Saturday, May 15, 2010

Not My Imagination





berayun pada lonceng sunyi
serta jarak nafas yang dekat
sekaligus jauh sekali

you're my favourite mistake

salahkan waktu
salahkan sejarah

mereka pongah
tak bisa disesah
dengan pasrah

stay in touch

ia menjadi pujangga tiba-tiba
karena pintu sendunya lebar dibuka

dan angin kencang menghempas ke dalamnya
dan mendung murung mengurung

lalu lonceng sunyi bergetar seperti marah
menghantam dinding-dinding kosong
perasaan yang kalah

wait

ada harapan di laut matanya
di langitmu juga

menarikan cahaya kapal kecil dalam irama tak searah
seperti leleh lilin tak sudah-sudah

Friday, May 14, 2010

Kepada :


doa-doa terburai

jiwa yang gemetar
pintu-pintu terkunci
aksara yang nanar


puisi,
terimalah perasaan-perasaanku ini




: karena tak tahu kemana lagi mesti pergi

Monday, May 10, 2010

Anak Laki-laki Kecil yang Bisu*




Anak laki-laki kecil itu mencari suaranya.

(Raja para jangkrik yang menyimpannya.)

Dalam setetes air
anak laki-laki kecil itu mencari suaranya.


Aku tak menginginkannya untuk kupakai bicara;
Aku akan membuat cincin dari itu
Sehingga kesunyianku bisa mengenakannya
di jari kelingkingnya.


Dalam setetes air
Anak laki-laki kecil itu mencari suaranya.

(Sang suara yang terpenjara, jauh disana.
Tersembunyi dalam pakaian-pakaian si jangkrik.)





*Judul Asli: El Niño Mudo karya Federico García Lorca
Kuterjemahkan dari versi terjemahan Inggrisnya : The Little Mute Boy oleh W.S. Merwin

Sunday, May 9, 2010

Blame it on the rain




Sudah lama ia tak membuka account yahoo
karena sudah lama ia pindah ke gmail.

Hari itu udara tak sepanas biasanya
karena gerimis datang dalam keadaan miring
oleh dorongan angin transparan
seperti tendangan kecil tipis-tipis.

Sebelumnya ia sibuk mencari soundtrack
untuk harinya yang biasa-biasa,
supaya hidupnya seperti film-film yang ia beri bintang 5
untuk musik pengiring.

The boat that rocked.
Lagu yang mana ya? Semua bagus.

Ia bayangkan hidupnya terapung sendiri di tengah lautan
dalam deras hujan
tapi ia tau selalu ada telinga-telinga terpasang
siap mendengarkannya dari daratan.
Seperti telinga tuhan.
Dan dadanya membengkak sesak antara geli serta kasihan
pada imajinasinya sendiri.

Bajak lautnya bernama puisi.
Perompak kejam berpedang kata, merampas makna,
meninggalkan rasa hampa di kapal hidupnya yang membosankan
karena terlalu banyak mengarungi tantangan.

Tiba-tiba ia menangis di hadapan bulk mail, spam, trash
dan hal-hal nonsense lainnya. Menumpahkan semua begitu saja.
Tak ada apa-apa dengan account-nya.
Ia hanya merasakan kesepian yang asing,
kebahagiaan yang kikir,
kepedihan yang nikmat,
persembunyian yang remeh. Air mata.

Jiwa kecilnya berlari cepat sekali ke masa lalu ketika
ia suka menulis harapan-harapannya dalam secarik kertas
lalu membakarnya dan membiarkan abunya berhamburan ke angkasa.

Waktu itu dunia tak sebesar yang ia kira, tapi cukup untuknya.
Cukup untuk ia beri warna, ia rawat, ia tinggali sesukanya.
Sampai dunianya diguncang oleh kejadian demi kejadian
dan segala yang telah ia punya bertaburan bertambah
berbenah berkemas bergegas berubah.

Some magical moments.
Terlalu indah.
Terlalu dekat untuk bisa ia dekap.

Ia menangisi waktu
Ia menangisi sejarah
Ia menangisi entah

Tapi telinga-telinga tuhan dalam imaginasinya
tetap setia mendengarnya.
Mungkin mengabulkan pesan di balik tangisannya.


Mungkin.

Wednesday, May 5, 2010

okuribito






ia mengantarmu terbang
dalam ketenangan yang utuh
seperti pagi yang sepi
dan seluruh jiwamu kukuh
dilepas bumi

tentang air mata tak terjemahkan

ia menyayat cello di tengah sawah
latarnya gunung dan puncak tertutup salju
megah
menggugah

tentang kematian yang indah

lagi dan lagi
aku terjatuh
dalam gelembung cerita sendiri

bersama rintik hujan
yang datang dari
kenangan sedihku
di masa dulu


*disebut juga Departures atau Keberangkatan.
Sebuah film Jepang yg indah dan sangat menyentuh...