skip to main |
skip to sidebar

: sigur ros
aku meringkuk nyaman
dibungkus kabut jantan
kau yang menganginkan
ke ruang harta perasaan
memperdengarkan lolong batu
dan rerumputan
menerjemahkan diam
sayat-sayat air
di permukaan malam
cahaya menyingkir
menyublim temaram
saat lampu-lampu padam
semua kendur
aku tertidur
rahasia ditulis di langit, kesakau yang di sana terlalu sering aku tersesat dalam peristiwajuga jutaan tanda seperti buta meski mata menyalauntung mandolinmu di telinga gemetaran suaranyaselalu mengingatkan kita tentang jeda diantaranyasambil melaju menerjang malam aku mengenang air mata yang terbenamdi kuburan semoga kau terima pesan yang kutitipkanpada mereka yang melakukan perjalanan
karena tak adayang lebih sedihselainkehilangan dirimu sendiridalam cinta
*terjemahan bebas dari potongan liriknya John Prine: Killing The Blues,
dinyanyikan Robert Plant & Alison Krauss*
seperti surga yang tidur mengerami hening menyebar dingin merasuk ke pembuluh darahmu yang mengalir lambat sampai kau membeku menjadi bagian kota-kota itu
lelaki layar bioskop itu mencium tanpa permisi.ia yakin tubuhnya sedang bukan miliknya sendiri. siapa tadi yang menyalakan lampu dan melipat kursi-kursi. kepalanya sepertidiinjak-injak semut-semut bersepatu jinjit. monolog di telepon berjam-jam. suara di telinganya magis sekali tersusun dari notasi gemuruh ombak laut menggulung rasa takut dan memuntahkannya di pantai tak henti-henti. emas dibibir pagi, sinarnya memendar, mencuri pandang pada malam yang pergi. mengintip sisa gairah gothicnya dalam lelehan cat hitam di dinding karang dalam kamar mandi.perlahan-lahan, api di matanya padam. ia terbang,tinggi sekali.
"Rindu itu padang rumput hijau yang menumbuhkan
bunga-bunga mimpi", ujarmu dulu saat kita memandang
pesawat bersliweran di langit kota ini.
Ya, tapi sering angin berhembus kencang sekali
sampai kelopak bungaku lepas berguguran
mengigil kesepian.
Kau tersenyum sangat manis dalam foto
diantara taburan surat-suratmu di atas mejaku.