Thursday, April 22, 2010

Are you sure you want to delete this post?


cappucino panas dalam gelas plastik

di samping jam meja yang bosan berdetik

Malam.

setumpuk novel tak terbaca selesai
karena nyata mengalahkan imajinasi

dengan senjata ampuhnya

Waktu.

setiap aku mulai puisiku
kau menelponku

setiap kubicara di teleponku
kau ada tamu

Terhenti.

Wednesday, April 21, 2010

batu kali


ia tak akan membiarkanmu merusak jantungnya

kalau kamu tak mau kompromi
perilakumu yang seperti batu kali
akan dikikis air kenyataan yang lebih kejam
dari luka yang kau timbulkan setelah melempar diri
ke sana ke mari tanpa kendali

atau bersiap-siaplah tenggelam
dalam badai

karena ia cuma bisa menontonmu
di hadapan layar
televisi

seharusnya kalau kau peduli
serta sedikit saja memberi ruang
untuk yang bernama kesabaran

kau akan baik-baik saja
sebab ia akan mengirimimu
sebutir permen rasa lega

yang artinya lebih besar
dari yang kau sangka

Monday, April 19, 2010

bukan seperti yang kau kira




belum bosan lagu itu ia ulang
sampai tetangganya ingin berganti
telinga

"hanya imajinasi"
"hanya imajinasi"
"hanya imajinasi"

seperti diberi hadiah pelangi di malam hari
dengan perahu bersayap ia anggap
dirinya menjelma tawon raksasa menyengat angkasa
sampai bintang-bintang bengkak tiada tara
lalu pecah jadi hujan aksara
di atas bumi yang membekukan impian-impiannya

setiap malam aku berdoa
setiap malam aku meminta
setiap malam aku mensyukurinya
setiap malam aku lelah karenanya
pada suatu malam aku lupa
hingga tak lagi punya kata-kata

"hanya imajinasi"
"hanya imajinasi"
"hanya imajinasi"


lukisan wortel dalam pigura tak bisa menyehatkan mata

tapi degup-degup di dada seharusnya mendapatkan iramanya
(atau mantra saja?)


butir-butir sepi jatuh
bergelinding
di kaki pagi
yang melangkah jadi puisi


lalu pergi

Wednesday, April 7, 2010

Re: Bangkit*



Sepulang dari bioskop XXI ia memutuskan

bahwa ia patah hati
karena tak punya perasaan apa-apa untuk dibawa pulang
pada jam yang belum terlalu malam

Seandainya sebatang petir menyambar kepalanya
malam itu, terburailah rahasia pikirannya yang hambar
dan merana seperti sebuah gambar beha terselip di
wall fesbuknya yang penuh derita dari cafe world, farmville,
astrology today, mafia wars dan suggestive fortune cookie

Hidup ini sensasional,
dan mimpi ternyata fundamental

Kata siapa kita tak bisa berkata-kata?
sumpah serapah juga puisi
maki-maki bisa jadi nyanyi
bahkan meski kau buta bisu tuli,
tanganmu, raut wajahmu, tubuhmu
semuanya berkata-kata lewat apa saja

Ayo melongok ke dada kita sendiri
meraung keras pada rongga kosong
yang jebol oleh tsunami informasi

Hallo....ada siapa di sini?




*menyambung puisi Mikael "bangkit" di Bunga Matahari

Tuesday, April 6, 2010

danau gelap yang sendiri termangu


sebuah sore di matanya

perahu rindu yang mengerjap jauh di samudera raya

karena selalu waktu
melahirkan sendu
tatkala jarak diukur
dengan kepak kupu-kupu

perpisahan yang kita kenang
seperti gema lagu yang tak benar-benar hilang

"selamat tinggal!" teriak si pujangga
"kau terlalu indah untuk kupunya", keluhnya pasrah
sambil mencengkeram getar remaja di dinding dadanya
yang mulai tua oleh sejarah

karena selalu waktu
menciptakan cemburu
tatkala romansa
hanya bumbu kenyataan biasa

sebuah malam di mataku
danau gelap yang sendiri termangu