Tuesday, May 12, 2015
Di bibirmu
Di bibirmu kulihat namaku kau ukir menjadi lagu
Dan matamu adalah pintu waktu
Yang mengundangku masuk tanpa perlu kuketuk.
Di bibirmu bolehkah kuletakkan segala sepiku?
Sebelum jiwaku berkelana ke dalam matamu
mencari jalan ke tempat asal nyanyianmu.
Wednesday, June 4, 2014
tubuhnya menjelang malam
tubuhnya menjelang malam
kala gemerlap semesta berkilauan
dari kepala sampai tapak perjalanan
"kukembalikan sayapmu yang dulu kami curi"
suara kepak peri berdengung di helai-helai rambut mimpi
di kegelapan ini ada benih yang tertanam dan tumbuh perlahan
seperti buah kebahagiaan yang terpupuk dari air mata kesabaran
ia memejamkan kenangan
merasa punggungnya gemetaran
dan kakinya terangkat ringan
ia terbang
merayakan keheningan
menyisakan remah-remah bintang pesan
berguguran sampai pagi datang
karena
dari balik tirai matahari
kuhirup aroma tropismu yang jauh
hangat dan kurindui
diputaran bumi yang kesekian kali
tak pernah gagal kau buka pintu ingatan
tentang segala kita punya yang menyenangkan
sampai musim semi ini pergi
dan abu-abu menyelimutiku lagi
dan pintu ingatanku tertutup jarak pelangi kau tetap akan kembali
karena padamulah kutitipkan kunci
Tuesday, May 6, 2014
ah,
di ujung kibasan rambut langit kudengar icarus seperti menjerit
angkasa rasa yang perkasa melelehkan sayap-sayapnya
gema kembaranya berguguran menyeberangi musim-musim mimpi
"hatiku bersemi di putik bunga-bunga kuning di tepi kali",
katamu sembari melipat kenangan, menjadikannya perahu kertas,
membiarkannya berlayar di antara keping es tipis sisa dingin air mata malam tadi
dari atas, matahari mengedipkan sinarnya dari sela-sela awan
yang berkejaran mengeja waktu dalam warna abu-abu
sesuatu mengetuk dadaku tepat ketika sehelai melodi
jatuh ke pangkuanku
ah, masa lalu
Saturday, March 15, 2014
jantung malam
pada jaman elektrik ini
aku terbiasa tenggelam
di lautan bayang-bayang
tiang kaki matahari yang menelan jarak dulu dan nanti
mungkin terlalu sering aku tersesat
di lalu lintas padat
gelombang warna
dari matamu yang rahasia
memabukkan makna
karena setiap debar gumam
di jantung malam
aku terjaga oleh semu geletar
menjalar dari paras tidurmu yang berpendar
waktu itu
waktu itu ketika matahari pergi
kau mengajakku membuat janji
yang kita tiupkan pada lilin-lilin musim semi
dan membisikkannya pada batu-batu peri
aku merindukan keasinganmu
aroma dongengmu yang membiusku
pada lantai langit biru
negeri yang namanya berlarian di bibirku
waktu itu ketika kuda-kuda laju berderap
jiwaku jatuh lalu merayap
ke dasar tanpa terap
dan kau juga mengendap
dari lorong pelangi
menculik gigil-gigil mimpi
perempuan pagi dan lelaki malam tadi
lalu tiba perempuan pagi
menyeret pergi
lelaki malam tadi
lelaki malam tadi
aku tahu akan melihatmu lagi
esok atau nanti
kulipat baik-baik ceritaku
menyimpannya dalam laci bisu
kamar kenanganku
Monday, March 4, 2013
aku kembali pada puisi
karena matahari menghadiahiku dirinya
sepanjang hari ini
aku kembali pada puisi
meski kata-kataku terjerat halaman berduri
dan gema dadaku menjelma genta
merayapi dinding malam yang rahasia
aku baik-baik saja
meski air mataku beralih rupa
lalu lari sembunyi
di tetes embun musim semi
Tuesday, May 1, 2012
di
di ranting malam kau bertengger.
hatiku daun kering jatuh kau geser.
melayang. tanpa keresak debam,
lengang.
baiklah ini rahasia.
kita simpan dalam bahasa angin,
yang asing.
Monday, March 5, 2012
untuk CP
Sunday, March 4, 2012
jarak makna
aku berhenti berkata
ketika malam mengedipkan matanya
kembang-kembang plastik itu buatku cemburu
pada hal-hal yang tak perlu
sampai ingin kucabut dadaku
dan kusorongkan ke telingamu
agar kau dengar degupku bergetar
meluruhkan gambarmu yang kian samar
aku mulai bernyanyi
ketika pagi menyiksamu sendiri
karena kembang plastikmu meleleh pergi
diusir matahari
Thursday, February 2, 2012
1:30 AM
ah, daun-daun jatuh di rambutmu
kau yang tak sempurna dan berbeda
membuatku cemburu sekaligus jatuh cinta
seperti menyalakan air di gelap hatiku yang api
kau membuatku berlari dari negeri hujan dan menghadiahi
puncak-puncak gunung dengan matahari
tubuhku penuh luka bakar air mata
dari panasnya masa laluku yang sempurna
dan kakiku melepuh indah oleh jalan mulus berduri
yang sudah kulalui
kadang-kadang aku menangis di bawah terik bulan
tangisanku telanjang seperti cahaya keperakan di atas lautan malam
menjadi gema sepi
setiap kutatap pesonamu yang tak sempurna
latar belakang panggungku berganti lukisan lorong-lorong panjang
yang mengeluarkan suara petunjuk arah dunia
begitu hidup, begitu fana
aku menjadi pencerita
yang tertawan tokoh utama
dan berusaha keras untuk tak menjadi dia
ketika kupadamkan lampu
daun-daun di rambutmu menyala
entah menerangiku
atau sedang tertawa
kucium gambarmu
lalu menutup buku
menghaturkan puja
tanpa kata
Tuesday, January 31, 2012
karena
kau akan merindukanku
seperti demam yang mengutukmu
dari ujung rambut sampai kaki
kau akan menyebut namaku
dalam gigil hari-hari kosongmu
segala yang terbaik telah saling kita berikan
segala yang terbaik telah saling kita rasakan
jika tak ada lagi yang bisa kita perjuangkan
mengapa kau pantulkan aku di ruang hampa harapan?
karena aku mungkin memilih tak pulang ke jalan
yang sudah kita untai bermil-mil jauhnya
karena aku lelah menebak arah
dan tersesat dalam sedihnya pasrah
Sunday, January 29, 2012
dulu
kami terbiasa menghembus gelembung-gelembung aksara
membiarkannya beterbangan menjadi kata
dan kami berlarian di antaranya
gembira, tanpa prasangka
kaki-kaki kami lebih kuat semenjak sayap-sayap kami tanggalkan
dari bahu-bahu kecil kami pada hari kedatangan
yang telah digariskan
dan kami lalui dengan tangisan
ketika bola raksasa yang kami pijak memasuki putarannya
yang kesekian, kaki kami telah mencatat ribuan kilo kisah
yang sebagian diterpa angin lupa
dan bertengger di dahan-dahan masa lalu
kadang-kadang kami kembali dan mendapati gelembung-gelembung
aksara kami masih beterbangan di sekitar pohon-pohon cerita
kadang-kadang kami dapati setiap kata memiliki
sayap yang persis seperti milik kami yang kami tanggalkan
dulu sekali dan terus berterbangan di dalam imajinasi kami
Wednesday, January 25, 2012
25 Januari
Tuesday, January 17, 2012
grafitti angin
tembok-tembok memalingkan muka
ketika mereka mencoret-coret semuanya
murka dan duka
suka dan doa
absurditas fana
spiritualitas maya
karya mereka menjadi warna-warni jalanan
jalanan kehidupan
karena mereka menatap kendaraan-kendaraan
berseliweran
mengangkut harapan
dan mimpi-mimpi terbuang
sambil mencatat remah-remah sepinya
berguguran
lalu mencoretkan semuanya
ketika tembok-tembok memalingkan muka
Friday, January 13, 2012
kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
seperti air segar yang mengguyur harapan-harapan layu
menyembuhkannya dari dahaga
membuatnya kembali berbunga
kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
seperti tangis rahasia yang kusembunyikan di hutan-hutan
pikiran, saat segala yang nyata terasa menyesakkan
dan aku harus terus tegak berjalan
kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
menyanyikan lagu-lagu permainan masa kecilku
mengingatkan hari-hari yang sudah berlalu
kadang-kadang aku mendengar hujan di dalam kepalaku
menghapus segala amarahku tentangmu
Friday, January 6, 2012
saat kau mendengkur
Wednesday, January 4, 2012
CR
ketika warna langit memerah
bukan tentang kesedihan yang kalah
tapi kebahagiaan yang tersembah
dari harapan pagi yang rekah
dengan sempurna
seperti lagu tentang cinta
dinyanyikan burung-burung di angkasa
di pentas alam
setelah gelisah bermalam-malam
desir-desir terpendam
semua berhambur
menjadi syukur
ke udara negeri subur
ke pantai-pantai jaya
menghembus angin doa
sukacita
ke segala sudut dunia
agar diterima
sang maha
Wednesday, December 28, 2011
kucing
kucing melompat dari mosaik mitologi
eongannya api
ekornya ular berkaki
"bukan, bukan chimera
chimera berkepala singa"
kucing itu mungkin nemean
singa legenda yang jatuh dari bulan
atau jangan-jangan malah ibunya
"bukan, bukan echidna
echidna terbunuh raksasa bermata seratus"
kucing itu mencakar lalu menggigitku
mengubahku setengah singa setengah perempuan
menjadi sphinx membatu menunggu kau pecahkan teka-tekiku
Agustus 07
Agustus 07
Wednesday, December 14, 2011
bintang itu
bersinar di layar malamku yang raya
sepasang matanya berkedip
sepanjang jutaan kerjap tahun cahaya
jarakku padanya
aku mencintaimu
katanya lirih menggumpal awan
yang menggiring layar malamku
berjalan menembus waktu
kureguk ia ke gelapku yang terdalam
membuatnya memancar semakin terang
ketika aku pergi karena layarku digantikan pagi
kulihat ia mengelilingi galaksi
menggambar wajahku di langit-langit mimpi
lalu bersinar sendiri
Thursday, December 8, 2011
karena kata-kata telah terluka
di dalam gereja
langkah kakimu disambut gema
dunia abadi yang memandangmu dari
tatap bisu patung-patung di sekujur gedung
atas nama
bapa
hening itu mengungkungmu dalam
ketenangan asing yang dingin
dan putera
kepadanya kau hamburkan diammu
karena kata-kata telah terluka
dan roh kudus
nafasmu cahaya lilin
bergerak kecil, melelehkan diri
memaknai sesuatu yang suci
amin
Sunday, December 4, 2011
curhits kantoran
ini adalah pelarian dari lalu lintas urusan
yang bersliweran kesana kemari di antara jarum-jarum jam yang
bergerak setia dari matahari tiba sampai pergi lagi tanpa peduli
sesekali petir menggambar diri di luar jendela tak bertirai
atau hujan sibuk menari-nari menandai kedatangannya di sana-sini.
sebelum beralih ke puisi ia biasanya mengurung telinga
ke hal-hal yang disukainya mulai dari nyanyian pertemuan keyboard
dan jari-jemari yang kadang diiringi bunyi tumit sepatu beradu lantai
menggema dari ruang ke ruang atau suara 'ting' dari lift yang mengangkut hal a sampai z
sampai a lagi dan z lagi, lagi, lagi sebagai segala yang
anehnya seringkali ia rindui dari seberang jembatan bernama liburan.
Thursday, December 1, 2011
tanpa kata-kata
dunia tenggelam
di matamu yang temaram
sebelum terpejam
aku menyusup ke dalam
berkelana
diam-diam
Thursday, November 17, 2011
ia sendiri
menenggak malam
dari berbotol sepi
mabuk
ribut bersendawa igauan mimpi
di pagi hari
muntahan kata berserak
masih bau sepi
feb 08
Monday, October 24, 2011
fragmen 2:39
bayangan mengabur di kaca kotor
jendela kantor
tersapu liuk cemara cerita
tentang petualang muda
pada bangku kota tua
ia catatkan gigil rindu
yang merajai tubuhnya
ketika daun gugur satu-satu
aku memandangnya
dari sisi lain langit biru
terpanggang kenangan
dan hal-hal tak terkatakan
Wednesday, September 28, 2011
Ia melukis malam
Ia melukis malam di kepalaku. Lautan bergelombang,
hamparan bintang, kapal terapung sendirian, kerlip lampunya
menari pelan, samar layar bergambar bulan
dan kecipak air tak berkesudahan.
Aku dimintanya memberi nyanyian pengantar
dengan musik dan lirik yang puitik.
Aku menghembuskan angin kelu, suara sendu yang tersebar
dari nafasku yang tergetar kaku.
Lalu ia membelai rambutku, mengecup dahiku.
Dan nyanyian itu datang dari kedalaman temaram.
Melantunkan orkestra rahasia
catatan kitab-kitab purba. Megah dan tabah.
Ketika ia menatap teduh ke dalam mataku,
nyanyian pengantarnya mengalun jauh tak tersentuh,
lukisan malamnya meremang
meninggalkan rasa tenang yang lengang.
Friday, September 16, 2011
Pentas Satir Aemilia
Kau yang telah membaca Hortensius karya Cicero,
matamu belum dicongkel keluar dan masih bisa
melihat salju jatuh ke istana istana kekaisaran.
Plaudite!
walaupun kau membuatku mual,
aku harus menerima bahwa keadilan hanya ada
diantara orang orang yang sederajat.
Oleum et operam perdidi. Oh Plautus,
aku telah menumpahkan minyak dan usahaku.
Hatiku menderita rasa sakit yang sama saat suatu malam
kau datang bawa jiwa tercabik berdarah yang tak mampu
lagi bertahan dalam dirimu. Sayang, kedamaian yang jiwamu cari
tak berada dalam buku buku atau jalinan syair tentang keabadian.
Seperti Icarus, kau terbang naik dengan cepat lalu
terjatuh dengan sayap sayap terbakar matahari.
Furor poeticus, kau barangkali telah tersesat
dalam ratapanmu sendiri.
Inilah dunia, Aurel!
Begitu sedikit pengetahuan yang kita tahu tentangnya
sementara hidup ini begitu singkat.
Apabila tragedi telah berakhir,
yang tersisa hanyalah drama satir.
si tacuisses, philosophus mansisses
Demikianlah,
di bawah pohon ara ini
kumaklumi
bahwa kau pasti
benar benar lelah
January, 2007
January, 2007
Wednesday, September 14, 2011
dalam lift
*ting*
ia menaiki lantai-lantai ingatannya sendiri
gitar teronggok di kamar, nyaris menua di masa remajanya
rasa malu yang tak perlu di antara potongan kalender
menempel tak rata di sekujur dinding
masa depan yang jauh dari bening
angkotnya bernama daihatsu
oranye dan bau
melintasi kota yang
populasi penduduknya didominasi nyamuk
serta keringat buruh desa
bersepeda pulang kerja
ia suka bernyanyi
meneriakkan tanda tanya
atas dunia
sebatas pemahamannya
berharap seseorang mendengar
dari ketinggian mega-mega lebar
kelebat gambar-gambar potretan mata hatinya
angin dingin di wajahnya
bunga-bunga masa kecilnya
air mata di lengan bajunya
warna sapu tangan ibunya
senyum ayahnya dalam pigura
ledak kesedihan di dadanya
pada kaca terpantul ditatapnya
usia
*ting*
pintu lift terbuka
ingatannya terlipat begitu saja
menjadi pesawat kertas
melesat lepas
keluar gedung-gedung
ke balik langit mendung
Tuesday, September 6, 2011
a.k.u.
aku matahari
menjilatmu dengan sinar
memanggangmu di panas rindu
membakar gairahmu berdebar
aku kapal
melayari tubuhmu ranum
gelombangmu mengalun
mereguk birumu tak berujung
aku lagu
membawamu jauh ke tempat tak tersentuh
mengaliri darahmu irama teduh
merengkuhmu sungguh
aku angin
membisikkan pesan dalam dingin
mendesirkanmu ingin
Monday, September 5, 2011
Monday, August 29, 2011
jarak kenangan
potongan gambar abadi yang kini berseliweran antara kejap malam dan kerlip pagi adalah derai tawa disela pita cerita berwarna yang mengikat hari-hari kita termasuk jejak angin dingin menusuk pori saat bersama melaju menembus candu waktu serta baris-baris pesan berbalas yang datang dihantar getar telepon genggam dan degup tak terjemahkan lalu tatap matamu tajam menikamkan janji berkali untuk kembali. kita terluka rindu yang karenanya tak akan lupa.
di pelabuhan ini harum aroma cendana doa membumbung ke udara. kita tak tahu siapa melempar jangkar terlebih dahulu ketika perahu purba yang datang dari samudera jauh telah tertambat tanpa aba-aba tanpa keterangan untuk apa dan kemana. cuma potongan gambar abadi yang tertinggal berseliweran antara kejap malam dan kerlip pagi dan sesekali katamu kau temui namaku menyebut diri pada bibirmu yang tidur di atas jarak kenangan, menyerikan rindu.
Tuesday, August 23, 2011
setelah mengecat bulan
Saturday, August 13, 2011
metafora
kurasa aku mengerti
metafora yang terlontar di antara hangat kepul
kopi jahe dan angin malam yang menggigit kulit
ada tatap mata tak terjemahkan
melayang-layang dalam kenangan
menjadi metafora diam yang akan terus
kita simpan
Wednesday, August 3, 2011
Dali
waktu meleleh di matamu
kau candu
dua kuda terbang dari dua sudut pigura
kanan kiri
merah warna latarnya
jam-jam bertengger di ranting kering
wajah yang karam di pantai batu tak bertuan
pelukis lelaki mendelik
kumisnya seperti habis disapu badai
kepalanya bersoda
kau candu
mengabur di kuning telur
dihujani matahari
merefleksi bayang-bayang bulan
di telaga tua bibir kalimatnya
mencoba mengabadikan memori
dengan puisi
Friday, July 29, 2011
Bourbon Street
sudah kubilang hindari hangover
minum lagi!
botol-botol itu mengeluarkan kaki
lalu mulai menari-nari
kita di balcony
forget being jazzy
he's smokin' hot, baby!
di sini waktu berhenti sesukanya
jalan raya adalah ayunan raksasa
lihat mereka yang berjalan tegak
membuat kita terbahak-bahak
kanan kirimu deretan surga bar
dunia ini gambar-gambar bergerak pudar
tambah musiknya
tambah minumnya
wajahmu semakin lain
sorry, what's your name again?
Wednesday, July 27, 2011
jangan padamkan apiku
: angin
besarkan saja biar menjilat segala gelap
sampai benderang menyala-nyala
Thursday, July 21, 2011
akhir pekan
aku ingin menyalami tangan raksasa
yang melukis langit detik-demi-detik
pada hari-hari yang telah berlalu
untuk menghaturkan terima kasihku
aku ingin bertanya pada ribuan orkestra awan
dalam parade sorenya melintasi gunung laut dan hutan
apakah pesanku bisa kutitipkan untuk diikatkan
ke kaki matahari yang tenggelam di garis batas pandangan
dan bukannya diturunkan sebagai hujan
aku ingin memeluk erat-erat suara jónsi
karena dongeng musiknya selalu mengantarku
pulang ke oase jiwa
tempat istirahat sementara
perjalanan panjangku
aku matikan telepon genggam
aku menutup buku-buku catatan
aku menyimpan semua peralatan
aku biarkan cahaya senja menerobos
perasaanku yang dijemput sigur rós
melepaskan segala keinginan
Monday, July 18, 2011
bendung tangis
mula-mula ditariknya ke pusaran magis angin purba
lalu dibekapnya dalam dinding dingin rasa rindu nyeri menusuk
ke tulang-tulang tanpa bisa melawan
dejavu lagi
kali ini oleh kedipan tahun cahaya
mengejek bagai bayi terlahir di jaman yang keliru
dan tidak berhak melakukan apa-apa
termasuk yang tak bisa diucapkan kata (percayalah, berderet panjangnya)
termasuk lari dari yang nyata
sebagai jawaban yang dipaksakan demi memenuhi
pertanyaan-pertanyaan membingungkan tentang rahasia kehidupan
tentang cinta yang (dianggap) terlarang
tentang angka-angka yang tak bisa dihapuskan
tentang cerita yang (sudah) digoreskan
Wednesday, July 13, 2011
kepada gunting
Thursday, July 7, 2011
Juni adalah
juni adalah sepotong
kalender di dinding kamar
aku seekor cicak merayap
dari tanggal ke tanggal
Thursday, June 23, 2011
es krim
Jilat 1
dingin nyaman dan manis
seperti pertama kita bertemu
di sebuah siang panas
beberapa tahun lalu
Jilat 2
lidahku buta warna
tapi kau juara lukis rasa
segala suasana
Jilat 3
aku menginginkanmu
lebih dari yang kau tahu
Jilat 4
sampai leleh terakhir
jejak lezatmu
selalu mengingatkanku
siang panas beberapa tahun lalu
Thursday, June 16, 2011
langit
Di wajahmu aku adalah rajawali bertengger sendiri
dan sayapku terdiri dari helai bulu-bulu doa
yang tak jarang berguguran didera angin kencang
membuatku berganti haluan dan mengubah tujuan.
Di wajahmu kutajamkan mata pikiranku membaca
bintang yang kau taburkan sebagai peringatan--atau tanda?
karena bulu-bulu yang gugur itu tetap terbang menerjang
kenyataan. demi melanjutkan harapan yang dicatatkan
pada tiap helaiannya.
seperti dalam kereta api
ia diam sekaligus berlari
menombak angin
dengan mata terpejam
tubuh bergetar
tak mau gentar
hanya beberapa
bisa mendengar
gemuruh dadanya
menembus udara
melesat pergi
dari kecewa yang ia tinggalkan
bersama seonggok tissue
di tong sampah sebuah stasiun waktu
Friday, June 10, 2011
Peri-Peri Bersayap Pelangi
Peri-Peri Bersayap Pelangi merupakan buku kumpulan cerita anak yang berisi 20 cerita anak. Ditulis oleh 11 penulis yang memiliki kepedulian lebih terhadap dunia anak-anak.
Tujuan diterbitkannya buku ini yang utama adalah untuk mendekatkan kembali anak-anak dengan dunia dongeng. Mendekatkan anak-anak kepada istana sebelum tidur mereka. Kepada cerita-cerita peri dan dunia dunia bahagia tanpa balutan kisah cinta ala sinetron anak muda atau lirik-lirik lagu yang bukan untuk usia mereka.
Tujuan lainnya, adalah untuk berbagi kepada anak-anak yang kurang mampu. Karena setiap rupiah yang didapat dari keuntungan penjualanan buku ini adalah hadiah buku yang sama untuk anak-anak di beberapa rumah singgah, sekolah pasca bencana, rumah sakit anak dan taman baca anak di beberapa daerah terpencil.
Setiap satu buku yang Anda beli adalah hadiah satu buku yang sama untuk anak-anak yang kurang mampu.
cara pemesanan:
email : peribersayappelangi@gmail.com
sms : 08562740285 (topan)
cara pemesanan:
email : peribersayappelangi@gmail.com
sms : 08562740285 (topan)
Atau kunjungi blog resminya di: Peri-Peri Bersayap Pelangi
Monday, May 30, 2011
jutaan (tahun) cahaya
aku tak hendak mencorat-coreti tubuhku dengan sepi
karena kau garuk kerongkonganku dengan cakar kalimatmu
yang tumpul dan menggugurkan kemarahan yang tak lagi berarti
telah kusimpan lelehan matahari dan memendarkannya
di malam-malam tak berbintang sebagai tanda bahwa
cahayaku tak bisa sirna meski kau coba menimbunnya dengan
membalik bola dunia
kini di dalam nebula naga aku menunggu saja
keseimbangan yang kuidamkan
tiba dalam damainya semesta yang adil
tanpa sorak sorai ledakan di angkasa
sementara kau mengambang dan menelan segala
yang fana
Tuesday, May 24, 2011
permen gerimis
Tuesday, May 17, 2011
untuk Regina
derit kursi mencairkan waktu
yang membeku. sama ketika kau nyanyikan lagu tentang
hari-hari yang bukan milikku sambil menggulungku dalam
gelembung sendu. menggelinding jauh ke masa
kala dunia adalah taman yang sempurna
dan kutanggalkan sayapku demi menghirup udaranya.
lalu lagumu usai dan gelembungnya terburai
menjadi pasukan gerimis yang berbaris
menjatuhkan diri satu per satu
dari pintu mataku
Subscribe to:
Posts (Atom)