skip to main |
skip to sidebar
: ako
kau memutuskannya
setelah lama berjalan
lalu kembali pulang
di tanah rantau kau berkeluh
semua encok dan rematikmu kambuh
tapi di tanahmu
semua laramu sembuh
berdiri di podium
berpidato pada teman-teman lamamu
meski sebagian dari mereka
telah tiada
kau pulang
walau yang kau bayar
sangatlah mahal
kau pulang
biar kulihat tawa riang
terbentang di wajahmu senang
*karya HAK dengan sedikit revisi irama dariku
Merengguklah kami dari dahaga akan citaTertunda biarlah matangkan persetujuanDi dalam selimut malam, harap bertaburanSewaktu terang kau lihatkan mereka beterbanganMenuju cahayamuDengan segala tulusku
bayangkanlah sebuah dinding putih memanjang perlahan-lahan menguning lalu muncul sulur-suluranberaneka hijau rekah kecoklatanmenggeliat dibelai angin yang datangdari kejauhanlalu kau berjalan disampingnya mendengar suara-suara yang hanya alam berkuasa membuatnyadesir, dadamu seperti dialiri jam pasirsampai terhenti di kolam jantung yang menelannya dalam detak tertahan(telapak kakimu meraba tanah berkerikil berteriak, "berangkatlah, berangkatlah tuan!")kau tinggalkan jantungmubeserta waktu yang tak lagi memburuini bukan kiamatini seperti ibadatkau berjalan terus memanjakan jiwa menembus legasegala tenang yang didambanyasampai sunyi membangunkanmudi atas ranjang dalam kotak cerminbening yang tak lebih sebuah ruang diribunyi yang kau pilih untuk pulang kepada nyataadalah sebuah namadia yang berjaga diluar kelopak matamuketika akhirnya kau buka(jantungmu pulang, ditempatnya semula ia berdetak berseru "peluk tuan, peluk dia dan jangan lepaskan!")
maka kuturunkan bulanlalu memandang ke kegelapan dan menemukan pasukanyang berkedip pelan-pelandi kejauhanmereka kanak-kanak berjubahsurgamaka kuundang semuanyabertandang ke kebun malamdan merapikan bunga-bunga mimpiyang ikut terbang pergiketika pasukan itu dijemput pagidengantitipan doadi sakujubah-jubahnya
aku tak mau mimpi buruk lagimenangis meraung dan terbangundalam nyawa yang berdengungkurasa kau tahu sedalam apa takutkukarena didasarnya semua berserak namamuaku tahu kau akan menggandeng tanganku sepanjang jalan pulang pergi ke rumah Brahmagulana kulebur di kaldera dan kembali dalam segar romansayang kau tuangkan seterusnya
persimpangan itu gemerlap menggiurkansampai silau terpaku diantara kendaraanbersilangan tarian jalan raya kehidupankupanggil namamu dalam doa sejumlah hujanjuga kucadangkan di setiap gumamdan katup bibir yang diampapan-papan penunjuk kadang menyesatkanseringkali aku kelelahan sampai ketidurandi bangku-bangku peristirahatan katamu kau akan membuka pintukalau kami mengetukkatamu kau menerima sesiapameski miskin papadengan itu kutak serah harapkarena kutahu kau murah hatikarena kubangunkan dirimeski lelah mengerang nyeridan berangkat lagimengambil mimpiyang kau beri