Friday, November 30, 2007

Dua November


sudah padam perapian sejak seribu tahun lalu
Druids sendiri kehabisan kurban bakaran
lantas berkelana ke akhir musim panas
dan kakikakinya terjerat rahasia alam raya

pohon oak berubah jadi kayu lapuk
menua dimakan rayap kenangan
akan hening dua yang hilang dariku
menjeritjerit segala ketakutan sekuatkuatnya
sekuatkuatnya dalam diam
dan gigi yang menggeram

semua dikorbankan
segera setelah engkau memanggil aku
tapi jangan kau tolak jiwa yang
kubersimpuh untukmu demi pengampunan

menunggu aku misteri dari peristiwa cahaya

dentang hati waspada bertalutalu
ketika keabadian meleleh
dari jarumjarum waktu
dua november ya Tuhanku
jiwajiwa di nafas yang tercekat ini
menampar sepi

sepi ...


Yogya, 2 November 2006

Magdala


dua jalan, deret rumah, sinagoga

sejarah yang lelah

entah bau harum dari alabastron
atau denting kinnor
memabukkanku

di atas gunung Arbel
kubelai masa lalu
dengan ragu-ragu


akhir November 2007

Wednesday, November 28, 2007

Ia Menggambar Kota


: sang ilmuwan


Ia menggambar kota di dadaku. Bangunan beragam,
jalan, kemacetan,
tiang-tiang kaku, lampu taman,
sampah, papan reklame dan lorong
bawah tanah.
Aku dimintanya membubuhi udara, bunga, angin

dan burung-burung.


Tanganku gemetar, hanya bisa melukis hujan.
Ia mesti bersabar.
Degupku membungkus kota itu
dalam dingin tak berkesudahan.
Lalu ia memelukku,
dan matahari menyembul dari ujung pelabuhan kota itu.

Menjadi terang, hangat dan terasa aman.


Tatkala ia lelap tertidur di dalam pikiranku,
gambar kotanya mengabur,

terselimuti kabut, nyaris tak berdenyut,
tertelan waktu yang mendengkur.


2 November 2007

Splash!


: black-redwing



ini lautan awan atau darah
bergumpal-gumpal
bergulung-gulung
berbentuk-bentuk
menggemuruh seram jauh

splash!

cipratan itu menjelma bayang-bayang
sosok tak tergambarkan, wujud tak terkatakan
dan apa di sana ada semacam tumpah cahaya
mata yang membuka perlahan, silau terang,
dari kelopak yang segelap malam

splash!

langsung terjebak
di gelora lukisanmu
meski usai terpejam
guruhnya tetap tinggal
di genderang telinga pikiranku


Yogya, pagi 28 Nov 2007

Tuesday, November 27, 2007

Belum Waktunya



tolong jangan sekarang

jarum-jarum cemas itu menikam nadi
pintu yang tertutup
dan pertanyaan-pertanyaan

di trotoar kepasrahan telah digelar
serupa layar tancap disaksikan
mata mereka seperbukitan

ada yang tidak nyaman
di ranjang malam


Yogya, Nov 2007

Monday, November 26, 2007

L'Immortalite

1.
gerimis di kepalaku
ketika malam datang
menggerayangi kulit yang

kesepian, mabuk
juga kuyup selayak ikan
di dalam kolam
angan-angan

2.
seperti tanaman
gelora itu tumbuh
segar tersiram atau bergetar
cemburu pada angin yang datang
dan berlalu

padahal kukalahkan
semuanya
hanya untukmu
kastil kokohku

bagaimana menguraikan
gemuruh dadamu dengan telapak tanganku?

3.
jendela dibuka
sebentuk teluk, beberapa perahu kecil
celoteh camar
dan langit yang biru muda

seperti pengantin wanita
linang air mata di pipinya
matahari terbit di jantungnya
udara gairah di dekap lelakinya

apakah kita sedang bermimpi
sayangku?

4.
daun-daun berguguran
di halaman gereja

mau hujan

kubuat tanda salib
ketika kau berbisik

aku sangat mencintaimu

5.
di bawah naungan bulu mata panjang itu
terdapat janji

diuntai rapi oleh bibir kenyal
yang membentuk huruf kata
bernama doa

setiap hari didaraskannya


Yogya, November 2007

Friday, November 23, 2007

Sampai Suatu Ketika

sampai suatu ketika
ia temukan kebijaksanaannya
berdiam sederhana di balik luka luka


sampai suatu ketika
ia bersemi di atas telaga jiwa
jingga keperakan senyumnya


sampai suatu ketika
ia nyatakan cinta
dengan perbuatan sesungguhnya


Yogya 4 April 2007


Mereka Yang Mencinta

: mango


akhirnya ia memilih pulang
kecewanya bercampur lelah geram
cemburu


you know I love you so


ia biarkan matahari menyengat kulit manisnya
meski pernah ia terbakar dan sesudah itu tiada berarti
tapi masih juga peduli


you know I love you so


yang selalu penuh kasih dan perhatian
jika kehilangan, tinggallah ia sesosok jiwa melompong
kosong terabaikan


*rasa percaya adalah kekuatan*


sebelum pelukan itu datang
di langit tak ada bintang
ia menangis sendirian


you know I love you so


Yogya, 23 Nov 2007

Tuesday, November 20, 2007

Pernah


pernah sekali pada suatu siang bersalju,
aku berjalan melawan arah angin yang menderu-deru
aku mencarimu, membawa sendu yang kudekap rapat
dalam jaket tebalku. aku ingin memberikannya padamu,
menangis dalam pelukmu, merasakan usapan hangat di punggungku.


aku terus membayangkanmu, sedang menungguku,
tapi tak kulihat kamu
angin mungkin menghempasmu bersama dingin yang menikam tulang-tulangku. aku mungkin terlambat, aku mungkin kurang cepat, aku mungkin tersesat. aku memang benar-benar tersesat jalan, tersesat dalam kesedihan.


pernah sekali pada suatu siang bersalju,
aku merasa sangat terasing di sebuah kota
dengan rintik-rintik air di mata


Gara-gara Kompas Emas

dunia ini adalah hasil serangkaian kemungkinan dimana semesta terbagi dalam beberapa dunia paralel dengan wujud yang berbeda. begitulah mekanika quantum dari caraku menerjemahkan ragam sorot matamu duludulu


hidupku bentangan ekspedisi kutub yang
dingin membeku sebelum kutahu ada kamu. dan munculnya cahaya warnawarni misterius jauh di langit utara itu pertanda kemana aku harus menuju


"ketika bertemu nanti, pakai saja alethiometernya dan jelajahi debudebuku"


lagilagi ke arah utara.
dengan rasa seperti terpenggal karena kehilangan belahan jiwa, aku harus menempuh segala yang tak ada dalam ruang percaya mereka. apakah aku seekor beruang putih di mimpi gelap malammu? entahlah. tapi tualang ini sudah kumulai untuk menemukanmu.


Jogja Nov 2007

Suara Sunyi


Tak ada musik. Sunyi. Meski suara mesin ketik menggema sampai ke lantai dua puluh tiga dan gumam yang dibawa angin dari depan selasar merayap seperti bunyi gitar sumbang mendengking pelan di ambang hari. Kau meracau di catatan harianmu, ketakutan pada waktu dan kepalamu yang sesak oleh cemburu pada banyak bangsa. Tak ada musik. Mesin fotokopi melenguh seperti sapi bicara sendiri di padang rumput di Sumba. Profesimu sebagai pengagum rahasia nyaris tamat di bibir benci mereka-meraka yang tak pernah kau anggap sahabat.



Obsesi. Jika sunyi seperti ini betapa kau ingin mandi hujan telanjang di tengah lapangan bola. Bola matanya tentu saja. Dia yang tidak melihatmu dalam seribu topeng. Dia yang langsung menikam kedirianmu dengan satu saja kerlingan. Ah, seandainya tak pakai kartu pengenal, susah payah lah kau lacak si mata tajam itu ke google, ke yellow pages, ke bagian kepegawaian, ke halte bus, ke ibu kantin. Tak ada musik. Apa artinya kalimat-kalimat indah kau bentangkan yang hanya berujung dengan kepada ... (titik tiga)


Sunyi. Pernahkah kau mendengar orkestra sungai? Telingamu menerabas bunyi orang-orang yang antri. Kita semua punya keperluan, diperlukan, dan memerlukan. Kau mencari lagumu. Sesaat sebelum hujan turun engkau telah berjanji kepada dirimu sendiri bahwa kau takkan meracau lagi kecuali nyanyian yang kau tunggu itu datang mengecup mesra bibirmu. Tak ada musik. Sungai yang menangis itu mulai dengan bunyi gemericik, letup gelembung udara, lalu mengalir deras. Bukan, bukan ke laut, tapi ke ceruk-ceruk tak bernada.


tergugu: suara sunyi, musik itu sendiri

19 November 2007

Monday, November 19, 2007

Hyang


nama lelaki itu berhembus dari kawah belerang, meruap di antara tanaman kol yang terkejut dari hamparan petak-petak tanah mengantar kentang-kentang berkerumun sementara gigil dedaunan bergunjing bersama langit senja bersepuh tembaga yang sibuk berkaca pada telaga warna


bahwa ia telah jauh tersesat dalam basah percakapan,
terpeleset di antara jeda karena kabut dingin membuat tanda tanda baca tak terlihat jelas namun sama sekali tidak buat ia merengek ketakutan bahwa ia takkan pernah bisa pulang atau menemukan jalan yang ia cari atau ia kenal.


anak-anak gimbal yang berlarian disekelilingnya memberinya rasa bangga karena tiap gumpal rambut mereka menyimpan gaib semesta dan energi masa depan. pasir kata-kata yang keluar dari mulut mereka menggelikan memancing tawa meski ia tak mengerti bahasa mereka


ia meminta, jika ini mimpi indah, jangan pernah ijinkan pagi datang membangunkannya.
biarkan ia terbuai di kawah negeri di atas awan tanpa ditemukan
...

14 Nov 2006

Wednesday, November 14, 2007

Gumam


warna hujan pada bulan memang lebih terang semenjak

ribuan kupu-kupu itu terbang ke galaksi
pengembara samudera angkasa.

seperti ronin kehilangan samurai, kita hanya bisa andalkan
jejak bintang-bintang untuk menyusuri gersangnya siang
di awang-awang pikiran.


semua kelelahan.
setiap kaki mesti menopang hari beserta detik,
menit, dan beban-beban yang musti dibawa serta.

dan cuaca. siapa bilang waktu membuat kita bijaksana.
lebih sering terlihat yang menua
cuma punya ekspresi hampa.
seperti langit pagi yang pucat pasi hadir tanpa suara.


pun kenangan akhirnya menguap begitu saja.
begitu saja, karena malam-malam kita diisi doa yang selalu sama.
tidak menghangatkan, atau juga meringankan.
pulang ke masa depan bukanlah gampang.
karena masa lalu cepat sekali mati atau pergi.
sedang masa kini asik bercermin pada udara maya
yang habis dihirup impian-impian belaka.


tapi matahari masih setia
meski kau meringkuk di nebula fana
ia tetap berjaga sampai sinar terakhirnya


9 Nov 2007

Monday, November 5, 2007

Requiem



istirahat abadi

adalah lagu yang sampai di tepi kesadaran
lantas menghilang pelan-pelan
dan tak pernah kembali


*kita hanya bisa mendekap dengung yang tertinggal di sini*


1987-1994-2007

Saturday, November 3, 2007

Kunjungan


selalu sekantung rindu
oleh olehku untukmu

bau sawah,
gemerisik air,
kepak burung,
keretak ranting
berderai derai sambut kedatanganku

tumpah ruah segala kisah
kusampaikan dalam monolog bisu
tanpa air mata
hanya hening di hela nafas
sampai puas

lingkaran awan pelangi
berjaga persis di atas kepala
ketika kutinggalkan makammu
meninggalkan rindu dan lilin lilin yang kubiarkan menyala


26 Januari 2007

Seseorang Bermain Flute di Kedalaman Malam


seseorang bermain flute di kedalaman malam


seperti menidurkan buluh-buluh kesedihan
yang terjaga lelah di belantara kesadaran

seperti memeluk kekasih yang baru saja memaafkan
kesalahan dan dosa-dosa

seperti mengatakan kepada pikiran tegang
bahwa segalanya akan baik-baik saja

seperti mencelupkan kaki ke air segar
telaga berwarna hijau tua

seperti melayang sendiri
membuka pintu mimpi

seperti tak ada lagi seperti selain
seseorang bermain flute di kedalaman malam


Oct 2007