Tuesday, June 30, 2009

Deru Haru


mungkin

aku mabuk



kaki berdansa sendiri
mengambang di atas lantai
beberapa centi lebih tinggi


siapa itu yang menyalakan musik
di dalam kepalaku


angkat tangan jangan ragu
lupakan sedih yang lalu


kita musti tegar
hentakkan hati
mengusir debar
biar pergi


dan teruslah menari

Sunday, June 21, 2009

mataku terpejam


dentingnya membimbingku


mengayun kaki kenangan
ke tanah debu
makam kisah dulu

belai angin
geliat ranting
sinar lembut

bagai bicara dalam bahasanya

yang terdengar seperti
tawa bahagia yang pernah jadi bagian kita
kini jauh

tak tersentuh

seperti telapak
yang menempel pada bingkai kaca
gambar-gambar lama

seperti tak pernah percaya
bahwa kenyataan setitik
mengabur di lembar foto tua

wajah kita

Friday, June 19, 2009

ia (mungkin) tak pernah mengunjungiku di sini


kecuali aku minta


kadang-kadang
aku harus merampok perhatiannya
agar ia datang mengunjungiku di sini

tapi ia punya dunia sendiri
dan tempat-tempat lain
yang lebih menarik
untuk ia kunjungi

dan sesekali aku melihatnya
di tempat-tempat yang membuat
dadaku membara

karena ia meninggalkan pesan disana
karena aku tak tahu berapa kali
ia kesana
karena aku tak tahu
apa yang membuat disana
berbeda

karena ia tak pernah
meninggalkan pesan
di sini
di tempat segala sesuatunya
sebagian besar
justru berisi

tentang dia


;(

Thursday, June 18, 2009

Setapak


di halaman pikiran yang tumpul ini

keping hidup bertabur, dedaun kisah
mengering menyeret debu, mengabur angin
masa lalu

lagumu menyusur dinding-dinding dingin
dari dalam rumah yang seperti sedih
bagai bayi disapih

dan hujan
kepada dia semua mesti disalahkan
kemungkinan yang jatuh
jarum-jarum tajam keputusan

di lorong ingatan

wajahmu samar
di langit berwarna terbakar

o sayap awan
bawa aku terbang

bawa aku melayang

dan lagumu mengisak pelan

di dada

yang tak lagi

remaja

Thursday, June 4, 2009

Aku rindu memetik


puisi-puisi cantik


di ujung-ujung rambut ikalmu

yang selalu memanggilku

dari bening mata maya

pada hari yang merah senja