Tuesday, April 26, 2011

untitled #


kami bertanya pada tubuh-tubuh plastik
mengapa kaki kami bernomor seri

juga tentang ketelanjangan mereka yang lantang
dan mata kami memantulkan kedipan ungu
jingga biru kuning putih kelabu
mirip lagu balonku

tak ada jawaban

lalu dari kegelapan
seekor kelinci berjalan-jalan di penampang bulan
semakin lama semakin terang
dan kaki kami terlihat semakin seragam
di malam yang terbentang panjang

cahayanya membuat kami merasa telanjang

dalam kesunyian

Wednesday, April 20, 2011

blind spot


sebab kau meninggalkan jejak pada

tiap-tiap bayangan yang kuseka
dari lamunan

sesekali isak yang jauh
terdengar dekat
seperti lolong kapal tercekat di
malam hari

telah kugunakan segala kata kunci
buat membuka belenggu di kaki ini
(belum lagi dalamnya luka dari kawat
yang melilit setiap
inci jiwaku berusaha lari)

kau sendiri tahu
air mata telah terkubur
jadi kisah di bawah tanah lembab
yang sudah kulewati bab demi bab

maka cemburuku berakhir menjadi lagu
yang kunyanyikan sesumbang-sumbangnya
biar selalu mengusik dengkurmu

Friday, April 15, 2011

sekejap patah


kulepas jangkar ke jantungmu angkuh

terlalu jauh

anginmu congkak perkasa
padamkan suluh yang kujaga nyalanya
seperti nyawa

berdepa-depa berlayar mendekatimu
aku kura-kura dengan serpih dunia di atas punggungku

tapi kau melesat menjadi kilat
menjilat langit
membenamkanku ke lautan pahit

baiklah kurobek halaman catatanku
membuangnya ke dalam api

sampai lebur namamu dalam debu
hilang di seduh waktu

Saturday, April 9, 2011

: pencuri mimpi






hanya musim


penunjuk waktu

pengingat

yang terkabul

yang terlupa

luka-luka yang pergi

mengobati diri



hanya musim

menemukan tempat sembunyi

rasa gembira yang pulang kembali

sembari menziarahi sepi

Thursday, April 7, 2011

ternyata


ia kembali


membawa sayap warna-warni

memasangnya di punggungku

membiarkanku terbang pergi