Monday, November 30, 2009
gegas-gegas
begitu terbiasa
melihat bayang-bayang melintas
dibalik kaca
gesit. mungkin gelisah.
seperti pernah berbagi
tentang kesabaran
diatas kendaraan melaju cepat
diiringi rintik hujan rapat-rapat
kesal. tapi selalu rindu rasanya.
seperti selalu punya janji
dengan sekotak benda mati
monitor sendiri
dan helai huruf yang bicara
dengan sayap-sayap magisnya,
buku tentu saja
resah
resah
ingin cepat berlalu
tapi juga berhenti
ingin pulang kepada kemarin
tapi juga menyuruhnya pergi
begitu terbiasa
mata menangkap gegas-gegas diluar sana
lalu mengabadikannya
dalam kata-kata
: hari ini tak ada yang melintas cepat
ataukah semua sudah lewat?
Oh Please, Miss Pura-pura.
panas?
tentu saja
bara itu memang sudah ada di tingkap-tingkap kata
tapi kita tak punya kuasa melawan semesta
jadi tak perlu memandang cemburu
sebab ada yang rindang dan juga gersang
dari catatan sepi sayang sekali hanya yang tak bahagia
yang selalu itu itu juga kau pandang dengan belalak mata
sisanya kau sembunyikan di balik keluhan
yang sama sekali tak butuh jawaban
mungkin kau harus diingatkan
siapa pun punya kisah sedih untuk diceritakan
maka tak perlulah terlalu berlebihan
lihat lagi ke dalam cermin
coba, wajah siapa yang terus saja
merasa diingkari di seberang sana
Tuesday, November 24, 2009
dari ruang sebelah yang juga duduk berlama-lama mendengarkan orang bicara
ia kembali ke kursi menghadapi komputernya.
dari segelas sore seperti ini biasanya ia
mendapat tegukan ide untuk menanak sajak.
tapi ide tak bisa dipaksa datang tiba-tiba,
maka gatal tangannya mengklik search di sana-sini
menggali-gali dari tumpukan arsip maya miliknya,
milik teman-temannya juga dan ia mulai tertawa-tawa
geli sekaligus kagum pada aksara yang pernah
ia rangkaikan sendiri. lalu seperti magnet yang akan mudah
lengket pada tulisan-tulisan yang bitchy, mulailah matanya
bergerak ke kanan ke kiri asik membaca huruf-huruf magis
yang menggelitik jiwa rasa ingatannya dari yang
paling tawa sampai yang paling tangis sepuas-puasnya.
ah makna. di jeda kosong sesudah kata-kata
ia memejamkan matanya membersihkan jalan lengang
menuju rumah puisinya.
"pulang yuk"
dibuka matanya dengan terpaksa
rupanya gelas sore itu tak berisi apa-apa
sedang komputer di depannya masih saja
berkedip-kedip menyala hampa
Tuesday, November 17, 2009
upside down
inspirasi.
seperti telinga yang mengejar bunyi
jatuh terlena kemana rasa membawanya pergi
apa saja bisa berhembus
seperti angin
seperti air mengalir
apa saja
"tapi kau harus terus berputar,
jika berhenti tubuhmu kan terlilit
kawat-kawat berduri"
so what?
aku sudah tertikam,
luka dan menyepuh diri
mau apa lagi
kesedihan adalah guru dan jejak luka itu harta
yang kusimpan di kamar masa
kadang kakiku bulu
kadang mereka batu
fantasi.
disitu tempatku sembunyi
semua warna sudah kupakai
untuk menggambarkannya
tinggal kau menemukannya
watching you watch over me
dan tembok coklat
di belakangku
menderai tawa
oleh gumamanku
yang sering tercekat
oleh para silly copycat
yang suatu hari akan tergelincir
oleh lidah-lidah sombongnya memuntir
seperti kincir
sedang cerita hidup terus bergulir
Thursday, November 12, 2009
ora pro nobis
sesudah pesta pora baca
menulis sesuatu yang membuat gurat dahi bertambah satu
merenungi imagined community dan tersesat
di istilah-istilah yang terlalu seksi sampai ngeri
deadline terjemahan. oh dewa.
demi penerbangan ke hawa dingin tanah moyang
aku perempuan biasa
yang merindui kamar tidurnya semasa sma
mengunjungi makam sepi
atau mater boni consilii
dan asik berbisik pada cahaya lilin sore hari
sedang terkenang
dulu mereka datang seperti kereta plastik
melaju tanpa jemu di rel kecil
dalam ruang tengah kanak-kanak kita
di hadapan mata-mata belia yang membelalak
tak bosan-bosannya
sampai baterai soak
dan suara tangis meretakkan telinga
kata-kata benar-benar sedang berwisata
meninggalkan kita dalam warna-warna tua
sembari disuapi komedi sedih
tentang negeri yang tergerogoti dirinya sendiri
kita tak bisa menembus cermin masa terbaik kita
dan berdiam terus disana
sayang sekali
sayang sekali
Wednesday, November 11, 2009
seekor burung dan pepohonan
kita sudah selesai
tak perlu berbicara tentang
yang tak lagi berguna
kau seekor burung
kami pepohonan
kadangkala angin adalah si baik
membuai kita senang untuk terus bersama
kadangkala hujan adalah pembawa pesan
bahwa kita memang tak bisa basah beriringan
daun-daun kami melakukan yang terbaik
menampung matahari
menghijau diri
memberi gizi pada bunga-bunga cantik
hinggal lahir buah-buah kecil manis
kami bersyukur kami diberi kekuatan
untuk melepaskan
untuk memaafkan
kau boleh saja singgah disini
selalu kami terima dengan senang hati
sedang lagu-lagu sesalmu
kami titipkan pada ranting-ranting kering
yang melapuk tua dan berguguran
agar yang kita kenang
adalah segala yang menyenangkan
dan pemandangan yang menenangkan
Tuesday, November 10, 2009
tak lelap harap
kita memandang segala terbentang
juga memajang bahagia yang kita bawa
untuk kita gantung di dinding rumah jiwa
membuatnya menjadi abadi di sana
di rumahnya yang sederhana
terlalu banyak air mata yang jatuh
dari rebusan sendu mendidih
di waktu-waktu angin sembilu
mengapikan perih semua yang lalu
dan dengan kuasa pasrah
kita tak bisa meminta enyah
jadi biar sajalah
karena akan terbenam juga
bersama senja lupa
: aku cuma ingin menggandeng tanganmu
terus melenggang di jalan raya kehidupan itu
Subscribe to:
Posts (Atom)