Monday, March 31, 2008

Rindu Itu


rindu itu menyeretku ke gigir tebing bisu

angin kencang menghempas rongga-rongga dada

yang bongkahannya telah kau rampas

miliaran tahun cahaya yang lalu


aku tertegun diantara sejarah kelahiran dan waktu

kenapa harus serumit ini

karena cinta yang kupunya teramat sederhana

dan apa adanya




Apokalupsis


dan jantung ini berdetak semakin kencang

sebelum gerhana itu tiba

sesudahnya harus berlari
secepat-cepatnya
hindari si mati

meski melompat ke air terjun
meski terhisap rawa lumpur
meski terluka tombak dan pisau

kujalani sambil menuju
padamu dan mulai
hidup baru

Friday, March 28, 2008

Pada Sebuah Tepi


pada
sebuah tepi cahaya hinggap sejenak
lalu pergi. sunyi yang mengisi adalah
pertengahan dari perjalanan panjang
nyanyian kehidupan jauh dan dalam.

pada sebuah tepi letakkanlah seluruh pertanyaan
jawaban dan percakapanpercakapan dengan dirimu sendiri
lalu bebaslah kau terbang kemana mimpi
menghembuskanmu dan bebanbeban yang kau
tinggalkan itu segera akan menjadi gurat kenangan di dinding waktu.

pada sebuah tepi kau harus menerima bahwa
tak ada yang pernah benarbenar selesai
sampai kau tak menginginkan apaapa lagi.


Jog 3 Jul 2007

Thursday, March 27, 2008

Rumah Pantai


mata manik manik menutup palka rapat rapat
tak melihat sang suar, sang menara api,
sang rambu, yang maha lentera laut berkedip sejak
jauh sebelum Masehi. Salak anjing di sepanjang Teluk Napoli
ingatkanku teriakmu pada bulan di malam malam kala ia
mengagumi diri menjelajah langit sebagai cerita sebelum tidur.

Makrokosma, alam semesta ini menampilkan kecemerlangan
yang kadang kala mengerikan seperti dijatuhi hukuman mati
tanpa pengadilan. Dalam keterpikatan pada mata elektrik
nun tiba tiba bergerak, manusia dan lingkungan hidupnya
terikat pada masa jabatan dengan kecenderungan
yang bersifat sementara.

Tolong, tolong fokuskan penglihatanmu.
Tidak bisakah kita mencapai kesepahaman perspektif
setelah kau dan aku saling mendekati secara
kritis, tajam dan mendalam?

Kegigihanmu tak kuragukan lagi
terbukti dari tercentenary; tiga ratus tahun sudah kita
masih memperingati musim semi
dalam penjara watak menunggu kesempatan baik
untuk mengadu kepada bintang yang
bertengger di atas kuil prahara.

Peek a boo! Keganjilan yang janggal ini
membuatmu tak mengerti karena kita cuma
lumut di mosaic dinding kapal karam yang
menjelang usang di makan ngengat
dalam sebuah rumah pantai

Ygy, 23 Jan 2007

Ketahuilah

rasa masam yang mengancam
dari ujung lidah
ke sesak dada
yang seperti
mau
tumpah

Scrap Note


catatan sepak terjang anda sudah dipigura

sudah diberi pita berwarna dan wangi-wangi
biar mereka lihat anda serba sempurna
biar mereka penuhi gelas minum anda dengan puji-puji
anda selalu haus bukan?

kami sendiri sampai sempoyongan
mual aroma bualan yang berhembus kencang
dan harus kami muntahkan karena banyak kandungan
racun yang bisa melumpuhkan perlahan-lahan

entah bagaimana
anda justru membuatnya semakin berdatangan
padahal tak sedikit tamu anda yang lenyap begitu saja
karenanya

tetapi memang
telinga-telinga di dinding sejarah anda tak bisa dibohongi
sebab terlanjur merekam gaung geram kecewa marah
lebih dari yang anda pikir telah anda sumpal dengan kertas
peredam biar sepi, biar rapi, biar tak terdengar lagi

kini sudah waktunya kami pergi
kami bukan lagi pintu kokoh anda
sebab gempa kesombongan anda sendiri mengguncang kami
sampai lepas engsel sekrup mur dan seluruh ragangannya

silahkan anda mencari yang lebih perkasa lagi
kalau ada, barangkali


Mari


melipat dua kaki
di sofa nyaman

menatap cahaya bulan
turun di perbukitan

sambil memegang gelas hangat
dengan dua telapak tangan

menghirup kepul wangi tehnya
menyeruput nikmat seduhnya

merasa
baik-baik saja

Tuesday, March 25, 2008

Dendang Petang


peluk aku malam

sayapku luruh di derap zaman
kumau mengecup bibir pagi
membiarkan si matahari
tancapkan sinarnya
ke jantung hati

sirami aku hujan
jiwa yang kering hampar keraguan
kumau berkubang segarnya telaga mega
menampung pesan dari masa depan
untuk bekal perjalanan

Pertanyaan Lagi, Samuel


Apa itu nama burung, Samuel?

Kau menjawabku sekaligus meninggalkan pertanyan

Kuterabas waktu, mencaritahu ke jamanmu
memasang dengarku
suara pipit, merpati, murai dan seekor tanpa nama
berhalau kicau "aku cinta! aku cinta! aku cinta! aku cinta!"

kepul opiummu berhembus, Samuel
membentuk siluet kekacauanmu pada suatu gelap
berlari menghambur keluar rumah
tak pulang semalaman

lalu kembali bersama mimpi buruk
yang membuntutimu dari jalanan
juga sungai-sungai keramat
lewat danau kering sekarat
di balik bukit pagi tanpa matahari
yang sering kau datangi

masihkah burung penyanyi itu
berpadu silih ganti menghiburmu
dengan lagu-lagu tentang salju
yang menggugurkan dingin
dari angkasa tak berangin?

ah ya,
aku memang anak teramat kecil di matamu
yang senang berguling-guling angan
di antara padang hijau dan biru langit
di antara lautan tidur dan bulan sabit

"aku cinta! aku cinta! aku cinta! aku cinta!"
nyanyinya setia
sampai kudewasa, Samuel

mungkin namanya takkan pernah kutahu
karna telah kau bawa
ke dalam kuburmu

*inspired by
Answer to a Child's Question by Samuel Taylor Coleridge*

Monday, March 24, 2008

O' Iesu


gerak lilin menarikan bayang-bayang kata

tanpa suara di hening doa

angin dingin membasuh tubuh
membasah janji baptis
yang disegarkan lagi
lagi

setelah perjamuan malam
ada pengkhianatan

setelah penyaliban
ada kebangkitan

ada pengampunan
diajarkan

dalam lautan kerlip cahaya
kami menunggu kedatanganmu

dan jadikan kami
baru

Yang (sepertinya) Kesepian


menyedihkan


sekali

rintihan

yang

kau

jadikan

semacam

rayuan

terselubung

itu

jadi

terdengar

murahan


: aku kasihan padamu

Sunday, March 23, 2008

Dari Tugu


waktu itu mendung mengurung

bersama tetes air jatuh satu-satu

wajahmu diantara para penunggu sedang aku
cuma bisa membisu
ketika kau mendekat
semakin dekat
dan hanya tatap
sekejap

lalu kita berlalu
dalam diam
di atas kendaraan melaju
kau dekat
sangat dekat
sedang leherku tercekat

tubuhmu bau kereta yang berangkat pagi-pagi sekali
tubuhku lengket keringat terjatuh bangun di sela hari

ada yang dibelenggu sendu
angin yang meniup-niup telingaku
kaburkan pertanyaanmu

"kau rindukan aku?"

hatiku jatuh berdebum
ke aspal panas terpanggang penantian

"seperti hujan"

jawabku basah oleh rintik sedikit demi sedikit
dari gumpal-gumpal kelabu awan di sepanjang
perjalanan itu
yang
sebentar lagi tumpah
mengguyurmu

begitu

deras

Wednesday, March 19, 2008

20-23


: hakos



tetaplah

harum aroma bumi di tubuh rerumputan kala dini hari kabut
berlalu meninggalkan tetes bening embun
wangi pada tiap pucuk waktu

sampai kau kembali

membawa musim yang semi
mengisi malam-malamku dengan
pelangi

Pura-pura Kau Tak Ada


selumbar di mata langit bukanlah awan tak berdosa

elakkan hujan yang bergelantung manja
menggembung pekat di layar angkasa
dunia di atas sana tak ubahnya dalam sini
bedanya hanya pada warna
dan cicit burung serupa merdunya
menggambari cakrawala
kami cuma punya binatang malam sederhana
bergerak dengan rasa
tanpa cakap banyak cahaya
jikaku mendesis
jadimu tangis
jika kumengerat
jadimu panas sekarat
aku dingin
kau angin
kata tanpa suara
lagu tak bernada

ah, kau kira mudah berpura-pura kau tak ada?


jogjes
17sept08

Empat Butir Cokelat


: ukhisakek


Gigit 1

manis yang leleh di lidahku
mengingatkanku ciumanmu
lezat

Gigit 2

almond gurih di tengah-tengahnya
bola mata
indahmu

Gigit 3


kamu candu
dalam kulum
cintaku

Gigit 4

jejak rasa disana
adalah janji untuk selalu
setia


Ygy190308

Monday, March 17, 2008

Ampun


ampun. senin ini bagai petir.

setelah minggu daun-daun,
setelah basah segar jiwa rimbun.
senin kini membuat gerah.

ampun. kumencari sang kekasih.
cuma dia yang memeluk,
cuma dia yang meraup,
segala aduh keluh dan kesah.

ampun. malam berderap datang.
menuju fajar nan menantang,
menuju selasa menendang senin ke belakang.
petir itu jadi hujan, gerah lelah yang tumpah.

ampun.
biarkanku rebah
dalam dekap kekasih
istirah.

Sunday, March 16, 2008

Tak Perlu Kau Baca Ini


sebab kau tinggalkan aku

setelah hanya bisa
kucengkeram ujung baju waktumu
dan aku terseret-seret di sengalmu
yang terburu-buru itu

ronta-rontaku percuma
aku takut merenta

terhisap sunyi jurang
yang selalu menelanku
pelan-pelan

jadi kulepas cengkeram itu
teronggok nyeri di jalanan ramai
lalu berdiri
menyeka debu
merapikan perasaanku

kau sudah berlalu
sedihku tak mampu mengejarmu

ketika kedua kaki hati ini bertengkar
kanan ingin berlari
kiri meminta langkah santai

sedang kepalaku berputar
ke arah kau pergi
ke arah kebingaran ini
ke arah jantung sepi

aku memilih terbang
sendiri

Friday, March 14, 2008

Fortis Imaginatio Generat Casum*


dibukakanlah jalan

terang untuk kita
penuh percaya
dan bijak bahagia

dicerahkan arah
tujuan ke mana
dengan gairah
dan cinta setia

diterima pinta
dibimbingnya tenang
damai bergandengan




* imajinasi yang kuat menciptakan peristiwa itu sendiri

Thursday, March 13, 2008

Catat Sendiri


peluk.
jadi begitu musim panasmu.

senang sudah mengacak-acak kebosanan orang
tepat di pusat sakit kepalanya?
tiba-tiba saja mereka merengek minta dianggap ada
karena tak pernah tercantum dalam data jumlah penduduk
(yang kau lihat tergantung di kantor desa
adalah data penduduk tahun 1982).
jelas, orang-orang itu pasti dipuja dan diabadikan namanya hingga jaman ini.
itu pengantarnya, padahal di sini sama saja.
kalo tak percaya besok kita ke desa kakekmu.

hmmhh...bau tubuh yang kurindui juga tas besarmu
yang selain buku, isi lainnya tetap misteri bagiku.
pin kaleng bergambar sapi hitam putih itu.
moooooo, jadi penjaga setia rupanya?.
psst, nanti kita bergosip sambil telanjang ya, ya, yaa....

telingaku sudah mabuk lagu 60-an, garagara impian tua itu.
tua bersamamu juga seru. bermain 'bulan-bintang' di atas ranjang
sambil mengingat film-film kelas dua yang pokoknya
semua tentang lelaki yang tersakiti
dan dikhianati oleh cinta. alamaaaaak.

tthsyii!!! lidahmu kenyal basah, dan tetap saja penuh gairah
meninggalkan kemacetan pada rongga
hidungku yang... tak lagi berasap. mengurangi polusi. ceritanya.
singkirkan pandangan teaterikalmu itu. betul. bukan lagi bibir asbak.
tapi asbak yang belajar jadi bibir. terserah kau lah.
cium lagi.


091007

Potongan Pazel Mencari Tepi


: Dedy Tri Riyadi



/1/
ini bukan cerita tentang bidadari
yang teraniaya belukar nestapa
tapi semata-mata sebuah cara
menambal retak patahan jalan
agar kakinya telanjang mudah melenggang

/2/
di sebuah taman yang selalu malam
matahari hanyalah dongeng sebelum mimpi
dan kuning menjadi lambang kemenangan
sebuah kata bernama: harapan

/3/
lalu hati tergerus karena kata-kata
menderas bagai arus serta beberapa
yang terjun menghantam batu memercik desah
musim yang sembunyikan rahasia waktu

/4/
rumpun lamunmu semakin tinggi
seperti diam-diam menusuk langit
ketika biru segar adalah warna hari
dan gurat awan menandai
nyanyimu nan sepi


* kiriman puisi buat om tukang sepatu (http://toko-sepatu.blogspot.com/)

Jenjang Pandang


dengan wajah terpangku telapak

ia termangu di ambang jendela
matanya yang merah anggur, nanar berlayar
terhembus angin berdebur

antara layang-melayang
ia berharap
kau datang, Gabriel
memberi salam lalu memungut gelisah
yang tergeletak pasrah
di ruang hening penuh cakar-cakar tak sabar
terlalu lama menunggu

setelah hujan
dan tempias air-airnya berkecipak
kaburkan tatapnya

ia takut, Gabriel
gelisah itu telah ia dera sampai tak berdaya
memintanya menahan tangis hingga kau tiba
membawa kasih mesra buat mereka

jadi lekaslah kemari
biar seluruh kesah ini lerai


Yogya, 23 Mar 08

Tuesday, March 11, 2008

Karena aku suka-suka


mengobrak-abrik tumpukan kata

sampai bercecer makna

lalu menatanya lagi
secara tak peduli

terserah bagaimana
kau

mengerti

: Dwi di Petak Tujuh Rastafara


seperti mengemas gaung dari pendar kebiruan

pada dinding-dinding gelap pagi yang masih malu
fajarmu begitu sendu
meski kesegarannya tak pernah henti
seperti hari yang terus berganti
terus belajar menyesuaikan angin
menaburi keremangan nilamu
dengan utas-utas beludru
dari sendiri syahdu

bersama embun aku menetap
sejenak lalu menguap

lesap

* membalas puisi Fajar Nila (http://petak-tujuh.blogspot.com/) yang diposting di buma

Monday, March 10, 2008

Sukacita


: sebab engkau layak



senyum membentang itu jalan
membuka menuju tawa
lega

lengan terentang ini kebanggaan
merengkuh jerih payah
haru

RE : Nyepi: Silence & Demons*


jelaga sunyi yang seperti mati

nun duniawi

yang pada terang berdandan
begitu anggun terbungkus cahaya harapan
dan lezatnya kenikmatan

sesaat
kaki jadi belenggu
kata tidur suri

hening berdiam
di dalam sepi
kegelapan

mereka bukan setan
tapi diri
yang seperti padam

sesiangmalaman


*membalas puisi melancholic whore (http://daniellebelle.blogspot.com)
yang diposting di milis Apsas & Buma*

One Crazy Morning At The Gym

When Jackie said:
So why are these women in the locker room
all watching this porno on a hp?

Even my aerobics instructor!

I'm laughing my ass off.

Setia Genggam


kadangkala kita tersengal di bukit berbatu

cadas-cadas tajam lukai kakimu
kakiku, hingga darah kita menyerapah
jengah marah

terik bakar kerongkongmu
peluh kerumuni ubunku

tapi sabar ndatangkan hujan
mereka bilas harapan
luruhkan dahaga
bawa tapak kita menjejak tanah subur
gembur doa-doa

kau hirup udara bahagia
aku dendang riang tralala

akhirnya tiba kita di hampar sahaja
buah-buah segar penuhi keranjangmu
keranjangku, sampai hati kita mekar
bersuka cita

kupeluk kau dekapku

Gadis Inqilabi


: Hosseini


senyummu bibit apel
yang kan tumbuh menjadi kecut
menggiurkan dengan latar
sejarah tua dosa asal

burqamu lampu kota
membungkus derita di dalamnya
yang mengintip dari penjara kasa

di jalan berlapis batu
berpagar pepohonan pinus wangi
kebahagiaan begitu semu
seperti peluru menuju ribuan matahari

Mar 4 2008


When Kids Write To God


I do not know who first posted or created
or compiled these and put them on the internet.
I just love them so much.

When kids write to God
you'll read =



www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net
www.FunAndFunOnly.net

Sunday, March 9, 2008

Pada Juntai Temali


pada juntai temali sepatu itu aku tergugu

oleh jelujur jejaknya yang terseret di jalan berpasir
jauh ke masa dulu

membuatku terpaksa menyayat kayanganmu
dengan lagu-lagu sendu komposisi gelap
malam-malam lalu

ketika itu kau terbahak
aku tergelak
dan kita berlari telanjang kaki
kaki kanak-kanak ini

ketika dunia hanya seluas jangkau mata
sedang sisanya ada di bibir berklobot
embah wiryo yang nembang sambil tiduran bale-bale
waktu bulan meremang di pepucukan bambu

dan obor menyala-nyala

seperti mata kita

yang beradu jangkrik
sambil berhayal seperti apa rasanya
punya sepatu
buat membuntel kaki korengmu
juga bekas kadas di atas tumitku

pada juntai temali sepatu itu aku tertegun
oleh garis-garis waktu yang menyeret ingatanku
dari jalanan aspal hingga batu-batu


*sepulang dari toko sepatunya om deddy tr

Thursday, March 6, 2008

Aku Heran


Kenapa?


?
?
?

Ke
na
pa
!!!

Tuesday, March 4, 2008

Jauh


seperti di bui

aku ingin berlari
kepadamu

sebab di sini hanya tubuhku
jiwa pikirku
semua di situ

Seperti halnya deritamu


lelah akan cerita

tentang bar
bau alkohol
atau dentum lantai dansa

sakit kepala di pagi sesudahnya
sama memualkan
dengan mengenangkan
bibir siapa yang telah kau cium
sembarangan
tadi malam

sendawamu tak berharga
tlah kubuang jauh ke rongga bulan
yang terapung di lautan kelam

karena ini bukan
balada gembira
orang-orang menyedihkan
yang memahitkan kenyataan

Burlesque Show?


oh no

it's the rapid eye movement
of being hurt or so

please be quiet

soon it will spurt

into a heart of polio

then give the hypo

before too far they go
before too deep its hollow


Yogyes08

Monday, March 3, 2008

Diam Mendongak Ke Angkasa Biru


pun seluruh jiwa dan tubuhku membungkuk

sedalam-dalamnya
buat syukur

segala kasih bijak mu
anugerah ku


*peluk*

Nema


Jangan tinggalkan aku. Langkah kakimu seperti keriut bambu. Dalam goa sempit ini aku tertidur dan terbangun, begitu seterusnya. Tiap kali kau datang terengah setelah mendaki tangga hari, lelumutan di dinding jiwaku berkilau-kilau biru. "Aku rindu hujan", seruku. "Kubawakan gerimis" jawabmu sambil menyodorkan kesegaran nikmat yang selalu kuidamkan. Lalu kita membentangkan kenyataan, dan seringkali kau taburi bunga-bunga mimpi. Itu membuatku tak takut lagi gelap jaman karena katamu halilintar selalu menyuburkan tanah harapan dan mimpi-mimpi mekar bisa dipetik menjadi kenyataan. Lihat, aku siap pergi setiap saat menyongsong matahari. Tapi sayapmu belum selesai, kadang-kadang mereka bersinar teramat terang membuatku melonjak kegirangan, tetapi sesekali percik cahayanya laksana batu menjatuhi mataku. Dan kau segera meminta maaf seluas malam, mengungkungku dalam dingin diam hingga pagi datang. Coba dengar, air yang terjun dari akar kokoh langitku ini persembahan buatmu, memanggilmu untuk selalu pulang padaku.


*dari Selarong, 020308*