Friday, October 29, 2010
hatimu rumah turf
: sigur ros
aku meringkuk nyaman
dibungkus kabut jantan
kau yang menganginkan
ke ruang harta perasaan
memperdengarkan lolong batu
dan rerumputan
menerjemahkan diam
sayat-sayat air
di permukaan malam
cahaya menyingkir
menyublim temaram
saat lampu-lampu padam
semua kendur
aku tertidur
Wednesday, October 20, 2010
kiriman
rahasia ditulis di langit, kesa
kau yang di sana
terlalu sering aku tersesat dalam peristiwa
juga jutaan tanda
seperti buta meski mata menyala
untung mandolinmu di telinga
gemetaran suaranya
selalu mengingatkan kita
tentang jeda diantaranya
sambil melaju menerjang malam
aku mengenang air mata yang terbenam
di kuburan
semoga kau terima pesan yang kutitipkan
pada mereka yang melakukan perjalanan
Monday, October 18, 2010
... memantul di atas awan putih, membunuh sendu
karena tak ada
yang lebih sedih
selain
kehilangan dirimu sendiri
dalam cinta
*terjemahan bebas dari potongan liriknya John Prine: Killing The Blues,
dinyanyikan Robert Plant & Alison Krauss*
Saturday, October 9, 2010
kota-kota diam
seperti surga yang tidur
mengerami hening
menyebar dingin
merasuk ke pembuluh
darahmu yang
mengalir lambat
sampai kau
membeku
menjadi bagian
kota-kota itu
Wednesday, October 6, 2010
pakai sayap patah ini dan belajarlah terbang
lelaki layar bioskop itu mencium tanpa permisi.
ia yakin tubuhnya sedang bukan miliknya sendiri. siapa tadi yang
menyalakan lampu dan melipat kursi-kursi. kepalanya seperti
diinjak-injak semut-semut bersepatu jinjit.
monolog di telepon berjam-jam. suara di telinganya magis sekali
tersusun dari notasi gemuruh ombak laut
menggulung rasa takut dan memuntahkannya di pantai tak henti-henti.
emas dibibir pagi, sinarnya memendar, mencuri pandang pada malam
yang pergi. mengintip sisa gairah gothicnya dalam lelehan cat hitam
di dinding karang dalam kamar mandi.
perlahan-lahan, api di matanya padam.
ia terbang,
tinggi sekali.
Sunday, October 3, 2010
menunggu
"Rindu itu padang rumput hijau yang menumbuhkan
bunga-bunga mimpi", ujarmu dulu saat kita memandang
pesawat bersliweran di langit kota ini.
Ya, tapi sering angin berhembus kencang sekali
sampai kelopak bungaku lepas berguguran
mengigil kesepian.
Kau tersenyum sangat manis dalam foto
diantara taburan surat-suratmu di atas mejaku.
Subscribe to:
Posts (Atom)