Wednesday, June 4, 2014
tubuhnya menjelang malam
tubuhnya menjelang malam
kala gemerlap semesta berkilauan
dari kepala sampai tapak perjalanan
"kukembalikan sayapmu yang dulu kami curi"
suara kepak peri berdengung di helai-helai rambut mimpi
di kegelapan ini ada benih yang tertanam dan tumbuh perlahan
seperti buah kebahagiaan yang terpupuk dari air mata kesabaran
ia memejamkan kenangan
merasa punggungnya gemetaran
dan kakinya terangkat ringan
ia terbang
merayakan keheningan
menyisakan remah-remah bintang pesan
berguguran sampai pagi datang
karena
dari balik tirai matahari
kuhirup aroma tropismu yang jauh
hangat dan kurindui
diputaran bumi yang kesekian kali
tak pernah gagal kau buka pintu ingatan
tentang segala kita punya yang menyenangkan
sampai musim semi ini pergi
dan abu-abu menyelimutiku lagi
dan pintu ingatanku tertutup jarak pelangi kau tetap akan kembali
karena padamulah kutitipkan kunci
Tuesday, May 6, 2014
ah,
di ujung kibasan rambut langit kudengar icarus seperti menjerit
angkasa rasa yang perkasa melelehkan sayap-sayapnya
gema kembaranya berguguran menyeberangi musim-musim mimpi
"hatiku bersemi di putik bunga-bunga kuning di tepi kali",
katamu sembari melipat kenangan, menjadikannya perahu kertas,
membiarkannya berlayar di antara keping es tipis sisa dingin air mata malam tadi
dari atas, matahari mengedipkan sinarnya dari sela-sela awan
yang berkejaran mengeja waktu dalam warna abu-abu
sesuatu mengetuk dadaku tepat ketika sehelai melodi
jatuh ke pangkuanku
ah, masa lalu
Saturday, March 15, 2014
jantung malam
pada jaman elektrik ini
aku terbiasa tenggelam
di lautan bayang-bayang
tiang kaki matahari yang menelan jarak dulu dan nanti
mungkin terlalu sering aku tersesat
di lalu lintas padat
gelombang warna
dari matamu yang rahasia
memabukkan makna
karena setiap debar gumam
di jantung malam
aku terjaga oleh semu geletar
menjalar dari paras tidurmu yang berpendar
waktu itu
waktu itu ketika matahari pergi
kau mengajakku membuat janji
yang kita tiupkan pada lilin-lilin musim semi
dan membisikkannya pada batu-batu peri
aku merindukan keasinganmu
aroma dongengmu yang membiusku
pada lantai langit biru
negeri yang namanya berlarian di bibirku
waktu itu ketika kuda-kuda laju berderap
jiwaku jatuh lalu merayap
ke dasar tanpa terap
dan kau juga mengendap
dari lorong pelangi
menculik gigil-gigil mimpi
perempuan pagi dan lelaki malam tadi
lalu tiba perempuan pagi
menyeret pergi
lelaki malam tadi
lelaki malam tadi
aku tahu akan melihatmu lagi
esok atau nanti
kulipat baik-baik ceritaku
menyimpannya dalam laci bisu
kamar kenanganku
Subscribe to:
Posts (Atom)