Thursday, February 28, 2008

Word Of The Day


jad-ed [jey-did]


--adjective--

Definition: bla bla blaabla bla bla
bla bla bla blaaa blabla : a jaded bla blabla
blablabla bla bla bla bla bla bbla

Wednesday, February 27, 2008

Psychobabble Dreams


: UHK

pemimpi bermimpi impiannya diimpikan pemimpi lain lagi
mimpi mimpi dalam gelembung cahaya kecil besar melembung keluar
dari kolam pikiran, seperti mendidih,
bola udara sarat makna melayang
melayang terbang ke permukaan
membawa mimpi
mimpi
tarr !
ada yang pecah
terburai menjadi entah
mungkin hawa gundah

kau bilang aku pemimpi
tapi aku tak sendiri


14June07

Orang-orang Yang Pergi


Pesanmu kuterima ketika terdengar suara pesawat
menderu di atas ruangku.
Sewaktu menoleh spontan, di luar jendela yang kulihat hanya hujan.

Kembali ke layar kata, kubaca bahwa ayahmu telah tiada.
Kuulang baris-barisnya, lalu menerawang lagi ke luar jendela.

Seperti memastikan bahwa hujan dan berita kematian
adalah kebetulan yang terjadi bersamaan.

Tiba-tiba aku merasa kau menjelma kanak-kanakku,
berdiri mematung di ujung peti jasad ayahku,
tak tahu apakah ini rasa sedih atau bingung.

Aku tak bertanya-tanya kenapa dan bagaimana kemudian.
Yang kuingat hanya saat itu udara terasa berat
menyiksa hening yang lewat.

Juga wajah-wajah, salaman, pelukan, ucapan-ucapan,
senyum yang dipaksakan, tatap tak terjemahkan,
pandangan iba memelas yang asing.

Bunga-bunga berdatangan siap ditaburkan,
semacam duka untuk diluruhkan.

Waktu itu aku tak menangis sebab takut ayah terbangun
dari tidurnya yang nyaman.

Aku tahu dari baris-baris tulisanmu kau sudah baik-baik saja
dan tak sudi berpanjang kata padaku
tentang duka yang tak kupahami.

Namun aku mau kau tahu, aku peduli tentang orang-orang yang pergi.
Yang tak bisa lagi kita dekap hangat tubuhnya dan tak akan datang lagi.

Tiba-tiba telepon berdering, membuatku sepintas melihat kabut tebal
mengaburkan kaca jendela. Bukan suaramu tentu saja,
kita toh tak pernah berjumpa selain lewat kata.

Pesanmu kubalas sesudahnya. Melanjutkan percakapan riang kita tentang kota-kota.
Kudengar di luar hujan semakin deras saja. Kali ini disertai guntur menggetarkan kaca-kaca.

Yogya 260208

Tuesday, February 26, 2008

Perkusi


mendung mengurung

awan melirik waktu
dua belas teng tengah hari

nah, mulailah

tes tes
tik tik
tus tus
bress bress
ces ces
tung tung
tok tok
tis tis

hujan siang siang
perkusi alam
hadiah awan
untuk semua di sini
di daun di genting di tanah
di kaca di aspal di kali
di mana saja

tes tes
tik tik
tus tus
bress bress
ces ces
tung tung
tok tok
tis tis

mainkan terus perkusimu
tus tus...

jangan berhenti
sampai puas musikmu

bress bress

lagi (!)

Jog 6 Des 2006

*Puisi-Novel* 'Le Petit Prince'


terlalu banyak pohon baobabnya

hingga melihat jeli menjadi sulit
bagi kami yang terlempar dari asteroid

lalu didera oleh Sahara
menerima bahwa yang buatnya cantik mempesona
adalah karena ia sembunyikan sumur-sumurnya

sambil kami cari jalan pulang rumah
berpegang pada petuah rubah
agar tak tersesat pada keabadian entah


Ygy, 30 April 07


*) adalah puisi balasan untuk om Henry C Widjaja yang menulis untuk membalas puisiku 'Yang Maha' di milis bungamatahari. Judul puisi ini ditulis oleh om HCW.

Monday, February 25, 2008

Tuan Domba Berserigala


Tiba-tiba saja Tuan terlihat sedang berdiri
di antara kawanan serigala dan domba

dan Tuan yang memang mirip keduanya
bebas menyelinap kemana Tuan suka.


Tuan adalah domba cemerlang di padang-padang gersang.
Tuan mengagumkan dengan bulu-bulu pengetahuan
yang lebat penuh serat
dan dalam bimbingan Tuan
kawanan Tuan tumbuh menjadi kuat

sehat berisi nyaris tak tertandingi.

Tuan memimpin kawanan dengan gagah berani
menjelajah negeri-negeri, mengenali rerumputan itu ini,
membagi wawasan Tuan pada domba-domba tua muda
yang selalu terkesima memandang Tuan.

Tetapi pada hari-hari sepi,
ketika kawanan Tuan terlena di siang terik atau malam temaram,
mencari naungan bacaan, mereguk air di sungai-sungai pikiran
menikmati lezat rerumputan kata-kata,

Tuan melanglang ke wilayah liar,
menjelma serigala masih dengan bulu domba.
Taring-taring Tuan pongah jumawa, wol-wol Tuan berkilauan
ditimpa cahaya
matahari yang kebingungan siapa sebenarnya Tuan.

Di padang-padang kembara
Tuan menerkam domba-domba muda
dengan kesantunan dan kemolekan tata cara yang tak mereka duga.
Gigi-gigi Tuan menikam, merobek tubuh segar mereka,
menyantap dengan lahap, memuaskan keganasan
dan merasa diri Tuan begitu perkasa.

Sesudahnya Tuan pulang sambil berubah perlahan
menuju kawanan Tuan, penuh wibawa,
kembali menjadi domba bijaksana,

menyembunyikan taring Tuan, memimpin kawanan Tuan,

menghasilkan wol-wol berharga dan daging-daging kuat
serta susu segar yang melimpah dari mereka.

Tetapi ketahuilah Tuan,
langit mencatat perbuatan Tuan.
Amarahnya menggulung-gulung sampai tak mampu tertampung
dan meluap tumpah menjatuhi hamparan sejarah Tuan
sebagai tangisan hujan sekaligus peringatan akan kemunafikan Tuan.

240208

: Ney *


mau menulis apa saja

meski tinta jiwa ngadat menyebalkan

karena gelambir tirai-tirai tawa
di setiap jendelanya

membuat sejuk
seperti selalu ada angin segar masuk

dan bukankah gelap itu hanya jika kau tak ada?

selalu kan cahaya semesta yang muncul di sana
bersinar dari datangmu lewat nganga pintu-pintu itu

tiap kali kulewat halamanmu
selalu harum perdu-perdu baru

yang ramah menyapa
dari pekarangan gelap

yang seperti senyap
tapi penuh warna

di dinding-dinding
dalamnya


*membalas puisi ney (http://www.malamkemarau.blogspot.com) di bungamatahari

New Kids On The Blog


sebelumnya
aku tak pernah tinggal
di sini

hampir semua tetanggaku narsis

membuatku semakin egois

tapi
semua bisa
berkunjung kapan saja

semua bisa
teriak
sesukanya

aku juga

di sini
wajahmu tak diminta
tak dicerca
tak penting rupanya

hanya kata
dan kesan yang muncul dari tampilannya
tampilan rumah dan pikiran penghuninya

ke rumah-rumah tetangga tertentu
aku suka berkunjung
sewaktu-waktu

tanpa mereka tahu
tanpa meninggalkan jejakku
di situ


bungamatahari-negeriajaib, 22 feb 08

Friday, February 22, 2008

Dominus Tecum Benedicta Tu


Sancta Maria


ora pro nobis
nobis pecatoribus
nunc et in hora
in hora mortis nostrae

amen


*thanks to Franz Schubert for making my favourite lines be beautifully heard*

Dalam Bioskop

: evolyenoh

kusandarkan kepala ke lenganmu
tahukah kamu betapa ragajiwaku
nikmat tersengat
tiap kali
tiba-tiba kau mengecupku

di tengah jalan cerita

dan belaian pelan di punggung
usapan di lengan
bibir lembutmu di telingaku
nafas hangat yang teratur
melayangkanku

ketika layar lebar menampilkan
adegan romantik
dengan alunan musik

aku merapat padamu
dalam gelap

aku berharap

andai hidup kita
punya soundtrack untuk setiap
adegannya

kamu mendengarnya
lalu mendekapku lebih erat
dan tertawa


sesudah amplas 220208

Thursday, February 21, 2008

Puff ...


puff...

bebaskan aku dari angkara ini
kutiupkan asap ke wajahmu
kuhormati kau dengan kepulku

puff...
semoga Roh Agung menjaga kita
dalam perdamaian senantiasa

puff...
letakkan panah racunmu
juga tomahawkmu

duduklah tenang di sini
dan puff...
bersamaku


Yogya31Okt2007

Wednesday, February 20, 2008

Karena Hangat Sederhanamu


gunung es

yang leleh itu
aku

Mayapada Padamaya


pssst, ada rahasia di belakang perkamen langit biru muda

yang ternyata jika sedang tanpa polesan atmosfir, rautnya berwarna merah tua.

aku tak sengaja melihatnya, ketika tirai hari itu terkibas angin ceroboh yang menggelitik pohon-pohon sycamore hingga daunnya tergelak berguguran.

ceritanya tentang pintu-pintu sakral bahasa yang kehilangan penjaga masa-masa sunyi. kabarnya mereka sangat sembrono sehingga huruf berpesta pora dan silabel melarikan diri sesuka hatinya lalu tak mau pulang karena terlena di jeda cerita bagai rahib tertidur di lereng berumput lalu bermimpi mencari daun pakis tapi terjerembab ke daerah berpaya dan tenggelam di sana selama-lamanya.

maka masygullah tuan-tuan tata bahasa yang tersayat gulana lewat bilah-bilah sepi. ahli nujum mereka berusaha meramu bunyi-bunyi, menjadikannya berarti, memberinya tanda-tanda, memotongnya, mengolahnya, mencampurkannya, menghiasnya seperti rangka bunga kata dalam jambangan gema.

kadangkala mereka bergumpal-gumpal, jalin-menjalin rumit tak terurai. lain waktu lagi berupa debu-debu sihir berkilauan dan memabukkan. ada pula yang berair sayu, panjang terputus-putus turun terus menerus seperti jeruji basah yang tak tertembus dan membuat hatimu meronta terhuyung seperti tersesat dalam rimba kepayang rasa antara indah sekaligus muram durja.

psst, tapi di malam hari, mereka melompat ke dalam mimpimu dan meninggalkan lukisan enigma yang seringkali kau sendiri tak pernah memahaminya.


yogya hujan sore-sore, 21 Feb 08

ke r o pe n g


raung


ini

tlah

meledak

ter

bu

rai

dalam

ruang

diam

jauh

di

dasar

geram

jadi

kau

tak

perlu

pe

du

li

Tuesday, February 19, 2008

Kota Mawar Merah


Untuk Senin

tersesatlah disini,
mataharinya menggagahi kulitkulit imitasi. ditengahtengahnya kau menerabas benalu jauh ke pedalaman belantara birokrasi, ditingkahi siulan sumbang telepon di dahandahan ruang sambil menatap wajahwajah datar membosankan yang anehnya tak pernah bosan melalui hari sama seperti ini selama beriburibu purnama.

keindahan terabadikan dalam kotak kertas diatas meja. diantara abu rokok, disamping vas dengan bunga palsu serta gelas plastik tergeletak miring membasahi ujung keindahan itu. dari dinding bisu, kalender waktu menatap beku warna merah menggiurkan bunga mawar di dalam kotak kertas yang menantangmu bermimpi. mimpi penuh arti bagi sekedar sebuah hari, yang bukan sabtu atau rabu.

tersesatlah disini,
bersama puisipuisi rutin yang kian kini kian padat melapisi cahayanya langit pagi, menampilkan mendung dan gigil penuh misteri bagi anakanak detik yang berderap maju menyeret usiamu

Jgj130807

Mendawai Hujan


mendawai hujan di serambi matamu
nyanyi ini pelangi janji
pada musim yang kau namai semi

Yogya, 280807

Fajar

adalah madu dan nektar bagi orang-orang pagi yang berkelakar tentang canda malam yang gelitiknya mendinginkan tawa di ranjang lapuk ketika serapah menjadi desah tubuh yang lunglai memapah hari menunggunya berganti sementara impiannya menyala sebagai api hangat di perapian rumah hidupnya dan keluar melalui dengkur cerobong asap hidungnya


Monday, February 18, 2008

*Puisi-Novel* The Kite Runner


kau dan aku sama-sama tak punya Ibu
tapi Baba lebih mencintaimu daripadaku
Hazara, ia mencintaimu lebih daripadaku

cemburu ini cinta
cemburu ini benci
yang kusesali jauh di dalam hati
kenapa hidup mesti jadi misteri

Hasan oh Hasan
Wazir Akbar Khan kini tinggal mimpi
bayang kanak-kanak kita berkejaran
kau dan aku, Amir yang dirundung sepi

andai tahu dari darah yang sama kita dilahirkan
aku takkan terus dihantui pengkhianatan
racun yang kubuat lalu kuminum sendiri
yang pahitnya tak hilang sampai hari ini

layang-layang yang mesti kukejar itu
kau


Ygy 8 Jun 07
----------------------------------------------
The Kite Runner adalah novel karya Khaled Hosseini (2003)
Baba: Ayah
Hazara: nama salah satu suku di Afghanistan
Wazir Akbar Khan: nama distrik di wilayah Kabul Afghanistan

Ia Sendiri


menenggak malam

dari berbotol sepi

mabuk
ribut bersendawa igauan mimpi

di pagi hari
muntahan kata berserak

masih bau sepi


Yog, 15 Feb 08

Selayang Tembang


jemari di atas piano tua, bunyikan nada-nada. seperti bintang berpendar dari kedalaman langit. mula-mula kabur, lalu membenderang, semakin terang. lagu itu mengambang di telinga kenangan. begitu sulit digambarkan, tapi renyah, ringan dilantunkan.


hidup yang datang bagai hujan turun dari awan.
hidup yang menghembus bagai embun pergi pagi-pagi sekali.


seperti ratu jelita duduk di tahta pualam menatap rakyatnya tajam, semesta ini rumah luas nun terus mengembang. jasad kita hanya debu di galaksi yang maha kecil. meski nyawa seringan bulu tapi jiwa pancarkan warna yang tak bisa ditiru satu dengan lainnya.

ada yang lahir dalam gemerlap legenda gemintang
ada yang mati mengerjap pelan begitu saja hilang

begitu pula tembang. mengiang-ngiang di teduh pikiran. mengambang tenang sampai jemari terangkat tak lagi berbunyi, pulangkan kita pada sunyi di atas bumi.


Friday, February 15, 2008

di kapel kecil

1/

mata kita beradu

kata-kata pejam
jadi doa diam

lalu lagu
memagari sunyi

kembara semadhi


/2/

tubuhmu merapat
nikmati hening

dan gerak lilin
di altar

tuhan sertamu

dan sertamu juga


/3/


ketika kugenggam tanganmu
kau berbisik di telingaku

aku cinta padamu


Thursday, February 14, 2008

Histeria Cinta


bawaku kembali ke Roma
269 A.D.

cari Claudius si kejam
beri dia permen, bunga, cokelat

sebagai hadiah

anggap saja percik darah
untuk kesuburan bagi perempuan-perempuan romawi muda
pada festival Lupercalia

sesudah itu
oh santa kekasih

ceritakan padaku
tentang Zeus dan Hera
juga hieros gamos mereka

karena kalender Athenian kunoku
telah tiba di bulan Gamelion

Wednesday, February 13, 2008

Aku Punya Ibu


aku punya ibu

yang sosoknya berbeda denganku
yang sangat pendiam dan selalu mendengarkan aku mengadu

tapi kuberitahu kamu
kedua matanya sungguh tak sama
yang satu penuh pancaran cinta tiada habis-habisnya
yang satu penuh duka bagai memanggul beban dunia

aku punya ibu
yang mengajariku menaburkan kasih sayang
yang merawat kebaikan tanpa bosan

tapi kuberitahu kamu
di malam-malam sepi ia tak pernah tahu
aku sering mendengarnya menangis
sampai mengiris-iris hatiku

tapi kuberitahu kamu
setiap hari aku tahu
ia merindukan ayahku
yang pergi ketika aku kecil dulu
yang sosoknya mirip denganku

aku punya ibu
yang tercantik yang memberi nyawaku
yang darahnya mengalir di jantungku

tapi kuberitahu kamu
ia telah pergi empatbelastahun yang lalu
menyusul ayahku

membuatku sering menangis
karena rindu
atau ingin mengadu

Puisi


bagai dunia astral
kegelapan di tepi desa kecil dihuni larik lentera
ada isak di sudut-sudut pohon malam
yang ketika siang cuma bisa temukan sosok
nenek sihir yang menabrak tepi jembatan bambu
pelita-pelita redup di ambang jendela gubug
bau hutan tropis, belukar, lautan dedaunan

ada saat dimana segalanya
sesak tak dapat dicerna
kosong saking penuhnya

apalagi

jika hujan jiwamu merasa begitu muram
jauh tersesat di belantaranya lumut ingatan

tapi pada kerut kerumitan waktu
bentuk-bentuk sederhana menjelma
menjadi dirimu

yang bersinar
yang bercerita

tentang apa saja

Tuesday, February 12, 2008

Rhapsody

: kemana angin bertiup

lahirlah ia selayak putik-putik cantik
pada halaman kosmik

dikasihi hujan
dinaungi langit
disayangi malam
dibuai bulan

tapi badai datang tanpa peringatan
yang katanya sudah suratan alam

tumbuhlah ia tercabik-cabik harus di panen
meski belum musim petik

disambar petir
dilahap banjir
dikurung salju
diranggas mentari

tapi nyanyi peri-peri baik hati menyelamatkannya
kembali ke surga bumi

mekarlah ia
warna-warni pesona sejarahnya

kokoh perkasa
dari akar hingga pucuk-pucuk daunnya

Monday, February 11, 2008

Tumis Tauge Ikan Asin


tergerus aroma tumis tauge ikan asin
dibebat jarik lusuh motif batik cipratan sambal
bersilat tangan cekatan menjadi panglima diantara
bawang, ketumbar, serai, daun jeruk, terasi aih ya, terasi
di panggung tungku tungku berlatar belakang asap jelaga dan tumpukan kayu.
berseru ya, ya, silahkan, tanpa protes dan ketakutan
pada hiruk pikuk zaman yang menggila.

pementasan harianmu mak,
abadi di keropos denyut-denyut otak,
tak berkarat kilaumu diantara sampah kepala
rindu aku bersimpuh di kakimu yg berlumur debu debu surgawi

pulang aku mak,
ijinkan aku pulang pada kekekalan
dan meringkuk nyaman di rahimmu tanpa harus kau lahirkan
kembali, menjadi bagian kecil dari sederhana ksatriamu sama dengan anugerah ilahi tak tergambarkan.

lalu mulailah menembangiku legenda kuda-kuda bersayap di negeri asalmu.


yogya, 18 okt 2006

Lantai Satu Pelangi Pintu Utara


catatan yang kubawa pulang adalah baris-baris tawa dan ingatan wajah-wajah sumringah

diantara bau donat harum, kursi-kursi yang terus bergeser, bising musik yang nyaris tak terdengar dan hujan jatuh di luar bening kaca besar tempat punggung sebagian kami tersandar.
sekitar empat jam pelangi itu benar-benar terwarnai secara natural hingga guntur di luar selesai menggelegar dan tak dinyana kota yang biasanya terasa sesak dan gerah bagi kepalaku menjadi begitu segar dan ramah. ah, pasti karena bunga-bunga yang kujumpa telah mengharumkannya dengan canda pada sebilah hariku yang menjadi begitu berarti karenanya. terima kasih, terima kasih.

*mengenang pertemuan dengan teman2 buma di Pelangi*

Wednesday, February 6, 2008

Djakarta To Go


Meet me at the rainbow

And let the tales flow

You're the knight with arrow
I'm the fairy with bow

Hail big city!
Let this be part of my history

Feb 6, 2008

Dari Negeri Ajaib


putri sirkusku,
tolong cari peter. ia bertanggung jawab menyelesaikan ceritanya. aku memburunya ke kolong ranjang, ke jok kendaraan, ke dalam sepatu, ke balik kelopak bunga, ke kandang macan, ke air kubangan, ke kediaman primavega.

aku musti menebus janjiku. tapi peter keburu hilang. ia membawa penjelasan manuskrip yang harus kupelajari untuk mencari jalan menuju bulu angsa yang menungguku di jendela telaga maya.

tolong jangan memaksaku menerima bahwa kita adalah kristal mimpi sang permaisuri yang ingin mati muda karena takut tak cantik lagi ketika tua. aku tak mau menjadi balerina diantara mereka yang buruk rupa dan asyik bercengkerama di istana boneka.

putri sirkusku,
bawa serulingmu dan suruh angin meniupnya, panggil semua burung unta dan katak-katak yang paling berwibawa, lalu bernyanyilah bersama dalam satu suara. tidak lupa undang om henry wijaya, barangkali peter bersembunyi dalam salah satu gambarnya.

Ygy, 221106
**dedicated to bulu angsa, primavega & om henry**

Kerjap


ini tentang


perempuan bertopeng
jubahnya beludru biru melaju
menembus pekat hutan di atas kudanya berderap
pada malam gelap

menyongsong matahari

kastil kokoh tertinggal di jauh belakang
kaku dan membosankan
temboknya berlumut
menutupi batu-batu merah

menjadi sejarah

Tuesday, February 5, 2008

Kebetulan Maya


belantara wawasan keberapa
mungkin disini aku pernah berada
pemandangannya transmigrasi jiwa jiwa
evolusi manusia ke milenium berikutnya
upacara pengaburan tanda di angkasa peristiwa
dan hutan makna.

ini pelarianku.
celestine, apakah ini kebetulan bahwa kamu adalah
perempuan berwajah tampan?
medan energimu memaksaku melihat takdir
yang menghadapinya saja aku enggan.

genderang itu terdengar lagi, menggema vibrasinya sempurna
aku menuju ke sana, ke shambhala.
lantas menghilang di rahasia wawasan maya sesudahnya

Jogj, 27 Nov 2006

Hadiah Untukku Di Hari Sabtu

Malam adalah sebuah
danau di kabut biru

Aku seorang nelayan
pada perahu layar yang sedang tidur
memancing mimpi


Ygy, 25 Nov 2006

*kuterjemahkan dari versi bahasa inggris sebuah puisi yang aslinya berbahasa Korea. penulisnya hanya kutahu inisial namanya: dmk*

Hari Berikutnya


seharusnya ini hujan musim panas

tapi jendela yang dibuka tadi menghujamkan dingin
datang menabrak laksana dinding
menghembus ke
cita-cita bergelantungan
pada kamar-kamar tua di seluruh bangunan
gelak tawa mahasiswi bergema di lorong
yang biasanya sunyi
menemani gigil buku-buku lama
dalam perpustakaan lengang

aku masih bermimpi
tentang pesta semalam di taman
dan ketika pagi hari
meja-meja juga bangku-bangku di situ
terkubur salju


*remembering New York after new year*

Monday, February 4, 2008

Pada Mega Pot Cita-cita


pada hari kematian sang mantan presiden itu Jenna mengirimkan peringatan. tentang posisi bintang-bintang dan empatpuluhsatu hari transisi yang menimbulkan sensasi aneh bawah sadar nan sulit dijelaskan katanya. ia cuma perlu perhitungan astrologi yang penuh. segeralah cepat-cepat ia singkirkan ke keranjang pikiran tak penting yang bisa kapan-kapan ia tengok jika berkenan.

kembali pun ke derap hari yang menggenjotnya laksana ia sekarung peristiwa dalam tubuh manusia biasa. di sela-sela derunya ada asmara yang mencetakkan huruf-demi huruf mimpi cerita tentang si belanda hitam di balik notulensi majelis guru besar, tentang kebijakan sekolah gajah dan kesan-kesan yang dapat direnungkan setelah tujuh bulan perjalanan.

jika memang ia punya teman di mars, maka malam yang jatuh di matanya bukanlah sia-sia belaka karena dalam gelap kecewa masih ada kejora gelombang cinta yang ditanamnya pada mega pot cita-cita. semoga didengarkan permintaannya. semoga.


Jog, 30 Jan 08

Oranye


perca-perca cerita di bawah sinarmu

dan bangku yang sendiri
menghadap danau
sepi

sepi sekali


Ygy, 1 Feb 08

Sembilan Goblin Kecil



: ilalang angan

Ke pagar papan tinggi memanjatlah mereka
Sembilan Goblin kecil bermata hijau kaca
Sembilan Goblin kecil tak berakal mereka
tak tahu yang mana kue pastel dingin
yang mana tembaga;

Maka ke atas pagar itu memanjatlah mereka, dan duduk--
Maka kutanya mereka apa yang mereka lihat
Dan yang pertama berkata sambil menggaruk kepalanya
dengan tangan kecil ganjil melewati telinganya
dan menikamkan cakar di rambut merahnya
"Untuk inilah lengan kecil ini ada!"

Dan dia menggaruk dan menatap, dan satunya lagi bicara,

"Bagaimana bisa kamu menggaruk kepalamu?"
Dan dia tertawa seperti derit engsel karatan
tertawa dan tertawa sampai wajahnya menghitam;
dan ketika ia berhenti, dengan kenyutan pada ujung
tawanya yang tercekik, ia menepuk punggungnya
dengan kepal di ujung ekornya

sampai nafas datang lagi ke bibir pucatnya

Dan Goblin kecil yang ke tiga mengerling kepadaku
dan ia tak punya kelopak mata sama sekali
dan ia mematuk satu matanya lalu berkata, kata dia padaku
"Apa gaya kaos kakimu di musim gugur ini?"
Dan ia menepukkan tumitnya--dan aku berdesah melihat itu
karena tangannya berada di tempat yang seharusnya kaki

Lalu Goblin muka lebar, kelabu dan cemberut,
menganggukan kepala, dan kulihat merosotlah
alis matanya saat kutatap
dan pindah ke atas bibirnya
Dan ia mengerang penuh penyesalan
"Seandainya---Ah, seandainya kupunya alis lagi!"

Dan Goblin itu, semua mereka
mengguncang pagar ke depan ke belakang
dan bergandengan tangan, berkaitan,
menyanyikan lagu yang biasa mereka senandungkan
lagu-lagu yang tetua mereka nyanyikan
pada hari-hari goo-goo di lidah Goblin terkenang

Dan semua mata hijau kaca mereka
terpancang padaku dengan pandang membatu
Hingga tatapku sendiri berkaca, takut tiada terkira,
Dan topiku meletup di atas jingkrak rambutku
dan kurasa jantung di dadaku berdegup
seperti suara tutup kotak tembakau

Dan mereka bernyanyi "Kamu tertidur!
Tak ada pagar papan, dan tak pernah ada Goblin
bermata hijau kaca!"--
"Ini hanya temuan bayang-bayang pikiran
sehabis menyantap pastel dingin untuk makan malam,--
dan kamu dihukum bermimpi seperti ini," kata mereka,--
"Dan kamu takkan bangun sampai buah premmu yang bersih mati!"

-----------------------------------------

Yogya, 5 Okt 07

*Kuterjemahkan dari The Nine Little Goblins karya James Whitcome Riley

Ketika Lampu-lampu Telah Padam

: taub bitah


tongkol jagung di piring seng
beralas tikar bermotif hieroglyph

bara arang
pada anglo kemerahan

obrolan mengendap
di basah rerumputan

alun-alun temaram
nina bobok sekaten

selamat lelap
malam


Jogja, tentu saja.

Friday, February 1, 2008

Dua Kematian Dalam Pelukan


layang layang terbang seperti hujan tak berkesudahan dari rambutmu
menggiringku ke hari petang di atas danau garam
berwarna biru begitu rapuh tak mampu menampung apapun
selain tipis lapisan pasir kisah kisah pedih
yang dipilih sendiri oleh angin kenangan

dua kematian dalam pelukan mengajarmu betapa nyawa melayang
semudah anak kecil melompat riang begitu saja keluar halaman
tanpa sempat berpamitan pada jam kaku yang menatap pilu
dari mata waktu karena ia kekal seabadi kedip bintang
manakala kau sendirian di hampar malam

ada yang menangis diam diam di dalam selimut ingatan
ketika kau memilih mematahkan sayap
dan menjejak awan dengan dua kaki harapan yang kau punya

Yyg 4 Aprl 07

Apa Kau Bahagia Sekarang, Sayang?


aku terjepit

tapi kamu mencekik

aku mencari celah
tapi kamu tembok

aku marah gemetar
kamu sangat lapar

aku menjerit-jerit
di jiwaku padang pasir
kering tak terkendali

apa kau bahagia sekarang
sayang?

Tidak Gentar


: Edward Tulane*

kelana. di dasar laut air hitam sehitam malam.
laut itu jiwa, di kedalamannya kita tenggelam
serukan nyanyi parau, begitu jauh, gersang.

lalu mimpi, bermimpilah sampai mati, menapaki daratan maya
meratap di bayang bayang senja, berharap aroma roti panggang
bau kayu manis, cengkeh serta gula adalah uap nyata
dari jendela jendela kota di buku buku cerita.

bintang bintang mengejek. ya, bahwa kita sendiri di bawah sini
sementara mereka di atas sana di rasi rasinya, bersama.
akhirnya ketika matahari tiba, angkasa menerang,
bentuk bentuk bermunculan
kemudian wajah wajah dengan mata elang
melayang layang di udara memandang kita hina
tak ubahnya boneka kaca, tergilas kehidupan,
pecah berantakan, jadi debu jalanan.

kita hanya harus mengarungi kegelapan pekat
dan tidak gentar karenanya. tak usah mengejang
sebab tak ada legenda yang berakhir bahagia tanpa cinta. coba saja


28 Mar 2007


*yang berpetualang dari Egypt Street ke dasar laut ke jala nelayan ke puncak gunung sampah ke dekat api unggun gelandangan ke tempat tidur gadis kecil yang sakit keras, ke jalanan kota Memphis untuk belajar menyayangi, kehilangan dan menyayangi lagi sampai menemukan jalan pulang.
--Dari karya Kate Di Camillo--

Aku Mau Kau


aku mau kau mencumbuku

ketika layar hari kita memburam
penuh guratan dan nyaris padam

mengeranglah di telingaku
panggil namaku
sampai ke dasar dada

seperti kau rindui aku
berabad-abad lamanya