Thursday, August 27, 2009
Pulang*
: ako
kau memutuskannya
setelah lama berjalan
lalu kembali pulang
di tanah rantau kau berkeluh
semua encok dan rematikmu kambuh
tapi di tanahmu
semua laramu sembuh
berdiri di podium
berpidato pada teman-teman lamamu
meski sebagian dari mereka
telah tiada
kau pulang
walau yang kau bayar
sangatlah mahal
kau pulang
biar kulihat tawa riang
terbentang di wajahmu senang
*karya HAK dengan sedikit revisi irama dariku
Saturday, August 22, 2009
Pesan
Thursday, August 20, 2009
. . . . .
bayangkanlah sebuah dinding putih memanjang
perlahan-lahan menguning lalu muncul sulur-suluran
beraneka hijau rekah kecoklatan
menggeliat dibelai angin yang datang
dari kejauhan
lalu kau berjalan disampingnya
mendengar suara-suara yang hanya
alam berkuasa membuatnya
desir,
dadamu seperti dialiri jam pasir
sampai terhenti di kolam jantung yang
menelannya dalam detak tertahan
(telapak kakimu meraba tanah berkerikil
berteriak, "berangkatlah,
berangkatlah tuan!")
kau tinggalkan jantungmu
beserta waktu yang tak lagi memburu
ini bukan kiamat
ini seperti ibadat
kau berjalan terus
memanjakan jiwa menembus lega
segala tenang yang didambanya
sampai sunyi membangunkanmu
di atas ranjang dalam kotak cermin
bening yang tak lebih sebuah ruang diri
bunyi yang kau pilih untuk pulang kepada nyata
adalah sebuah nama
dia yang berjaga diluar kelopak matamu
ketika akhirnya kau buka
(jantungmu pulang, ditempatnya semula ia berdetak
berseru "peluk tuan, peluk dia dan jangan lepaskan!")
Wednesday, August 19, 2009
Kanak-kanak Berjubah Surga
maka kuturunkan bulan
lalu memandang ke kegelapan
dan menemukan pasukan
yang berkedip pelan-pelan
di kejauhan
mereka
kanak-kanak
berjubah
surga
maka kuundang semuanya
bertandang ke kebun malam
dan merapikan bunga-bunga mimpi
yang ikut terbang pergi
ketika pasukan itu dijemput pagi
dengan
titipan doa
di saku
jubah-jubahnya
Tuesday, August 11, 2009
Nota Selasa
aku tak mau mimpi buruk lagi
menangis meraung dan terbangun
dalam nyawa yang berdengung
kurasa kau tahu sedalam apa takutku
karena didasarnya semua berserak namamu
aku tahu kau akan menggandeng tanganku
sepanjang jalan pulang pergi ke rumah Brahma
gulana kulebur di kaldera
dan kembali dalam segar romansa
yang kau tuangkan seterusnya
Thursday, August 6, 2009
Jiwa Bertelut
persimpangan itu gemerlap menggiurkan
sampai silau terpaku diantara kendaraan
bersilangan tarian jalan raya kehidupan
kupanggil namamu dalam doa sejumlah hujan
juga kucadangkan di setiap gumam
dan katup bibir yang diam
papan-papan penunjuk kadang menyesatkan
seringkali aku kelelahan sampai ketiduran
di bangku-bangku peristirahatan
katamu kau akan membuka pintu
kalau kami mengetuk
katamu kau menerima sesiapa
meski miskin papa
dengan itu kutak serah harap
karena kutahu kau murah hati
karena kubangunkan diri
meski lelah mengerang nyeri
dan berangkat lagi
mengambil mimpi
yang kau beri
Subscribe to:
Posts (Atom)