa berharap apa-apa
di tanganmu aku bertanya seperti apa
kasih setia kau tumpahkan padaku
yang perlahan-lahan menjadi kuat
kokoh dan begitu ingin mengasihimu
membalas anugerah tanganmu
Thursday, January 8, 2009
Akhirnya
Begitu damai, langit pasrah itu mengharu basah,
dedaun lega rimba dadamu seperti menangis
oleh belai lembut gerimis.
Begitu tenang, sesudah sambaran petir mereda
dan bunga mimpimu mekar lega
di dahan kokoh pepohon doa.
Subscribe to:
Posts (Atom)