Friday, September 16, 2011

Pentas Satir Aemilia



Kau yang telah membaca Hortensius karya Cicero,
matamu belum dicongkel keluar dan masih bisa
melihat salju jatuh ke istana istana kekaisaran.

Plaudite!
walaupun kau membuatku mual,
aku harus menerima bahwa keadilan hanya ada
diantara orang orang yang sederajat.
Oleum et operam perdidi. Oh Plautus,
aku telah menumpahkan minyak dan usahaku.

Hatiku menderita rasa sakit yang sama saat suatu malam
kau datang bawa jiwa tercabik berdarah yang tak mampu
lagi bertahan dalam dirimu. Sayang, kedamaian yang jiwamu cari
tak berada dalam buku buku atau jalinan syair tentang keabadian.

Seperti Icarus, kau terbang naik dengan cepat lalu
terjatuh dengan sayap sayap terbakar matahari.
Furor poeticus, kau barangkali telah tersesat
dalam ratapanmu sendiri.

Inilah dunia, Aurel!
Begitu sedikit pengetahuan yang kita tahu tentangnya
sementara hidup ini begitu singkat.
Apabila tragedi telah berakhir,
yang tersisa hanyalah drama satir.

si tacuisses, philosophus mansisses

Demikianlah,
di bawah pohon ara ini
kumaklumi
bahwa kau pasti
benar benar lelah


January, 2007

3 comments:

  1. sajak ini betul - betul hebat, tajam namun penuh misteri.
    Kalau saya boleh tau, inti cerita dalam sajak ini tentang apa yaa ?

    ReplyDelete
  2. halo dodoo,
    makasih banyak atas komentarmu.

    sajak ini terinspirasi & kupuisikan/kuambil dari novel Vita Brevis karya Jostein Gaarder.

    Vita Brevis (terjemahannya kira2: hidup ini singkat,) adalah sebuah surat pribadi Floria, kekasih Aurel alias St. Agustinus dari Hippo, pujangga Gereja sekaligus pemikir Abad Pertengahan yang paling berpengaruh.

    salam,

    ReplyDelete
  3. ah, pantas saja saya begitu asing dengan beberapa tokoh dalam sajak ini, wahai ! :D

    betul - betul memikat sajak ini !
    hebat

    ReplyDelete